Nama Latin: Glochidion sp. Var. Biak
Famili : Euphorbiaceae
Nama lokal : Sampare (Biak Papua)
Deskripsi.
Berupa tumbuhan perdu, tinggi 2-3 m, cabang menyudut ke atas. Daun majemuk menyirip gasal , anak daun berseling, berpasangan 8– 15 pasang, bangun anak daun memanjang-oval, ketika masih muda berwarna kecoklatan agak merah. Ranting dan tangkai daun merah kecoklatan. Bunga tersebar di ketiak anak daun, daun mahkota bunga berwarna kehijaun sedikit kekuningan, ukuran kecil 3-5 mm, seperti lonceng. Buah bulat berkendaga 5 bagian, ukuran diameter 1-1,5 cm., berwarna hijau sewaktu masih muda, kalau sudah tua berwarna kehitaman. Biji kecil berwarna hitam. Berbunga dan berbuah dapat sepanjang tahun tidak mengenal musim.
Habitat dan penyebarannya
Tumbuh liar di hutan hujan tropis dengan habitat tanah yang agak kering, di tanah gembur, di lahan terbuka, di lading atau di tepi-tepi jalan. Menyebar luas di daerah tropis, banyak tumbuh di daerah B iak Papua mulai dari dataran rendah sampai ketinggian kira-kira 8- 25 m dpl. (diatas permukaan laut)
Penggunaan secara tradisional
Tumbuhan ini digunakan secara luas di dataran rendah Papua terutama di Biak Papua digunakan untuk mengobati malaria. Cara meraciknya 2 tangkai daun sampare yang tidak terlalu tua di cuci bersih kemudian direbus dengan air. Air rebusan daun sampare diminum 2X sehari pagi dan sore hari sampai penderita malaria sembuh (biasanya antara 3-5 hari)
Informasi kandungan senyawa kimia dan aktivitas farmakologi
Kandungan kimia belum ada informasinya, secara empiris berdasarkan kearifan lokal masyarakat Biak Papua yang diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya sebagai tumbuhan obat anti malaria
Sumber: Buku Tumbuhan Kerarifan Lokal Papua /Papua traditional medicine herbs, 2017
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja