|
|
|
|
Saptonan dan Panahan Tradisional Tanggal 05 Jan 2015 oleh S Rofiah. |
Saptonan merupakan agenda tahunan yang diadakan setiap momen peringatan Hari Jadi Kuningan. Bahkan, dulu acara ini diadakan di lapang yang lokasinya dekat kantor bupati dan gedung DPRD Kabupaten Kuningan.
Saperti pernah beberapa kali diadakan di lapang Randu Kelurahan Cijoho, lapang Kertawangunan Kecamatan Sindangagung dan lapang sekitar kawasan wisata Linggajati Kecamatan Cilimus. Lapang Desa Cinagara Kecamatan Maleber dan beberapa tempat lainnya.
“Sekarang diadakan lebih awal, karena momen HUT RI dan hari Jadi Kuningan bertepatan dengan bulan suci Ramadhan,” tutur Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kuningan, Nana Sugiana, kepada kuninganmedia.com.
Banyak warga yang penasaran untuk menyaksikan pergelaran yang boleh dibilang langka ini. Buktinya, bukan hanya warga di daerah Kecamatan Kalimanggis saja yang turut menyaksikan acara tersebut. Banyak warga yang datang dari Kecamatan Ciawigebang, Cidahu, Cimahi dan Luragung.
Sebelum pergelaran saptonan dimulai, diawali dengan prosesi atau upacara yang menggambarkan keadaan masa kerajaan. Sejumlah peserta pun sudah mempersiapkan untuk kebolehan untuk mengikuti adu ketangkasan menunggang kuda, dengan mengenakan kostum mirip pada jaman kerajaan.
Misalnya patih, adipati dan tumnggung memakai bendo, baju taqwa dan kain lancar.
Sementara, demang mengenakan pakaian yang lebih sederhana seperti kain odot, celana pangsi, sandal karet (sendal bandol) yang talinya sampai lutut. Begitu pula para menak, pamager sari mengenakan pakaian yang sama seperti dipakai adipati dan tumenggung. Ada pula mengenakan pakaian kebaya.
Adipati, Tumenggung dan Demang menunggangi kuda diikuti oleh para prajurit atau ponggawa yang mengenakan pakaian sampur, rompi, calana kain dodot, sendal serta membawa tumbak, tameng dan keris, kujang, pedang, gondewa dan umbul-umbul.
Menurut Kepala Disparbud Kabupaten Kuningan, Nana Sugiana, Sapton berasal dari kata Saptu (Sabtu) yakni acara rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu setelah kegiatan seba raga (sidang) yang diadakan di sekitar Istana Karajaan Kajene (Kuningan) tempo dulu.
Sepintas, pergelaran sapton agak mirip dengan pacuan kuda tradisional. Hanya saja, saptonan bukan lomba memacu kuda, tapi merupakan uji ketangkasan menunggangi kuda sambil; melempar tombak ke arah ember berisi air yang digantung di tiang atau gawang sapton tersebut.
Sedangkan panahan tradisional, lanjut dia, yakni salah satu warisan luluhur karajaan Kuningan yang ditularkan kepada rakyatnya agar mampu menggunakan gondewa sebagai alat bela diri dalam menghadapi gangguan ketentraman rakyat pada jaman dahulu. Selain itu, mengandung makna pendidikan atau ajaran untuk lebih memusatkan diri dan menahan emosi. Sebab dengan jiwa yang tenang biasanya kesuksesan mudah dicapai.
http://kuninganmedia.com/buka/baca/1280839571
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |