Bagi kamu yang suka rujak Aceh, sepertinya patut untuk menikmati lincah busu. Lincah dalam bahasa Aceh berarti rujak. Kuliner ini merupakan salah satu kuliner andalan di Kabupaten Pidie. Nama busu sendiri berasal dari kampung tempat kuliner ini berasal yakni Kampung Busu, Kecamatan Mutiara Barat, Kabupaten Pidie.
Tampilan lincah busu sama halnya seperti rujak Aceh pada umumnya. Lincah ini terdiri dari potongan buah-buahan seperti bengkuang, pisang, ubi jalar, nenas, timun, pepaya, dan mangga. Buah-buahan ini umumnya masih matang, belum begitu masak sempurna. Potongan buah-buahan ini kemudian diulek sedemikian rupa dengan campuran gula jawa, sedikit kacang tanah, garam, sedikit gula pasir, dan cabe rawit. Lalu diulek hingga merata di atas cobekan besar yang terbuat dari kayu. Untuk rasa dapat disesuaikan, ingin pedas maka jumlah cabe rawit akan ditambahkan.
Bukan hanya pedas, rasa lincah busu juga terasa lebih kelat. Rasa ini hadir dari potongan pisang muda yang dicampur dengan beberapa buah lokal dari Aceh, seperti buah muria dan buah batok. Rasa dua buah ini sedikit kelat dan beraroma khas. Dulunya buah ini mudah dijumpai di belantara hutan Aceh, tetapi saat ini telah banyak pedagang yang menjual bebas di pasaran. Kehadiran dua buah inilah yang memberikan sentuhan berbeda rujak Aceh jika dibandingkan dengan rujak dari provinsi lain.
Setelah diulek sempurna antara potongan buah dan bumbu, maka lincah busu siap dihidangkan. Tampilan lincah busu pun sedikit berbeda. Sebab rujak Aceh ini dilumuri dengan kacang tanah gongseng. Baluran kacang tanah ini memberikan sensasi tersendiri saat menikmati rujak Aceh lincah busu. Anda dapat merasakan sekaligus rasa pedas, kelat, gurih, dan juga renyah dalam hidangan lincah busu.
Alamat dan Kontak Penjual:
Rujak Aceh Garuda
Jalan Tengku Pulo Dibaroh 19, Banda Aceh
Sumber : http://helloacehku.com/menikmati-rujak-aceh-lincah-busu-di-ulee-kareng-banda-aceh/
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang