Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat DKI Jakarta DKI Jakarta
Pancuran dan Pangeran (Asal Usul Nama Pancoran)

Pada jaman dahulu, hiduplah seorang raja yang adil dan bijaksana. Karena raja memerintah kerajaan dengan baik maka sudah berpuluh-puluh tahun penduduknya hidup dengan aman dan tentram. Sang raja mempunyai tiga orang anak, yaitu Pangeran Jaya, Pengeran Suta, dan Pangeran Gerindra.

Suatu hari, Raja berencana memilih salah satu dari ketiga putranya untuk menggantikannya. "Seperti tradisi keluarga kita, untuk menggantikan posisi raja, kalian harus melewati ujian. Berangkatlah kalian besok meninggalkan istana," ujar Raja kepada ketiga putranya

Ketiga pangeran itu pun memulai perjalanan. Mereka sampai di sebuah sungai. Ketiganya mandi di sungai tersebut. Setelah mandi, mereka pun berganti pakaian. Namun, Pangeran Jaya tidak mengganti pakaiannya. Kedua adiknya meminta Pengeran Jaya mengganti pakaiannya karena menurut mereka tidak pantas orang dari kerajaan berpakaian lusuh. "Aku hanya membawa baju beberapa potong. Aku harus menghematnya. Maaf kalau aku berjalan bersama kalian dengan pakaian yang kotor." ucap Pangeran Jaya.

Mereka terus berjalan. Tak ada yang dapat dimakan dan diminum karena bekal mereka telah habis. Langkah kaki semakin lama semakin lemah. Suatu ketika, di tengah perjalanan, mereka menemukan sebuah pancuran. Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra segera terjun ke telaga di bawah pancuran tersebut, kemudian minum dan mencuci muka. Setelah itu, tiba-tiba keduanya meninggal dunia. Pangeran Jaya sangat sedih dan berniat untuk ikut mati bersama kedua adiknya.

Namun, ketika hendak meminum air pancuran itu, tiba-tiba ada suara menghentikannya, "Jangan kau minum air itu! Apakah kau ingin mati bersama adik-adikmu yang berani meminum air pancuran tanpa meminta izin kepada yang punya?" Muncullah seorang kakek yang berkata, "Akulah pemilik pancuran ini dan hanya bidadari yang boleh mandi di sini.” "Biarlah aku menyusul adik-adikku!" jawab Pangeran Jaya. "Baiklah, kau boleh menyusul adik-adikmu, asal kau menjawab pertanyaanku. Jika adikmu bisa kuhidupkan kembali, apakah kau mau menggantikan adik-adikmu?" tanya kakek tersebut.

Pangeran Jaya memikirkan jawabannya. Jika ia mati, ayahnya masih memiliki dua orang anak. Hal tersebut Iebih baik daripada kedua adiknya mati, yang berarti ayahnya hanya memiliki satu orang anak."Aku bersedia menggantikan adik-adikku, jika mereka bisa hidup kembali" jawab Pangeran Jaya.Sang kakek mengizinkan Pangeran Jaya meminum air pancuran itu. Saat Pangeran Jaya mulai minum, tubuh Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra mulai bergerak-gerak dan hidup kembali. Pangeran Jaya mendapati dirinya tetap hidup, walaupun telah meminum air pancuran itu.

"Aku bangga dengan ketabahan dan pengorbananmu, Jaya" kata si kakek. Lalu, la menyerahkan sebuah tongkat ke arah ketiga pangeran itu. Tongkat sakti ini akan mengantar kalian pulang. Siapa yang bisa mengangkat tongkat ini, dialah yang berhak menduduki tahta kerajaan." Kakek itu pun meghilang. Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra mencoba mengangkat tongkat itu, tetapi mereka tidak sanggup. Namun, Pangeran Jaya dapat mengangkat tongkat itu dengan mudah. Kedua adik Pengeran Jaya sadar dalam melewati ujian dari sang ayah, kakak merekalah yang paling pantas sebagai raja. Lokasi pancuran tersebut kemudian dinamakan Pancoran yang letaknya di Jakarta Selatan.

#OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline