Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Tempat wisata Jawa Timur Lumajang
Pemandian Selokambang #DaftarSB19
- 16 Februari 2019

LEGENDA SELOKAMBANG

Kira-kira 700 tahun lalu wilayah yang sekarang ini kita sebut Lumajang diperintah oleh Adipati Arya Wiraraja sebagai hadiah dari Raja Majapahit kepada Arya Wiraraja yang telah banyak berjasa kepada Majapahit. Kediaman Arya Wiraraja oleh benteng yang dipakai oleh prajurit Kadipaten berlatih keprajuritan dan saat ini daerah tersebut kita namakan desa Biting (asal kata biteng artinya benteng).

Setelah 35 hari adipati Arya Wiraraja meninggal, daerah Biting diserang oleh prajurit Majapahit yang saat itu masyarakat biting tidak mengadakan perlawanan sama sekali, akhirnya mereka mengungsi keluar daerah yang mereka anggap aman diantaranya hutan-hutan kecil sekitar daerah tersebut. Saat ini daerah hutan itu dinamakan Kabonarang, sedangkan daerah bendungan yang juga disekitar hutan tersebut sekarang ini kita sebut Dawuhan Lor (Dawuhan artinya bendungan yang letaknya disebelah utara desa itu) diceritakan pula bahwa pada saat itu keluarga Mpu Nambi (putra Arya Wiraraja) juga terbunuh. Tidak ketinggalan Demang Ploso pun ikut mengungsi. Demang Ploso adalah Demang yang saat itu hidup dijaman tersebut, beliau mempunyai Abdi Kinasih yang sangat setia. Dari Abdi Kinasih itulah legenda Selokambang ini ada. Abdi Kinasih mencari Demang Ploso yang saat itu berpencar dalam pengungsian. Dirumah Demang Ploso sudah tidak berpenghuni maka Abdi Kinasih hanya bisa mengamankan barang-barang Demang Ploso yang sangat berharga. Dengan memanggul barang tersebut Abdi Kinasih meninggalkan tempat tersebut dengan tujuan mencari dimana Demang Ploso dan Keluarganya mengungsi. Sementara Abdi Kinasih belum bertemu dengan tuannya dia ingin menitipkan barang yang dibawanya ketempat yang aman yaitu tempat Mpu Teposono di Padepokan Teposono (Tepo artinya Topo, Sono artinya tempat ; Teposono artinya tempat bertapa yang banyak ilmunya). Mereka berunding untuk menyimpan barang dengan janji jika abdi Kinasih sudah bertemu dengan Demang Ploso barang itu akan diambil kembali. Bersama Mpu Teposono, lima cantriknya dan Abdi Kinasih mencari tempat untuk menyimpan barang tersebut. Disekat pohon besar disekitar danau kecil yang ada di daerah itulah mereka akan menyimpan barang tersebut yang berupa cepu-cepu yang isinya perhiasan berharga. Kebetulan di dekat pohon tersebut ada sebongkah batu sebesar kerbau, disitulah mereka akan menyimpannya. Batu itu tidak bisa diangkat meskipun dengan cara apapun sehinggga mereka menyerah dan mengadukan hal tersebut kepada Mpu Teposono. Mpu Teposono segera memerintahkan supaya mereka menjauhkan diri dari batu besar itu. Sang Mpu masuk ke dalam biliknya mengambil keris Aji Pameleng dan bersemedi meminta kepada yang Maha Agung agar batu besar itu bisa terangkat.

 

Berdebar hati mereka menanti apa yang akan terjadi, tidak lama terdengarlah suara gemuruh dari dalam batu dan timbullah lubang kecil dari batu itu, berjuta-juta pasir tersembur dari lubang tersebut. Mpu Teposono menghentikan semedinya dan keluar sambil membawa tongkat gemilingnya menghampiri batu yang sudah tidak menyemburkan pasir lagi diikuti para cantrik dan abdi kinasih yang masih berdebar-debar. Tongkat gemiling Mpu Teposono dibuat untuk membuat batu besar itu ke tengah danau. Anehnya batu besar itu dengan ringannya meluncur ke tengah danau. Batu itu terapung-apung tertiup angin, sedangkan abdi kinasih dan beberapa cantrik menggali lubang bekas batu itu berada dan menyimpan cepu-cepu itu. Setelah itu abdi kinasih meneruskan perjalanan mencari tuannya ke daerah pengungsian.

 

 

 

Puluhan tahun telah berlalu Mpu Toposono telah meninggal, para cantrik kembali ke rumah masing-masing, danau kecil tempat batu terapung itu semakin melebar, batu terapung itu lama-kelamaan habis terguyur oleh air hujan. Tinggalah danau yang sering dikunjungi penduduk digunakan untuk mandi. Dan tempat ini diberi nama SELOKAMBANG (selo artinya batu, kambang artinya terapung) seperti yang kita ketahui saat ini, bahwa pemandian Selokambanga itu tempatnya ± 7 km sebelah barat Kabupaten Lumajang.

Pada saat ini pemandian selokambang disamping menjadi objek wisata unggulan sebagian masyarakat juga percaya jika mandi di pemandian selokambang bisa menyembuhkan berbagai m

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Vila Van Resink
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Kertodadi
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Situs Cepet Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Situs Potro
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Sambal Matah
Makanan Minuman Makanan Minuman
Bali

Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati

avatar
Reog Dev