Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Permainan Tradisional Jambi Jambi
Permainan Taji
- 9 Juli 2018

Permainan ini terdapat di daerah Kabupaten Bungo Tebo, Kabupaten Sarko, Kabupaten Tanjung Jabung, Kabupaten Batanghari dan Kotamadya Jambi. Pemainnya adalah anak laki-laki berumur 7-15 tahun dengan jumlah minimal dua orang. Alat yang dipergunakan adalah biji duren yang diberi semacam taji yang terbuat dari lempengan baja berbentuk huruf S dan Z. Ketangkasan dan kejelian merupakan ciri khas permainan ini.

Permainan ini dimulai dengan melakukan pasangan taji dengan cara melobangi biji duren untuk memasukkan tali. Kemudian taji bagian puting ditusukkan pada biji duren sehingga mata taji berada di atas.

Selanjutnya diadakan sut untuk menentukan siapa pemasang taji dan siapa yang akan menaji. Siapa yang kalah akan bertindak sebagai pemasang dan yang menang sebagai penaji.

Pemasang mengarahkan mata tajinya ke atas sambil memegang tali tersebut dengan kedua belah tangan, sedangkan penaji dengan memegang tali sambil memutar-mutarkan ke arah taji pemasang tadi dengan penuh perhitungan dan bidikan yang tepat.

Seandainya bidikan mengenai sasaran maka taji akan mengenai biji duren, tetapi jika bidikan meleset akan mengenai tanah maka penaji berganti menjadi pemasang, begitu seterusnya.

Permainan dianggap kalah apabila biji duren pecah berkeping-keping, baik sebagai penaji maupun sebagai pemasang. S

ebagai sanksi pemain yang kalah tidak ada aturan tertentu, hanya kesepakatan antar pemain. Sedangkan permainan dianggap selesai jika biji duren salah satu pemain sudah habis.

Permainan ini menggunakan dua polong kayu yang sama besar dan panjang yang berbeda, yaitu induk 45 cm dan anak 15 cm. Selain itu dibuat lobang panjang 15 cm dan kedalaman 10 cm.

Pemainnya dilakukan oleh anak laki-laki berumur antara 7-14 tahun dengan peserta minimal dua orang, pelaksanaannya di halaman yang luas.

Permainan sebelum dimulai lebih dahulu diadakan perundingan aturan permainan, yaitu :

– Jika lawan dapat menangkap anak lele, maka mendapat nilai.

– Berapa jumlah nilai sampai permainan selesai.

Untuk menentukan siapa yang lebih dulu memulai permainan, maka dilakukan undian dengan jalan sut. Peserta yang menang sut yang akan memulai permainan. Ada tiga tahap permainan kak lele:

– Tahap pertama; Anak lele diletakkan di atas lubang dan pemain memegang induk lele dan mengaiskannya sekuat tenaga agar anak lele terlempar sejauh mungkin.

Selanjutnya penjaga melempar kembali anak lele di arahkan ke lubang yang di atasnya diletakkan induk lele.

Apabila lemparan mengenai induk lele maka penjaga berganti menjadi pemain, tetapi jika berkelompok dilanjutkan dengan pemain selanjutnya.

– Tahap kedua; anak lele dilambungkan dan pada saat anak lele melambung di udara dipukul dengan induk lele sekuat tenaga agar terlempar jauh.

Sedangkan penjaga berusaha menangkapnya sebelum jatuh ke tanah. Jika penjaga dapat menangkap anak lele mendapat nilai.

Kemudian penjaga melempar anak lele ke arah lobang sedangkan pemain menunggu dengan memegang induk lele sambil menunggu anak lele dan siap memukul anak lele sejauh mungkin.

Selanjutnya dilakukan pengukuran dari jatuhnya anak lele sampai ke lobang dengan mengunakan induk lele.

– Tahap ketiga; anak lele diletakkan dalam lubang dengan posisi miring dengan ujungnya sedikit ke luar.

Kemudian pemain memukul ujung anak lele, saat anak lele mengangkasa pemain herusaha memukul agar anak lele terlempar jauh.

Kalau anak lele dipukul satu kali penghitungan dengan induk lele dan kalau anak lele dipukul dua kali penghitungan dilakukan dengan anak lele.

Apabila pukulan dapat ditangkap akan mendapat nilai bagi penjaga dan permainan dianggap mati.

Pemenang akan ditentukan dengan siapa yang terlebih dahulu memperoleh jumlah nilai yang lelah disepakati.

 

Permainan ini terdapat di daerah Kabupaten Bungo Tebo, Kabupaten Sarko, Kabupaten Tanjung Jabung, Kabupaten Batanghari dan Kotamadya Jambi. Pemainnya adalah anak laki-laki berumur 7-15 tahun dengan jumlah minimal dua orang. Alat yang dipergunakan adalah biji duren yang diberi semacam taji yang terbuat dari lempengan baja berbentuk huruf S dan Z. Ketangkasan dan kejelian merupakan ciri khas permainan ini.

Permainan ini dimulai dengan melakukan pasangan taji dengan cara melobangi biji duren untuk memasukkan tali. Kemudian taji bagian puting ditusukkan pada biji duren sehingga mata taji berada di atas.

Selanjutnya diadakan sut untuk menentukan siapa pemasang taji dan siapa yang akan menaji. Siapa yang kalah akan bertindak sebagai pemasang dan yang menang sebagai penaji.

Pemasang mengarahkan mata tajinya ke atas sambil memegang tali tersebut dengan kedua belah tangan, sedangkan penaji dengan memegang tali sambil memutar-mutarkan ke arah taji pemasang tadi dengan penuh perhitungan dan bidikan yang tepat.

Seandainya bidikan mengenai sasaran maka taji akan mengenai biji duren, tetapi jika bidikan meleset akan mengenai tanah maka penaji berganti menjadi pemasang, begitu seterusnya.

Permainan dianggap kalah apabila biji duren pecah berkeping-keping, baik sebagai penaji maupun sebagai pemasang. S

ebagai sanksi pemain yang kalah tidak ada aturan tertentu, hanya kesepakatan antar pemain. Sedangkan permainan dianggap selesai jika biji duren salah satu pemain sudah habis.

Permainan ini menggunakan dua polong kayu yang sama besar dan panjang yang berbeda, yaitu induk 45 cm dan anak 15 cm. Selain itu dibuat lobang panjang 15 cm dan kedalaman 10 cm.

Pemainnya dilakukan oleh anak laki-laki berumur antara 7-14 tahun dengan peserta minimal dua orang, pelaksanaannya di halaman yang luas.

Permainan sebelum dimulai lebih dahulu diadakan perundingan aturan permainan, yaitu :

– Jika lawan dapat menangkap anak lele, maka mendapat nilai.

– Berapa jumlah nilai sampai permainan selesai.

Untuk menentukan siapa yang lebih dulu memulai permainan, maka dilakukan undian dengan jalan sut. Peserta yang menang sut yang akan memulai permainan. Ada tiga tahap permainan kak lele:

– Tahap pertama; Anak lele diletakkan di atas lubang dan pemain memegang induk lele dan mengaiskannya sekuat tenaga agar anak lele terlempar sejauh mungkin.

Selanjutnya penjaga melempar kembali anak lele di arahkan ke lubang yang di atasnya diletakkan induk lele.

Apabila lemparan mengenai induk lele maka penjaga berganti menjadi pemain, tetapi jika berkelompok dilanjutkan dengan pemain selanjutnya.

– Tahap kedua; anak lele dilambungkan dan pada saat anak lele melambung di udara dipukul dengan induk lele sekuat tenaga agar terlempar jauh.

Sedangkan penjaga berusaha menangkapnya sebelum jatuh ke tanah. Jika penjaga dapat menangkap anak lele mendapat nilai.

Kemudian penjaga melempar anak lele ke arah lobang sedangkan pemain menunggu dengan memegang induk lele sambil menunggu anak lele dan siap memukul anak lele sejauh mungkin.

Selanjutnya dilakukan pengukuran dari jatuhnya anak lele sampai ke lobang dengan mengunakan induk lele.

– Tahap ketiga; anak lele diletakkan dalam lubang dengan posisi miring dengan ujungnya sedikit ke luar.

Kemudian pemain memukul ujung anak lele, saat anak lele mengangkasa pemain herusaha memukul agar anak lele terlempar jauh.

Kalau anak lele dipukul satu kali penghitungan dengan induk lele dan kalau anak lele dipukul dua kali penghitungan dilakukan dengan anak lele.

Apabila pukulan dapat ditangkap akan mendapat nilai bagi penjaga dan permainan dianggap mati.

Pemenang akan ditentukan dengan siapa yang terlebih dahulu memperoleh jumlah nilai yang lelah disepakati.

 

Permainan ini terdapat di daerah Kabupaten Bungo Tebo, Kabupaten Sarko, Kabupaten Tanjung Jabung, Kabupaten Batanghari dan Kotamadya Jambi. Pemainnya adalah anak laki-laki berumur 7-15 tahun dengan jumlah minimal dua orang. Alat yang dipergunakan adalah biji duren yang diberi semacam taji yang terbuat dari lempengan baja berbentuk huruf S dan Z. Ketangkasan dan kejelian merupakan ciri khas permainan ini.

Permainan ini dimulai dengan melakukan pasangan taji dengan cara melobangi biji duren untuk memasukkan tali. Kemudian taji bagian puting ditusukkan pada biji duren sehingga mata taji berada di atas.

Selanjutnya diadakan sut untuk menentukan siapa pemasang taji dan siapa yang akan menaji. Siapa yang kalah akan bertindak sebagai pemasang dan yang menang sebagai penaji.

Pemasang mengarahkan mata tajinya ke atas sambil memegang tali tersebut dengan kedua belah tangan, sedangkan penaji dengan memegang tali sambil memutar-mutarkan ke arah taji pemasang tadi dengan penuh perhitungan dan bidikan yang tepat.

Seandainya bidikan mengenai sasaran maka taji akan mengenai biji duren, tetapi jika bidikan meleset akan mengenai tanah maka penaji berganti menjadi pemasang, begitu seterusnya.

Permainan dianggap kalah apabila biji duren pecah berkeping-keping, baik sebagai penaji maupun sebagai pemasang. S

ebagai sanksi pemain yang kalah tidak ada aturan tertentu, hanya kesepakatan antar pemain. Sedangkan permainan dianggap selesai jika biji duren salah satu pemain sudah habis.

Permainan ini menggunakan dua polong kayu yang sama besar dan panjang yang berbeda, yaitu induk 45 cm dan anak 15 cm. Selain itu dibuat lobang panjang 15 cm dan kedalaman 10 cm.

Pemainnya dilakukan oleh anak laki-laki berumur antara 7-14 tahun dengan peserta minimal dua orang, pelaksanaannya di halaman yang luas.

Permainan sebelum dimulai lebih dahulu diadakan perundingan aturan permainan, yaitu :

– Jika lawan dapat menangkap anak lele, maka mendapat nilai.

– Berapa jumlah nilai sampai permainan selesai.

Untuk menentukan siapa yang lebih dulu memulai permainan, maka dilakukan undian dengan jalan sut. Peserta yang menang sut yang akan memulai permainan. Ada tiga tahap permainan kak lele:

– Tahap pertama; Anak lele diletakkan di atas lubang dan pemain memegang induk lele dan mengaiskannya sekuat tenaga agar anak lele terlempar sejauh mungkin.

Selanjutnya penjaga melempar kembali anak lele di arahkan ke lubang yang di atasnya diletakkan induk lele.

Apabila lemparan mengenai induk lele maka penjaga berganti menjadi pemain, tetapi jika berkelompok dilanjutkan dengan pemain selanjutnya.

– Tahap kedua; anak lele dilambungkan dan pada saat anak lele melambung di udara dipukul dengan induk lele sekuat tenaga agar terlempar jauh.

Sedangkan penjaga berusaha menangkapnya sebelum jatuh ke tanah. Jika penjaga dapat menangkap anak lele mendapat nilai.

Kemudian penjaga melempar anak lele ke arah lobang sedangkan pemain menunggu dengan memegang induk lele sambil menunggu anak lele dan siap memukul anak lele sejauh mungkin.

Selanjutnya dilakukan pengukuran dari jatuhnya anak lele sampai ke lobang dengan mengunakan induk lele.

– Tahap ketiga; anak lele diletakkan dalam lubang dengan posisi miring dengan ujungnya sedikit ke luar.

Kemudian pemain memukul ujung anak lele, saat anak lele mengangkasa pemain herusaha memukul agar anak lele terlempar jauh.

Kalau anak lele dipukul satu kali penghitungan dengan induk lele dan kalau anak lele dipukul dua kali penghitungan dilakukan dengan anak lele.

Apabila pukulan dapat ditangkap akan mendapat nilai bagi penjaga dan permainan dianggap mati.

Pemenang akan ditentukan dengan siapa yang terlebih dahulu memperoleh jumlah nilai yang lelah disepakati.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya