Serune adalah alat musik tiup dari Sumbawa, NTB. Serune termasuk dalam golongan alat musik aerofon yang berlidah. Seperti halnya klarinet, warga setempat menyebut lidah serune ini dengan istilah ela.
Bahan pokok dari Serune adalah buluh (jenis bambu kecil) dan daun lontar. Lolo dan anak lolo terdiri dari buluh, sementara serumung ode dan serumung rea dibuat dari daun lontar yang tergulung membentuk kerucut atau cerobong.
Pada lolo terdapat enam bongkang (lubang) di atas, dan satu lubang terletak di bawah. Cara melubanginya menggunakan kawat besar yang dibakar. Jarak antara lubangnya diukur dengan mengambil ukuran keliling lolo.
Sedang lubang yang ada di bawah, jaraknya setengah dari jarak antara dua lubang jalan memanjangkan dan memendekkan serumung.
Untuk menyetem suara Serune dalam proses pembuatannya dibutuhkan keahlian khusus, karena untuk menghasilkan suara serune yang bagus harus memiliki ketepatan antara ela anak lolo dan lolo.
Cara memainkan Serune adalah dengan meniup serumung ode (cerobong kecil) yang berfungsi untuk menahan nafas agar tetap berada pada serumung. Letakkan penjarian pada lubang Lolo (batang). Maka serumung rea (cerobong besar) akan berfungsi sebagai resonator.
Pada Anak lolo, bagian lolo yang lebih kecil, terdapat ela (lidah) yang akan menjadi sumber suara. Tehnik meniup Serune, mula-mula menarik nafas melalui hidung, disimpan pada rongga mulut, lalu dikeluarkan melalui tiupan. Meniup serune tidak menggunakan lidah, cukup dengan hembusan udara dalam mulut.
Namun tetap memerlukan keahlian dan pengalaman untuk memperoleh suara serune yang mantap dan tepat. Untuk mendapatkan nada ‘do’ pada serune, tiup serune dengan menutup semua lubang pada lolo, begitu pun lubang di bawah. Untuk nada ‘re’, tutup semua lubang pada lolo bagian atas dan buka lubang pada lolo bagian bawah. Nada mi dengan membuka dua lubang atas paling ujung pada lolo, nada ‘fa’ membuka tiga lubang.
Berikutnya nada ‘sol’ diperoleh dengan menutup dua lubang atas paling pangkal. Semetara untuk nada si hanya dengan menutup satu lubang paling pangkal pada lolo.
Serune tidak termasuk alat musik tradisional yang sakral, karena serune adalah salah satu alat dalam musik orkestra di Sumbawa yang disebut Gong Genang dan bisa dimiliki oleh perseorangan.
Jadi serune bisa dimainkan oleh siapa saja dan bisa diperdengarkan kapan saja. Tidak ada syarat, ritual atau momen khusus untuk bisa memainkannya. Sebenarnya dahulu, menurut cerita, kalau mau memainkan serune harus diasapi terlebih dahulu oleh kemenyan.
Tujuannya agar tiupan menjadi bagus dan menarik, serta menangkal gangguan dari orang-orang yang tidak senang. Jika dimainkan di dangau tengah ladang sendirian bisanya untuk mengusir rasa sepi.
Namun jika dimainkan dalam orkestra Gong Genang, maka harus duduk bersila, dengan menggunakan pakaian khas Sumbawa yang terdiri dari baju dan saluar (celana), krealang (kain) khas Sumbawa dan pasapu (ikat kepala). Melalui tiupan serune juga dapat memikat gadis sehingga sang gadis mencari sumber suara serune.
Karena secara fungsinya bukan sebagai sarana ritual, serune pun bisa kita jumpai di Bima dengan nama Serone. Di aceh kita akan menemukan alat yang hampir mirip dengan nama Serune kalee. Dan dalam kebudayaan Batak dikenal pula nama sarune etek dan sarune bolon sebagai salah satu asamble musik Gondang Batak.
sumber :http://www.wacana.co/2012/12/serune-sumbawa/
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.