Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Kota Kediri
SEJARAH DESA / KELURAHAN NGRONGGO
- 15 Agustus 2018

SEJARAH  DESA /KELURAHAN NGRONGGO

Pada jaman Kerajaan Mataram, ada tiga orang brsaudara yaitu Mbah Coreko, Mbah Ronggojali dan Mbah Tirtoudo, yang mlarikan diri dari Mataram karena tidak menyukai kehadiran Belanda yang pada waktu itu telah menguasai Mataram.

Bersamaan dengan itu timbul Perang Diponegoro yang juga mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Dalam pelariannya mereka  mencari daerah yang jauh dari Wilayah Mataram, dan tempat tinggal mereka itu walaupun saling berpisah, namun tidak terlalu jauh jarahnya.

Mbah Coreko bertempat tinggal di Dukuh Corekan wilayah Desa Kaliombo, Mbah Tirtoudo bertempat tinggal di Dukuh Tirtoudan termasuk wilayah Desa Tosaren, sedangkan Mbah Ronggojali bertempat tinggal di sebelah selatan Desa Tosaren, yang pada akhirnya tempat tinggal Mbah Ronggojali tersebut diberi nama Ronggo   atau Ngronggo.

Diantara tiga orang itu yang paling pandai adalah Mbah Ronggojali, dan ia paling dipercaya oleh Bupati, karena itulah kedua Saudaranya sangat iri hati dan ingin juga menjadi tangan kanan sang Bupati.

Keduanya lalu bersepakat untuk menyingkirkan dan membunuh Mbah Ronggojali, dimana kehendak kedua orang tersebut akhirnya dilaksanakan pada waktu Mbah Ronggojali pulang dari  menghadap Bupati.

Ketika itu Mbah Tirtoudo menghadang Mbah Ronggojali ditengah jalan yang menuju pulang ke Ngronggo dan dikatakan, bahwa Mbah Ronggojali akan dibunuhnya. Pembunuhan tersebut disetujui oleh Mbah Ronggojali, tetapi dengan syarat bahwa sebelum dibunuh Mbah Ronggojali akan mandi jamas dulu untuk mensucikan diri dan setelah itu barulah Mbah Ronggojali akan menyerahkan diri untuk dibunuh.

Sehabis mandi jamas Mbah Ronggojali pergi ketempat yang telah titentukan untuk menepati janjinya yaitu di bawah pohon Bendo dan disitulah Mbah Ronggojali dibunuh oleh Mbah Tirtoudo dengan jalan di gorok, dan tempat tersebut masyarakat menyebutnya dengan sebutan Bendo Gorok.

Sebelum dibunuh Mbah Ronggojali berpesan agar darahnya jangan sampai tercecer di Desa Ngronggo dan darahnya agar ditempatkan dalam  takir dan kemudian ditanam di luar Desa Ngronggo.

Tempat ditanamnya darah dalam takir itu diberi nama Setono Takir, sedangkan jenazahnya ditanam di pinggiran Desa Ngronggo sebelah utara dan berbatasan dengan Desa Kaliombo.

Pantangan bagi Desa Ngronggo, setiap diadaakan Bersih Desa, seluruh Penduduk Desa dilarang mengadakan pertunjukan atau keramaian serta bunyi – bunyian. Bersih Desa biasanya diadakan dengan Selamatan atau Kirim Do’a untuk mengenang sejarah tersebut serta untuk mendo’akan Mbah Ronggojali.

Apabila hal tersebut dilanggar, akibatnya Desa Ngronggo akan tertimpa oleh bencana, misalnya banyak pencuri, atau pertengkaran yang dapat berakibat  terjadinya pembunuhan. Selain itu tiap-tiap malam Jum’at  Wage Penduduk Desa Ngronggo mengadakan selamatan tulak balak.

Begitulah sekilas secara singkat asal mula Desa Ngronggo yang kami terima dari cerita salah seorang  Penduduk Desa Ngronggo yang dianggap sebagai sesepuh Desa.

Seiring berjalannya waktu dan sesuai dengan perkembangan jaman, dengan lahirnya Undang-undang Nomor : 22 Tahun 2002 dan Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor : 11 Tahun 2002, maka Desa Ngronggo berubah statusnya menjadi Kelurahan Ngronggo  masuk dalam wilayah Kecamatan Kota, Kota Kediri hingga sekarang

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Prajurit pemanah kasultanan kasepuhan cirebon di festival keraton nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU