Bangkong Reang adalah salah satu kesenian dari Jawa Barat yang terbilang cukup unik. Ditinjau dari namanya, bangkong dalam bahasa Sunda berarti katak, dan reang berarti suara yang gaduh atau berisik. Jadi, Bangkong Reang artinya suara katak yang berisik atau bersahut-sahutan. Kesenian ini bunyinya menyerupai suara-suara katak yang biasanya berada di sawah. Dasar dari lahirnya seni pertunjukan ini adalah sebagai hiburan untuk melepas lelah setelah seharian bekerja di sawah.
Kesenian Bangkong Reang kemudian terwujud karena pengembangan suara yang dihasilkan dari bambu yang dipukul. Sehubungan dengan itu, alat musik yang digunakan dalam kesenian ini didominasi oleh peralatan yang bahannya terbuat dari bambu, tepatnya jenis wulung. Tetapi, seiring berjalannya waktu, peralatannya berkembang dengan penambahan alat-alat musik baru seperti gamelan, kendang, kecapi, gong, suling, terompet, dan sebagainya.
Dalam pementasannya, Bangkong Reang dapat memerlukan sebelas sampai tiga puluh orang pemain yang terbagi menjadi pemain alat musik dan pemeran katak. Para pemeran tersebut akan menggunakan topeng yang menyerupai katak. Pementasan dimulai dengan penabuhan alat musik, dilanjutkan masuknya pemeran katak sambil menirukan gerakan katak diiringi bunyi-bunyian dari alat tongtong, kingking, jrongjrong, dan brang. Pentas disusul dengan dialog yang diselingi humor segar dan pelantunan lagu. Pentas kemudian berakhir setelah gending penutup ditampilkan. Biasanya, kesenian ini mengandung nilai-nilai yang ada di masyarakat termasuk pesan-pesan keagamaan dan pembangunan.
Referensi: www.uun-halimah.blogspot.com/2007/12/bangkok-reang-cianjur.html
#OSKMITB2018
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang