Budaya Pacu Jawi
Pacu Jawi atau dikenala juga sebagai karapan sapi adalah budaya Minangkabau yang dilakukan oleh para petani Minang di musim panen untuk mengisi waktu luang dan juga menjadi hiburan masyarakat sekitar.
Pacu Jawi adalah sebuah olahraga hiburan dimana seorang joki mengandarai dua ekor sapi, atau jawi dalam bahasa minangnya di lintasan lumpur sawah menggunakan sebuah alat pembajak sawah untuk menahan sepasang sapi tersebut agar tidak berpisah. Alat tersebut akan diikatkan tali yang dipegang oleh jokinya, dan jokinya akan berpijak disebuah alat bajak pacu yang bertindak seperti ski. Saat joki ingin memulai kedua sapi tersebut untuk berlari, ia menggigit kedua ekor sapi tersbut. Sapi yang kaget akan mencoba untuk berlari mejauhi si joki tersebut, tetapi hal inilah yang menarik si joki tersebut sepanjang lumpur sawah. Rumornya adalah lebih kuat gigitan sang joki, lebih cepat larinya para sapi tersebut.
Walau tidak selalu dijadikan kompetisi, kadang di acara-acara khusus ada instansi dimana si joki bisa dinilai untuk pertunjukkannya. Biasanya yang dinilai adalah betapa lurusnya atau jauhnya para sapi bisa berlari sebelum ia belok. Di acara pacu jawi ini seringkali para sapi tidak menurut dan sangat cepat untuk berbelok saat berlari dan seringkali lari ke sawah lain, dan kadangkali juga para sapi tidak mau lari tetapi malah menendang si jokinya. Walau ada beberapa resiko di hiburan ini, masih banyak yang menikmati pertunjukkan-pertunjukkan pacu jawi ini. Seringkali pertunjukkan pacu jawi diadakan pada festival panen dan diiringin oleh lagi daerah.
Salah satu keseruan dalam pacu jawi adalah para photographernya. Tantangannya adalah untuk mendapatkan foto terbaik dari sudut terbaik tanpa sang photographernya terkena lumpur atau berada di jalan sapi tersebut. Walau ada beberapa photographer pemberani, seringkali photo pacu jawi diambil menggunakan lensa jarak jauh untuk mengurangi resiko terciprat lumpur dll. Ayah saya sebagai photographer beretnis Minang sering mengajak teman-teman dan kenalannya untuk datang ke acara pacu jawi tersebut dang mengadakan kontes foto. Salah satu contoh fotonya adalah yang dibawah ini yang diambil olehnya.
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati