|
|
|
|
Sema Antau dan Naghoyi Tanggal 27 Nov 2018 oleh Deni Andrian. |
Arah jam mulai bergerak ke angka 00.00 WIB pada Sabtu malam, 24 November 2018. Alunan musik tradisional calempong mulai sayup pertanda akan disudahi. Satu persatu dari ratusan warga di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Kampar Kiri Hulu undur diri untuk pulang ke rumah.Warga di Kenegerian Malako Kociok, Riau, di pinggir Sungai Subayang itu harus mempersiapkan tenaga untuk esok hari. Mereka akan melaksanakan tradisi Sema Antau (rantau) dan Naghoyi (negeri) sebagai sebuah nazar ataupun janji karena bagian alam di hutan Rimbang Baling.
Minggu, 25 November 2018, musik calempong yang dimainkan tiga ibu-ibu dan dua pemuda kembali mengalun. Mereka lalu berdiri membawa perkakas musik dari kuningan mengiringi langkah Raja Haji Tengku Muhammad Nizar, pemimpin tertinggi di Kerajaan Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan.Berpakaian kerajaan serba kuning, raja bersama permaisuri dan tetua adat masuk ke sebuah rumah. Di sana, tinggal perempuan tua yang oleh ratusan warga di sana dikenal sebagai Dukun Harimau.
Berbalut kain panjang dari kepala hingga pinggangnya, dukun tadi membawa bungkusan dari daun pisang berisi jantung kerbau jantan yang sudah dibakar. Dia lalu berdiri di depan Raja keluar rumah lalu menaiki sebuah bukit tak jauh dari desa.Bukit itu merupakan kawasan pekuburan. Di sana ada makam Datuok (datuk) Darah Putih yang semasa hidupnya dikenal sebagai tabib kampung serta penjaga warga dari berbagai penyakit.Raja duduk bersila bersama tetua adat lalu membaca doa. Mereka berharap arwah datuk itu diberi kelapangan serta tempat terbaik di sisi Allah. Beberapa menit di sana, dukun harimau tadi berdiri diikuti Raja serta ratusan warga untuk naik lagi ke sisi bukit di sebelahnya.Hukum Adat
Cukup melelahkan memang karena harus naik sekitar 70 anak tangga dengan kemiringan 45 derajat. Di sana, dukun tadi langsung mencium pohon besar, sekaligus nisan kuburan milik Datuok Pagheu (pagar). Doa lalu dibacakan oleh malin atau orang yang memiliki pengetahuan tentang agama Islam.Raja dan warga turun bukit usai doa dibacakan. Beberapa orang tinggal di sana, termasuk dukun harimau, lalu meletakkan jantung kerbau di atas kuburan. Seorang tetua adat lalu mengarah ke sisi hutan sambil berseru kepada harimau sumatera yang diyakini mendiami kawasan hutan di desa itu.Tetua ini menyampaikan ada sebuah janji yang ditepati, harimau dipersilahkan mengambil jantung kerbau yang sudah disediakan. Seruan itu juga berisi agar harimau dan satwa lain penghuni hutan tidak menggangu anak kemenakan yang tiap harinya beraktivitas mencari rezeki."Jantung harimau sebagai semah negeri agar masyarakat aman selama berada di hutan, tidak diganggu, begitu juga sebaliknya masyarakat tidak akan merusak alam," terang Dody selaku tokoh pemuda di Kecamatan Kampar Kiri Hulu.
Sumber: https://www.potretnews.com/berita/baca/2018/11/27/tradisi-sema-antau-dan-naghoyi-jantung-kerbau-dan-penunaian-janji-kepada-harimau-sumatera-di-malako
#SBJ
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |