|
|
|
|
Pawai cetok khas Purwakarta yang masuk rekor MURI Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16018272_Anggita Ananda Kirei. |
Sampurasun
Sebelum masuk lebih dalam ke “Pawai cetok”,kalian tau gak sih Purwakarta itu ada dimana? Menurut pengalamanku, gak banyak loh orang yang tau Purwakarta, ya mungkin karena Purwakarta itu kota kecil temen-temen, dan gak jarang loh Purwakarta sering terbalik sama kota “Purwokerto”. Ya wajarlah Purwokerto kan lebih dikenal, sedangkan Purwakarta masuk tv aja jarang. Waduh, sedih banget nih jadi orang Purwakarta, tapi gapapa deh, karena daripada dulu Purwakarta udah mulai dikenal loh. Tentunya, karena prestasi yang dimiliki kota kecil, biar kecil tapi cabe rawit loh.
Salah satu prestasinya itu adalah pawai cetok. Mungkin ini terdengar asing buat temen-temen yang bukan orang Purwakarta, tapi pawai cetok sudah sangat dikenal di kota kami, kenapa? Karena, pawai cetok bisa dinikmati,bisa diikut oleh berbagai kalangan, dan gak sedikit warga Purwakarta yang ikut serta dalam pertunjukan tersebut. Bahkan, para pelajarpun diharuskan mengikuti pawai ini. Pelajar SMP,SMA pernah mengikuti pawai ini, orang dewasa pun tidak dilarang untuk mengikuti pawai ini. Karena itulah saking banyaknya yang ikut serta dalam pawai ini, pawai cetok di Purwakarta masuk rekor MURI temen-temen, yap itu karena jumlah pesertanya yang mencapai 52.280 menurut web jabartoday.com hebat banget kan?
Seperti apa sih pawai cetok itu? Nantinya para peserta pawai akan berjalan menggunakan topi khas petani Indonesia atau yang dikenal dengan cetok dari Jalan Baru sampai Toserba Yogya sekitar 2,5 km. Selain memakai cetok, biasanya peserta membawa boboko yaitu tempat untuk membersihkan beras,alat ini terbuat dari bambu yang dianyam. Berjalan sejauh hampir 3 km tidak akan terasa jika dilakukan bersama teman-teman dan rasanya akan sangat seru. Karena, sayapun pernah merasakannya saat SMP dan itu menjadi kenangan tersendiri yang tidak terlupakan. Bapak Bupati Dedi Mulyadi pun selalu hadir dalam acara tersebut, yang membuat masyarakat merasa lebih dekat dengan beliau. “Kesenian daerah yang patut dilestarikan karena disana kita bisa bertemu teman baru, belajar kesenian daerah, dan bahkan bersalam sapa dengan bupati” ucap Gayuh Laksono Jati,salah satu orang yang pernah menjadi peserta pawai cetok.
Ayo kawan, lebih mengenal lebih dalam lagi yuk dengan kota-kota kecil di Indonesia!!!
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |