Dahulu, hiduplah seorang guru agama yang tinggal di tepian sungai di daerah Sumatera Barat. Lebai, begitulah namanya. Karena profesinya itu, ia sangat dikenal di seluruh kampung yang berada di hulu sampai hilir sungai tersebut. Suatu hari, Lebai mendapatkan sebuah undangan pesta pernikahan anak salah seorang kenalannya yang berada di hulu sungai. Ia pun membaca isi undangan tersebut satu-persatu. Tidak berapa lama, datanglah tetangganya.
"Pak Lebai, besok sore ada undangan pernikahan salah seorang anak didik Bapak Lebai. Rumahnya ada di hilir sungai. Ia berpesan agar Pak Lebai bisa hadir di acaranya tersebut," ucap salah seorang tetangganya.
"Baiklah. Jika aku tidak berhalangan, aku akan datang," jawab Pak Lebai.
Tetangga itu pun pergi setelah menyampaikan pesan. Tapi, Pak Lebai teringat akan undangan yang ia dapatkan sebelumnya. Ternyata, kedua undangan tersebut waktunya bersamaan. Hanya, rumah kedua undangan berjauhan. Undangan pertama letaknya ada di hulu sungai, sedangkan undangan kedua letaknya dihilir sungai. Pak Lebai sangat bingung, undangan mana yang akan ia hadiri.
Keesokan hari, Pak Lebai masih belum dapat memutuskan undangan mana yang hendak ia hadiri. Menurut kabar dari tetangganya, pesta yang diadakan di hulu akan memotong dua ekor kerbau. Kedua kepala kerbau itu akan diberikan kepada Pak Lebai. Meskipun demikian, menurut kabar yang ia terima, masakan di tempat tersebut kurang enak.
Pak Lebai sangat bingung. Ia juga berpikir bahwa ia kurang akrab dengan tuan rumah yang berada di hulu.
Pak Lebai juga mempertimbangkan tentang pesta yang diadakan di hilir. Menurut kabar, pesta itu hanya akan menyembelih satu ekor kerbau. Jika Pak Lebai datang ke pesta, ia akan mendapat satu kepala kerbau saja. Namun, menurut kabar pula, masakan di hilir sangat enak. Selain itu, Pak Lebai juga kenal baik dengan si tuan rumah. Pastinya si tuan rumah akan membawakan ia kue-kue yang sangat enak.
Menjelang sore, Pak Lebai masih belum memutuskan kemana ia akan datang. Ia pun pergi ke sungai mengayuh perahunya. Dengan perasaan yang masih bimbang, ia mangayuh perahunya ke arah hulu. pak Lebai masih berpikir bahwa disana ia akan mendapat dua kepala kerbau.
Di tengah perjalanan, ia mengubah haluannya. Ia mengayuh perahunya berbalik arah menuju hilir. Pak Lebai berpikir, jika ia ke hilir, ia akan memakan masakan yang sangat enak dan mendapatkan kue-kue yang enak, meskipun hanya mendapatkan satu kepala kerbau. Pak Lebai dengan mantap mengayuh perahunya menuju hilir. Ia pun semakin dekat dengan tempat pesta. Tapi, Pak Lebai kemudian berpapasan dengan beberapa orang tetangganya.
"Pak Lebai apa kau hendak ke hilir? Aku baru saja menghadiri pesta disana. Tapi ternyata, kerbau yang disembelih sangat kurus. Kami akan pergi ke hulu," ucap tetangganya.
Mendengar hal itu, Pak Lebai mengurungkan niatnya untuk datang ke pesta yang berada di hilir. Ia mengikuti tetangganya pergi ke pesta yang berada di hulu. Tapi malang benar nasib Pak Lebai. Sesampainya di hulu, pesta yang diadakan telah usai. Makanan-makanan yang dihidangkan di pesta telah habis oleh para tamu yang lain. Betapa kecewanya Pak Lebai. Jangankan mengharapkan dua kepala kerbau, sedikit makanan pun tidak ia dapatkan di pesta itu.
Dengan rasa kecewa, Pak Lebai kemudian pergi ke hulu. Ia berharapkan akan mendapatkan satu kepala kerbau meskipun sangat kurus dan makanan yang enak-enak. Pak Lebai pun mengayuh dengan cepat perahunya. Hari semakin gelap, akhirnya tibalah ia dihulu. Tapi apa yang terjadi, pesta di hulu pun telah selesai. Tidak seorang pun tamu undangan yang terlihat. Betapa malangnya Pak Lebai, ia telah kehabisan makanan di pesta itu. Tidak sedikit pun makanan yang dapat ia nikmati.
Kini, Pak Lebai pulang dengan tangan hampa. Harapannya untuk mendapatkan makanan yang lezat dan kepala kerbau menjadi sia-sia. Akhirnya, ia memakan makanan seadanya yang ada di rumahnya.
Keesokan harinya, perutnya masih terasa lapar. Semalam, ia hanya makan sedikit karena lauk yang ada sudah habis. Sementara itu, untuk lauk makan pagi, ia berencana untuk berburu dan memancing. Ia juga membawa bekal sebungkus nasi. Tidak lupa ia membawa anjing miliknya sebagai teman berburu.
Mulailah Pak Lebai mengawali kegiatannya dengan memancing. Ia pun pergi ke tepi sungai. Setelah sampai, ia lemparkan kailnya ke sungai.
Sekian lama ia menunggu, akhirnya kailnya bergerak juga. "Wah, akhirnya ada ikan yang memakan umpanku. Kebetulan sekali aku sudah sangat lapar," ucapnya dalam hati.
Tapi, ketika hendak menarik pancingnya, ia merasakan kailnya tersangkut di batu. Tanpa berpikir panjang ia pun terjun ke dalam sungai. Benar saja, kailnya tersangkut di sela-sela batu besar di dalam sungai. Di sana, ia melihat seekor ikan yang lumayan besar tersangkut di kailnya. Dengan susah payah ia berhasil mengeluarkan kail dan ikannya dari sela-sela batu. Ketika hendak mengambil ikan yang memakan umpannya, tiba-tiba saja ikan itu meronta-ronta sehingga tubuhnya yang licin sulit dipegang olek Pak Lebai. Ikan itu kemudian lepas dan berenang dengan cepat.
Dengan rasa kecewa, ia kemudian naik ke darat. Namun, betapa terkejutnya Pak Lebai ketika melihat bungkusan nasi yang dibawanya telah terkoyak-koyak. Rupanya anjing yang dibawa sebagai teman berburu telah memakan nasi yang dibawanya. Benar-benar malang nasib Pak Lebai. Sejak saat itu, ia mendapat julukan si Lebai Malang.
Pesan Moral :
Seseorang harus memiliki pendirian yang kuat dan tidak plin plan sehingga untuk melakukan segala sesuatu dapat mengambil keputusan yang tepat. Selain itu, janganlah kita menjadi seorang yang serakah.
sumber:
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja