Nama "Brongkos" terdengar unik di telinga. Dan agaknya ia memang belum terdengar akrab bagi pecinta kuliner. Bahkan, sepertinya tidak ada yang tahu darimana nama tersebut berasal. Saat dikenalkan pada sekitar 1975 oleh Ibu Sardiyem, keberadaan nasi brongkos masih terjaga hingga sekarang. Ia tidak lenyap ditelan oleh kuliner-kuliner asing. Bahkan, sejak 1990-an, turis-turis asing mulai berdatangan untuk merasakan enaknya brongkos di warung beliau yang saat ini diteruskan oleh anaknya, Ibu Tri Suparmi.
Untuk membuat brongkos ini, diperlukan sejumlah bumbu. Bumbu tersebut adalah bawang putih, bawang merah, kemiri, ketumbar, merica, cabai merah, cabai rawit, daun salam, daun jeruk, lengkuas, serai, jahe, garam, gula merah, santan kental, dan air daging (kaldu sisa rebusan daging kambing atau sapi). Semua bahan tadi ditumis menjadi satu di dalam kuali besar. Sebelumnya, bawang putih, bawang merah, ketumbar, kemiri, cabai merah digiling menjadi satu adonan. Tujuannya untuk menghilangkan bau tak sedap yang dihasilkan oleh keluak serta untuk menimbulkan warna coklat pada tumisan brongkos. Makanan khas ini bisa disajikan dengan nasi putih yang ditambah dengan pelengkap, seperti telur, tahu, kacang merah, dan kerupuk udang.
Bahan Membuat Brongkos :
Bumbu Halus Brongkos (haluskan) :
Cara Membuat Brongkos :

sumber: Masakan Koki (http://www.masakankoki.com/resep-membuat-brongkos-khas-jogja-enak-praktis/#_)
Reference:
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang