Jailolo, CNN Indonesia -- Kaki melangkah masuk ke dalam hutan dekat Desa Bukubuwalawa, Jailolo, Provinsi Maluku Utara. Siang itu, Kamis (4/5), saya diajak seorang bapak yang mau menebang Pohon Sagu untuk "memanen" ulat yang bakal dijadikan bahan masakan. Sabeta sebutan imut makhluk itu. Tak hanya Pohon Sagu, di dalam hutan juga banyak ladang milik warga yang ditanami beragam tumbuhan, salah satunya ialah Pohon Cengkih dan Pohon Pala. Dua jenis pepohonan tersebut merupakan saksi bisu kalau Maluku sempat tenar sebagai pulau penghasil rempah terbaik se-Indonesia. Bahkan Jailolo sempat didatangi oleh penjajah dari Portugis, Inggris dan Jepang yang berebut rempah.
Tapi saat ini berladang rempah bukan jadi mata pencarian utama masyarakatnya lagi. Pemuda dan pemudi dari tanah yang super kaya ini sudah banyak yang merantau ke kota besar, tak sedikit yang menjadi tenaga kerja di luar negeri. Bapak yang berjalan bersama saya ke dalam hutan menghentikan langkahnya. Ia menunjuk ke rerimbunan Pohon Sagu yang berada dalam ladangnya. Jangan kira ladang di sini dibatasi oleh pagar-pagar. Hanya ilalang pemisah yang menjadi penanda dan perhitungan kira-kira. Pohon Sagu pilihannya lalu ditebang dengan parang panjang yang dibawanya dari rumah, mirip yang menjadi aksesori dalam foto-foto Kapten Pattimura. Kata sang bapak, pohon itu sudah berumur lima tahun sehingga masuk dalam usia siap tebang. Setelah Pohon Sagu runtuh, sang bapak lalu kembali memotong-motong batangnya dengan ukuran lebih kecil agar mudah dibawa pulang. Dedaunannya yang serupa daun Pohon Kelapa juga ikut dibungkus, katanya untuk dijadikan tikar. Sampai di rumahnya, saya mencari penampakan Sabeta yang dimaksud. Sang bapak lalu menjelaskan kalau makhluk itu baru muncul setelah batang pohon dibiarkan busuk selama seminggu sampai satu bulan. Semakin lama membusuk, maka ulat di dalamnya akan semakin gendut. Karena tak mungkin menunggu selama satu bulan di rumah sang bapak, akhirnya saya memutuskan untuk melihat langsung cara pembuatan menu Sabeta Bakar Bambu di lokasi Festival Teluk Jailolo 2018 yang berada di dekat dermaga. Dalam lapak Jailolo Kitchen, sekelompok ibu ternyata sudah siap dengan Sabeta dan segala bahan baku masakan. Selain Sabeta, yang juga disiapkan ialah bumbu ala pepes ikan; cabe, bawang putih, bawang merah, kunyit, tomat, labu siam, ubi, jagung, daun sereh, daun salam, jeruk cui (sebutan untuk jeruk limo), garam, sayur lilin (sejenis ketela), dan pisang mulu bebe. Batang bambu muda yang sudah dipotong-potong dengan panjang sekitar satu meter juga disiapkan sebagi wadah pembakaran. Daun pisang yang menjadi alas juga ikut disediakan.
Ibu-ibu dengan seru memotong dan mencampur semua bumbu dalam lapak yang dibangun mirip gubuk sederhana. Setelah 30 menit menyiapkan bumbu, mereka mulai menggelar daun pisang di atas meja. Sabeta siap dipepes. Di atas daun bambu, bumbu disendok lima kali. Sabeta yang gendut dan masih hidup lalu dibaringkan di dalamnya. Air perasan jeruk cui dan garam dikucurkan banyak-banyak. Ternyata masyarakat Jailolo gemar dengan perpaduan rasa asam dan asin. Daun yang berisi bumbu dan Sabeta lalu dimasukkan ke dalam liang bambu. Corongnya yang terbuka disumpal daun pisang. Batang-batang bambu itu lalu direbahkan ke dalam api yang berasal dari pembakaran sabut kelapa. Hanya berjarak sekitar sepuluh menit, harum pepes ulat itu sudah terasa. Masakan yang sudah matang ditandai dengan air yang berhenti mengucur dari dalam bambunya. Sekitar 30 menit lima bambu yang dibakar akhirnya diangkat. Setelah dibuka pepes-pepes itu lalu dihidangkan di atas piring. Dimakan bersama jagung dan ubi yang menjadi pelengkap.
Jujur saja saya tak berhasil mengusir rasa enggan ketika diajak menyantap pepes ulat itu. Tapi ibu-ibu di sana terlihat lahap menyantapnya. Salah satu ibu mengatakan kalau rasanya mirip udang tapi lebih tebal. Bagi yang memiliki sejarah alergi sebaiknya jangan makan Sabeta terlalu banyak, terutama di bagian kepalanya. Memasak Sabeta Bakar Bambu telah lama menjadi tradisi masyarakat Jailolo untuk acara besar, salah satunya pernikahan. Minuman tradisional Cap Tikus dan Saguer ikut menemani. Resep memasaknya juga diwariskan turun temurun, dengan harapan pemuda dan pemudi yang sudah merantau jauh tak pernah lupa dengan identitas aslinya.
Sumber: cnn indonesia
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...