Sumber : (http://cdn.metrotvnews.com/dynamic/content)
Rumah bersejarah tersebut terlihat sangat bersih dan terawat, sebagaimana tempat tinggal di perumahan. Bahkan tak jarang ada tamu yang berkunjung ke rumah tersebut untuk mengetahui langsung sejarah perjuangan Inggit yang merupakan istri Presiden pertama Soekarno.
Salah satu ruangan rumah Inggit Ganarsih memajang sejumlah foto kebersamaan Inggit dengan Soekarno.
Ketika memasuki halaman rumah tersebut, seorang pria berkumis langsung menghampiri. Adalah Jajang Rohiat, 43, pria yang bertugas sebagai juru pelihara sekaligus guide bagi para pengunjung rumah bersejarah tersebut.
Jajang begitu hafal mengenai sejarah rumah, termasuk perjuangan Inggit mendukung Soekarno saat melawan penjajah. Rumah tersebut dibeli oleh Inggit bersama Soekarno pada tahun 1926.
"Dulu rumah ini dalam keadaan rumah panggung. Nah tahun 1934 karena Bung Karno harus diasingkan, sehingga rumah ini dijual oleh Ibu Inggit untuk perbekalan di pengasingan," kata Jajang saat ditemui Medcom.id di lokasi beberaoa waktu lalu.
Rumah bersejarah dengan luas bangunan 170 meter persegi itu terbagi lima ruangan. Ruangan pertama yaitu bagian depan yang biasa digunakan oleh Inggit dan Soekarno untuk menerima tamu.
"Nah ini ruangan yang kedua merupakan ruang baca yang biasa dipakai Ibu Inggit dan Bung Karno. Mereka kalau baca-baca buku di ruangan ini," jelas Jajang.
Jajang Rohiat, 43, pria yang bertugas sebagai juru pelihara sekaligus guide bagi para pengunjung rumah bersejarah tersebut.
Sementara itu ruangan ketiga merupakan ruang tengah yang biasa digunakan oleh Inggit dan Soekarno untuk makan. Di ruangan itu pun Soekarno kerap berbincang dengan Inggit, terutama mengenai perjuangan Indonesia.
Bergeser ke ruangan keempat, yang berada di sisi kanan rumah, merupakan tempat Inggit menyimpan bedak dan jamu hasil olahannya. Di ruangan itu pun kini terdapat dua replika batu besar yang digunakan Inggit untuk membuat bedak dan jamu saat itu.
"Ruangan yang terakhir ini (ruangan kelima), ini tempat tidurnya Ibu Inggit dengan Bung Karno. Di sini beliau tidur," ungkap Jajang sambil memperlihatkan foto saat Inggit tidur di ruangan tersebut.
Kini rumah tersebut kerap menjadi tujuan wisatawan dan pelajar untuk menggali sejarah mengenai Inggit Garnasih. Di setiap ruangan tersebut dipenuhi oleh foto-foto Inggit bersama dengan Soekarno.
"Dulu tidak ada apa apa, hanya rumah saja. Kalau sekarang ada foto-foto diisi oleh teman seperjuangan Ibu Inggit. Foto ada juga dari koleksi keluarga," pungkas Jajang.
sumber :https://www.aroengbinang.com/2018/06/rumah-bersejarah-inggit-garnasih-bandung.html
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati