Kebudayaan mempunyai sifat dinamis, maka dari setiap zaman akan melahirkan budaya baru dan aset kebudayaan yang saat ini masih hidup di cianjur adalah sisa dari kehidupan budaya dari setiap zaman yang terakumulasi, salah satunya tercermin dalam sejarah tradisional “Kuda Kosong”.
Kuda Kosong terlahir dari sebuah peristiwa tradisional Cianjur pada zaman kolonial Belanda tahun 1707 ketika kepemerintahan Cianjur di pimpin oleh Rd. Ariawiratanu 2 yang memiliki nama asli Rd. Wiratamanggala (1691-1707).
Dulu, Cianjur pernah berada pada kekuasaan Banten kemudian setelah lepas dari kekuasaan Banten di ganti oleh kekuasaan Cirebon, ketika Cirebon jatuh pada kekuasaan Mataram, Cianjur dianggap sebagai warisan dari Cirebon.
Sebelum terlepas dari pengaruh kekuasaan Mataram, Rd. Aria Wiratanu 2 atau Rd. Wiramanggala. Pada tahun 1691 kolonial Belanda mengutus kapten Winkler untuk menjadikan Cianjur sebagai salah satu daerah yang harus berasa dalam kekuasaan Belanda.
Setelah kedatangan kapten Winkler, Rd. Wiramanggala memanggil dua adiknya yang bernama Rd. Aria Wiradimanggala atau disebut juga Rd. Aria kidul, dan Rd. Aria Natadimanggala atau disebut Rd. Aria Cikondang.
Kedua adik Rd. Aria Wiramanggala tersebut masing- masing mempunyai keunggalan dalam ilmu, Rd. Aria Kidul mempunyai keunggulan dalam bidang sastra dan Rd. Aria Cikondang dalam bidang Ilmu bela diri.
Setelah kedua adiknya tersebut datang, Rd. Aria Wiramanggala bercerita tentang keluh kesah mengenai nasib Cianjur dan rakyatnya yang berturut- turut harus berada di bawah kekuasaan bangsa Asing. Yang artinya akan lebih menyengsarakan rakyatnya. Sebab, Cianjur harus membayar upeti kepada bangsa luar yang menguasainya termasuk masih harus memberikan upeti kepada kerajaan Mataram.
Setelah mendengar keluh kakanya, Rd. Aria Cikondang menyarankan untuk bertempur, tapi menurut Rd. Aria kidul menyarankan untuk memakai cara diplomasi agar masyarakat Cianjur tidak menjadi korban penderitaan berikutnya.
Rd Aria Wiratamanggala, akhirnya memutuskan untuk mengambil opsi dengan jalur diplomasi, lalu memohon bantuan pada Rd Aria Kidul yang piawai dalam ke sastraan untuk membuat surat peruntukan Raja Mataram.
Surat sudah dibuat yang berjudul “Serat Kalih” kemudian mengutus kedua adik tersebut yang disertai para pengawal untuk mengantarkan surat kalih yang dibumbui biji-bijian lada sebagai simbol.
Singkat cerita, para utusan cianjur sudah berhadapan dengan Raja Mataram dan memberikan surat kalih beserta bungkusan lada sebagai simbol rakyat.
Dengan membaca surat kalih dan menelaah simbol. Raja Mataram tergerak hatinya untuk membebaskan wajib upeti dari Cianjur pada Mataram. Sebagai bukti dan tanda hormat raja Mataram pada dalem Cianjur, dihadiahkanlah seekor kuda hitam juga sebagai lembang kerajaan Mataram pohon saparantu dan pusaka untuk diberika pada dalem Cianjur Rd. Aria Wiramanggala.
Para duta Cianjur sudah kembali ke daerah asalnya. Di gerbang pendopo Cianjur sudah di sambut oleh dalem beserta jajarannya.
Melihat dalem yang juga kakanya menyambut, lantas sang adik yang meniki kuda segera turun sebagai ungkapan rasa hormat pada dalem sekaligus kakanya tersebut.
Berbagai benda amanat dari Raja Mataram sudah di berikan pada dalem, kemudian kuda gagah hadiah Raja Mataram dibawa ke istal pendopo Cianjur.
Setelah peristiwa tersebut, tersiarlah pada seluruh rakyat Cianjur. Bahwa, Cianjur telah terbebas dari wajib upeti kepada Mataram, dan juga mendapatkan hadia seekor Kuda besar yang gagah. Hal ini menyulut keingin tahuan masyarakat cianjur pada sosok kuda pemberian Raja Mataram tersebut.
Demi memupus rasa kepenasaran masyarakat, dalem Cianjur membuat kebijakan untuk memamerkan kuda hadiah tersebut pada Masyarakat, setelah sebelum nya kuda tersebut di rias kemudian di arak mengitari jalan raya Cianjur. Dan dahulu acara tersebut dinamakan ngangin- ngangin kuda kosong karena kuda tersebut tidak ditunggangi oleh siapapun.
Ternyata banyak juga masyarakat cianjur yang tidak sempat datang pada acara ngangin- ngangin kuda kosong tersebut. Sehingga dalem Cianjur memutuskan untuk mengagendakan acara ngangin- ngangin tersebut setahun sekali sebari memeriahkan ulang tahun Islam.
Seiring dengan berjalanya waktu, kehidupan budaya pun makin berkembang maka, perayaan arak- arakan kuda kosong harus di awali dahulu dengan sebuah ritual di lingkungan pendopo Cianjur dan hal ini menjadi peristiwa pelarangan sementara oleh pemerintah daerah Cianjur tahun 1997 yang setelah melalui perdebatan panjang, pada akhirnya budaya pawai kuda kosong pada tahun 2005 pemerintah kabupaten Cianjur mengizinkan kembali pawai kuda kosong dengan beberapa catatan .
Kini pawai kuda kosong hidup kembali dengan kemasan kesenian yang lebih enak ditonton baik dalam tatanan gerak maupun artistik dan musik pengiring, juga seni-seni penunjang lainya.
Narasumber: Tatang Setiadi, Pimpinan Perceka Art Center, Cianjur
#OSKMITB2018
OSKM ITB 2018
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang