Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Permainan, Ritual Nusa Tenggara Timur Sumba
Pasola
- 23 April 2016

Tradisi Pasola adalah permainan perang-perangan tradisional yang disebut Pasola. Pasola adalah permainan perang dua kelompok 'pasukan' berkuda yang saling melempar lembing (tombak kayu) di sebuah padang savana. Secara etimologis, Pasola berasal dari kata 'sola' atau 'hola' yang bermakna tombak kayu atau lembing. Setelah mendapat imbuhan 'pa' menjadi 'pasola' atau 'pahola', maka artinya menjadi permainan ketangkasan menggunakan lembing.

Menurut cerita setempat, tradisi unik ini lahir dari kisah percintaan janda cantik jelita bernama Rabu Kaba. Sebelum menerima status janda, Rabu Kaba adalah istri sah dari Umbu Dula, satu di antara tiga bersaudara pemimpin warga Waiwuang. Dua saudara lainnya bernama Ngongo Tau Masusu dan Yagi Waikareri. Seperti diceritakan dalam situs http://sumbaisland.com, ketiga bersaudara ini kemudian berpamitan kepada warga Waiwuang untuk pergi melaut. Namun, ternyata mereka pergi ke daerah selatan Pantai Sumba Timur untuk mengambil padi. Setelah sekian lama, ternyata ketiga bersaudara tersebut tak kunjung pulang. Warga pun mencari jejak mereka tetapi tak berhasil menemukannya. Akhirnya, warga bersepakat mengadakan upacara perkabungan dan menganggap ketiga bersaudara itu telah meninggal.

Singkat cerita, janda cantik istri mendiang Umbu Dulla kemudian menjalin kasih dengan Teda Gaiparona, seorang pemuda tampan dari Kampung Kodi. Tetapi, karena peraturan adat tidak menghendaki percintaan mereka, sepasang kekasih ini kemudian melakukan kawin lari. Janda cantik itu pun diboyong oleh Teda Gaiparona ke Kampung Kodi. Tak berapa lama setelah peristiwa kawin lari tersebut, tiga bersaudara Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri, dan Umbu Dula pulang kembali ke Kampung Waiwuang, dan mendapati berita bahwa Rabu Kaba telah dibawa lari oleh Teda Gaiparona.

Perselisihan pun tak dapat dielakkan. Tiga bersaudara ini bersama seluruh warga Waiwuang meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona karena telah melarikan Rabu Kaba. Akhirnya kesepakatan pun lahir, yaitu Teda Gaiparona harus mengganti belis (mas kawin) yang diterima oleh si janda cantik dari keluarga Umbu Dulla. Setelah itu barulah pernikahan secara adat dapat dilaksanakan. Usai pernikahan tersebut, Teda Gaiparona berpesan supaya warga melaksanakan Pasola. Dengan cara ini, diharapkan dendam kedua kampung tersebut dapat dilepaskan dengan permainan perang-perangan dan adu ketangkasan melempar lembing dari atas kuda.

Pelaksanaan Pasola sendiri sebetulnya merupakan bagian dari ritual kepercayaan Marapu (agama lokal masyarakat Sumba). dalam kepercayaan Marapu, elemen terpenting adalah menjaga keharmonisan antara manusia dengan nenek moyangnya. Sebab, arwah nenek moyang inilah yang akan membawa kesuburan dan kemakmuran bagi mereka. Nah, permainan Pasola biasanya diadakan sebagai puncak dari Pesta Adat Nyale, yaitu upacara adat untuk memohon restu para dewa dan arwah nenek moyang agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik.

Waktu penyelenggaraan Pasola sangat bergantung pada hitungan para tetua adat (Rato) yang menafsirkan berbagai tanda-tanda alam, termasuk peredaran bulan. Perhitungan para Rato ini konon tidak pernah meleset. Buktinya, setiap hari pelaksanaan Pasola, di tepi pantai biasanya terdapat banyak nyale (cacing laut) sebagai tanda dimulainya permainan Pasola. Dalam kalender Masehi, Pasola diadakan antara bulan Februari hingga Maret di beberapa tempat di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Dalam permainan yang menantang dan berbahaya ini, melihat secara langsung dua kelompok 'Kestaria Sumba' yang saling berhadap-hadapan, kemudian memacu kuda secara lincah sambil sesekali melesatkan lembing ke arah lawan. Tak hanya mahir berkuda dan melempar lembing, para peserta Pasola ini juga sangat tangkas menghindari terjangan tongkat yang dilempar oleh lawan. Derap kaki kuda yang menggemuruh di tanah lapang, suara ringkikan kuda dan teriakan garang penunggangnya menjadi musik alami yang mengiringi permainan. Belum lagi pekikan para penonton perempuan yang menyemangati para 'pahlawan' mereka di medan laga. Itulah suasana tegang dan menantang dalam permainan Pasola.

Dalam permainan ini, para peserta telah menyiapkan tongkat kayu khusus sepanjang 1,5 meter dengan diamater 1,5 centimeter. Meskipun tongkat tersebut dibiarkan tumpul, tak jarang permainan ini melukai para pesertanya, bahkan bisa memakan korban jiwa. Darah yang mengucur di arena Pasola dianggap bermanfaat bagi kesuburan tanah dan kesuksesan panen. Sementara apabila terdapat korban jiwa, maka korban tersebut dianggap mendapat hukuman dari para dewa karena telah melakukan suatu pelanggaran. Para peserta yang terkena lembing--jika memungkinkan--dapat membalasnya di arena ini. Akan tetapi jika pertandingan telah usai, sementara peserta masih penasaran untuk membalas terjangan tongkat lawan, maka ia harus bersabar untuk menunggu Pasola pada tahun berikutnya. Sebab, dalam Pasola tidak dibenarkan untuk mendendam, apalagi melakukan pembalasan di luar arena Pasola.

Pelaksanaan Pasola tidak hanya merupakan permainan yang bersifat badaniah (profan), melainkan juga merepresentasikan ketaatan para pemeluk kepercayaan Marapu dalam melaksanakan adat istiadat para leluhurnya. Oleh karena bersifat sakral, maka sebelum pelaksanaan Pasola para tetua adat melakukan semedi dan lakutapa (puasa) untuk memohon berkah kebaikan kepada para leluhur dan para dewa.

Selain memiliki nilai sakral, secara fungsional Pasola juga dapat dilihat sebagai elemen pemersatu dalam masyarakat Sumba. Sebagaimana cerita tentang asal muasal Pasola, yaitu untuk menghilangkan dendam antara Kampung Waiwuang dan Kodi, maka Pasola hingga kini telah menjadi ajang silaturrahmi dan persaudaraan di antara warga. Pada waktu istirahat, misalnya, yaitu ketika masuk jam makan siang, para peserta dan penonton akan melebur menjadi satu untuk menikmati makanan khas Pasola, yaitu ketupat. Pendek kata, warga di antara dua kubu yang 'berperang' dalam Pasola sama-sama diajak untuk tertawa serta bergembira bersama sambil menyaksikan ketangkasan para penunggang kuda.

Permainan Pasola diselenggarakan di empat kampung di Kabupaten Sumba Barat. Keempat kampung tersebut antara lain Kampung Kodi, Kampung Lamboya, Kampung Wanokaka, dan Kampung Gaura, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pelaksanaan Pasola di keempat kampung tersebut dilakukan secara bergiliran, antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya (bertepatan dengan Upacara Adat Nyale).

Sumber : https://wisatanusatenggara.wordpress.com/wisata-nusa-tenggara-timur/tradisi-pasola/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline