Blitar adalah salah satu daerah yang memiliki banyak seni pertunjukan yang unik dan menarik. Kalian pasti sudah sering mendengar istilah Grebeg Pancasila. Ya, Grebeg Pancasila merupakan salah satu pertunjukan tahunan di Blitar. Namun, kali ini saya tidak akan membahas tentang Grebeg Pancasila, melainkan Layang Ambiya. Alhamdulillah saya berkesempatan untuk mewawancara Bapak Nasrudin Abdul Haris, seorang perangkat desa Kemloko, Blitar sekaligus pemain Layang Ambiya, dan Bapak Sutrisno, seorang pemain Layang Ambiya senior.
Layang Ambiya berasal dari gabungan dua kata, Layang dan Ambiya. Layang diambil dari bahasa jawa yang berarti surat atau tulisan, sedangkan Ambiya berasal dari bahasa arab Ãâ¢Ã¢â¬Â Ãâ¢Ã...½ÃËèÃâ¢Ã...½ÃËãÃâ¢Ã...½ - Ãâ¢Ã... Ãâ¢Ã...½Ãâ¢Ã¢â¬Â Ãâ¢'ÃËèÃâ¢Ã...½ÃËãÃâ¢Ã - Ãâ¢Ã¢â¬Â Ãâ¢Ã...½ÃËèÃâ¢'ÃËãÃâ¢Ã¢â¬Â¹ (naba a - yanbau - nab an) yang berarti 'sesuatu itu Tinggi' atau secara istilah berarti para nabi. Secara ringkasnya, Layang Ambiya adalah sebuah tulisan atau uraian yang menceritakan kisah-kisah atau sejarah para Nabi mulai dari Nabi Adam A.S. hingga Nabi Muhammad S.A.W. Kitab ini ditulis dengan huruf Arab pegon menggunakan bahasa kawi umum. Namun dalam perkembangannya, kitab Layang Ambiya ditulis dengan alfabet agar memudahkan pembacaan isi buku tersebut. Terdapat tiga bagian cerita dalam kitab Layang Ambiya. Bagian pertama mengisahkan kisah para nabi, bagian kedua berisi tentang cerita di tanah Jawa yang didalamnya terdapat manuskrip Babad Tanah Jawa, dan bagian ketiga berisi tentang tauhid atau sering dikenal dengan Bogo Bokat.
Pertunjukan Layang Ambiya berupa pembacaan kitab Layang Ambiya yang dilakukan sehabis Isya hingga tengah malam, tak jarang hingga fajar menyingsing. Pertunjukan ini dimainkan oleh 15 orang yang secara bergantian membacakan pupuh(bagian kitab) demi pupuh dalam Kitab Layang Ambiya. Pembacaan kitab yang berasal dari Mataram ini biasanya dibacakan ketika seseorang mendapat nikmat lahirnya seorang anak, yakni di hari kesatu hingga ketujuh kelahiran bayi, sebelum acara sepasaran bayi. Pembacaan kitab Layang Ambiya tidak diiringi dengan alat musik, tapi penyampaiannya dilagukan dengan menggunakan irama tembang-tembang macapat. Beberapa tembang macapat yang sering dipakai antara lain Asmaradhana, Dandanggula, Sinom, Mijil, Kinanthi, Megatruh, Durma, Pucung, Maskumambang, dan Guresa. Tembang macapat Guresa jarang digunakan karena irama lagunya agak sulit untuk diikuti.
Grup Layang Ambiya berada dibawah binaan Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (LESBUMI) NU Kabupaten Blitar dan pernah menjadi andalan LESBUMI NU Kabupaten Blitar dalam acara "NU Award" Jawa Timur tahun 2017. Grup Layang Ambiya yang awalnya hanya ada di desa Kemloko, saat ini sudah mulai menyebar ke Selopuro dan Talun berkat binaan LESBUMI NU Kabupaten Blitar. Bahkan, grup Layang Ambiya berkesempatan untuk tampil dalam HUT Kabupaten Blitar ke-679 di Pendopo Kabupaten Blitar pada 5 Agustus 2018. Salah satu agenda rutin untuk menjaga kelestarian pertunjukan Layang Ambiya adalah dengan mengadakan Festival Kitab Layang Ambiya. Meskipun festival ini masih tergolong baru, namun festival ini dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan kebudayaan lokal kepada khalayak umum, dan tentunya agar kebudayaan kita tetap terjaga.
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...