Ritual
Ritual
Tradisi Daerah Istimewa Yogyakarta Jogjakarta
Sadran #DaftarSB19
- 12 Februari 2019

Memanjatkan doa, memuja kebesaran Sang Khalik. Abdi Dalem Kesultanan Ngayogyakarta dan Surakarta seakan tak ingin lepas dari ketakziman. 

Sosok raja diagungkan. Arwahnya pun didoakan dengan khusyu. Orang-orang di lingkaran dalam Kesultanan itu percaya bahwa dengan berdzikir di beranda makam keluarga Kerajaan Mataram adalah bentuk pengabdian tertinggi untuk para leluhur Tanah Jawa. 

Ritual di pemakaman keluarga kerajaan, baik di kawasan Kota Gede maupun Imogiri, disebut sebagai prosesi sadran. Momentumnya jatuh menjelang bulan suci Ramadhan, bulan Ruwah dalam kalender Jawa atau bulan Sya`ban dalam penanggalan Arab. 

Bila ditelusur ke belakang, jejak sadran di Tanah Jawa terekam jelas di era Majapahit sekitar penghujung abad ke-13 atau ketika tradisi Hindu-Buddha melekat kuat. Sadran pada masa itu disebut sadra. 

Kata sadra berasal dari bahasa Sansekerta yang secara ilmu asal usul suatu kata (ttimologis) bermakna ziarah kubur. Dalam bahasa Kawi disebut sraddha atau peringatan kematian seseorang. 

Awalnya, sadran memang dikenal sebagai peringatan hari kematian raja yang telah mangkat. Kematian penguasa ketiga Kerajaan Majapahit Tribhuwana Wijayatunggadewi pada 1350 menorehkan sejarah digelarnya upacara sraddha. 

Satu dekade kemudian, upacara sraddha kembali digelar di Kerajaan Majapahit oleh Raja Prabu Hayam Wuruk, untuk memperingati kematian istri Raja Pertama Majapahit Raden Wijaya, yakni Gayatri. 

Kala itu dalam tlatah Jawa hidup sebuah keyakinan leluhur bahwa yang sudah meninggal dunia, sejatinya masih ada dan turut mempengaruhi kehidupan anak cucu dan keturunannya. Seiring pergeseran sejarah, sekitar abad ke-15, ketika beberapa tokoh Walisongo mulai menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa. 

Beberapa tradisi Hindu-Buddha dibiarkan tetap hidup di masyarakat. Kendati begitu, ada perubahan makna seperti ritual sadran, misalnya. Jika sadran dikenal untuk memperingati kematian seseorang dan memuja arwah leluhur, pada abad 15 sadran hanya ziarah kubur yang dihiasi dengung tahmid dan dzikir. 

Saat bulan Ramadhan tiba, tradisi sadran digelar. Sederhananya, tradisi nyadran adalah ziarah kubur yang diisi dengan pesta syukur hasil bumi. Ritual nyadran bahkan mampu menjadi magnet yang menarik warga di perantauan untuk pulang.

Hal itu seperti terjadi di Desa Mendak, Klaten, Jawa Tengah. Lebih dari seribu warga menyesaki kampung dan bergerak ke areal pemakaman yang menjadi sentral nyadran. Inti dari prosesi itu adalah mendoakan mereka yang telah tiada. 

Prosesi nyadran yang digelar di Klaten dibuka dengan mengarak tumpeng robyong dan sesaji keliling desa. Prosesi tersebut menandakan kebersamaan, karena dilaksanakan dari warga dan untuk warga.

Di Klaten, makam Kyai dan Nyi Bogowonto dipercaya warga sebagai tempat yang cocok untuk berdoa. Mereka juga memanjatkan syukur kepada Yang Kuasa atas hasil panen, sekaligus memohon untuk kepentingan pribadi masing-masing. Ya, mimpi sejahtera dari seluruh warga diharapkan terwujud melalui ritual nyadran.

Seperti diketahui, Tanah Jawa dikenal sebagai tanah ritual yang sebagian masyarakatnya punya cara tersendiri  untuk berterimakasih kepada yang Maha Kuasa, yakni dengan menggelar pesta. Hal itu seperti terjadi di Sendang Sinongko, Klaten, Jateng, yang menggelar pesta potong kambing untuk mensyukuri karunia dari Tuhan.

Sendang sinongko sendiri mempunyai sejarah dan daya tarik tersendiri. Warga percaya Raja Surakarta Sinuwun ke VII pernah singgah ketika dalam perjalanan ke Yogyakarta. Di situ sang raja sempat beristirahat sambil menyantap buah nangka sehingga kawasan tersebut diberi nama sendang sinongko.

Tak hanya nyadran, ritual membersihkan sendang atau kolam di pegunungan disebut syahdanjuga berawal dari sebuah legenda. Saat itu diceritakan, ada seorang petani yang bermimpi bertemu seseorang yang memintanya bersedekah dan memberi sesaji, berupa nasi tumpeng dan kambing dimasak becek serta minuman dawet. Usai menjalankan tradisi itu, panen petani melimpah. 

Sampai sekarang warga percaya dan mengikuti jejak petani dalam cerita yang dipercaya memberikan kemakmuran hidup bagi mereka. Upacara yang dilaksanakan tiap tahun itu ditutup dengan makan bersama seluruh warga desa.(BJK/SHA)

 

Sumber: https://www.liputan6.com/news/read/289649/sadran-tradisi-turun-temurun-warga-jawa

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya