Suku Dunia ~ Orang Marind Anim mendiami dataran luas di Papua Barat bagian selatan, mulai dari Selat Muli (Selat Marianne) sampai ke daerah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Sebagian dari mereka tersebar pula di sekitar daerah aliran sungai Buraka, Bian, Eli, Kumbe dan Maro. Daerah tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Okaba, Merauke, sebagian Kecamatan Kimam dan Muting di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Barat. Daerah ini merupakan dataran rendah bersavana dengan floranya yang mirip flora benua Australia dan dataran berawa-rawa yang ditumbuhi pohon sagu di sungai-sungai. Jumlah populasinya sekitar 5.000-7.000 jiwa.
Kata Anim berarti laki-laki (anem untuk laki-laki, anum untuk perempuan). Suku bangsa ini memiliki sejumlah sub-suku bangsa, seperti orang Kanum-Anim, Yei-Anim atau Yei-Nan, Yab-Anim, Maklew-Anim dan Kurkari-Anim (Di Papua Nugini). Sedangkan suku bangsa tetangganya antara lain adalah orang Yelmek di sebelah barat laut, orang Manikor (Mani) dan Kurhari di sebelah timur, orang Manggrat-Rik di bagian hilir sungai Maro, Orang Boazi di dekat Danau Fly dan Murray yang airnya mengalir ke wilayah Papua Nugini.
Mata Pencaharian Suku Marind Anim
Mata pencaharian utama orang Marind-Anim adalah berladang dengan tanaman seperti ubi jalar, ubi kayu (Singkong) dan kava (sejenis tanaman untuk minuman keras). Sagu termasuk bahan makanan pokok mereka yang penting, selain berusaha menangkap ikan dan binatang air lain di sungai dan pinggir laut. Kaum laki-lakinya suka berburu binatang liar seperti babi hutan, kuskus, wallabi (kanguru kecil), kasuari, tikus, kadal dan berbagai jenis burung. Untuk memenuhi kebuhutuhan akan tembakau, mereka menanam sejenis tanaman yang disebut tumuku atau detak.
Masyarakat Suku Marind Anim
Orang Marind-Anim sampai pada sekarang masih dikenal sebagai suku bangsa pengayau. Kaum lelakinya memiliki peranan amat tinggi dalam kehidupan sehari-harinya, dapat dibandingkan dengan suku bangsa Asmat yang berdiam jauh di sebelah barat laut wilayah mereka. Dalam peradaban lama itu mereka mengembangkan peralatan senjata untuk berperang dan berburu, seperti busur dari bambu, anak panah dari gelagah, tombak dan gada dari kayu, kampak batu dan perahu-perahu panjang (lebih kurang 15 meteran) yang didayung sambil berdiri, alat-alat penikam dan pemotong dari tulang atau kulit kerang. Mereka memasak dengan menggunakan tabung bambu atau dengan memanfaatkan panas batu.
Arsitektur rumah dan seni ukir mereka amat sederhana. Rumah-rumah didirikan dengan berlantai tanah, berdinding balok-balok kayu yang kokoh, beratap daun ilalang atau daun nipah. Ukiran hanya dibuat untuk menghiasi tiang-tiang bangunan sakral mereka. Akan tetapi seni berbusana Marind Anim terkenal paling menarik dan semarak, terutama pakaian para prajurit dan penarinya. Kesenian Orang Marind Anim mirip dengan kesenian orang Asmat.
Masyarakat Marind Anim tinggal dalam kampung-kampung yang biasanya memiliki paling tidak sebuah rumah bujang yang mereka sebut gotad. Kaum lelaki sejak remaja tinggal di rumah ini. Sementara itu di sekitar gotad berdiri rumah-rumah keluarga (oram aha) atau rumah kaum wanita yang lebih kecil ukurannya. Sebuah kampung, biasanya terbentuk dari ikatan kerabat (klen patrilineal) atau berupa ikatan teritorial yang eksogamik totemisme sifatnya, karena masyarakat Marind Anim lebih mementingkan peranannya dalam lingkungan keluarga luasnya. Pembentukan sebuah kampung atau federasi kampung oleh sistem klen totemisme itu menyebabkan adanya kelompok moiety totem dalam sebuah permukiman kampung. Perkawinannya bersifat eksogami dan mereka menganut sistem kekerabatan yang patrilineal, dimana seorang isteri harus masuk dan bergabung dengan kelompok kerabat wanita suaminya. Seorang isteri mula-mula ikut berdiam di rumah keluarga batih orang tua suaminya. Jika rumah itu sudah terlalu padat ia bisa minta dibuatkan sebuah oram aha kepada suaminya dan kerabat laki-laki suaminya. Ia pindah ke rumahnya yang baru dan siap pula untuk menerima menantu perempuannya.
Agama Dan Kepercayaan Suku Marind Anim
Misi agama Kristen masuk pertama kali ke wilayah ini tahun 1910, yaitu di Okaba. Agama asli orang Marind Anim sendiri lebih berorientasi kepada keberadaan roh yang mereka sebut dalam konsep khusus dema. Dema ini berupa kekuatan gaib dalam alam, atau berupa roh-roh orang mati. Semua itu terkait pula dengan konsep mereka tentang totemisme. Karena itu ada dema-dema alam yang dipuja selain dema-dema totemnya sendiri. Ada dema yang memunculkan diri di hadapan manusia berbentuk manusia pula atau berbentuk hewan. Ada yang disebut yorma (dema laut), wonatai (totem buaya), yawi (dema kelapa) dan lain-lain.