Penyang adalah azimat yang dikenal oleh suku Dayak utamanya rumpun Dayak Ngaju ada juga yang seperti penyang ini dikenal dalam rumpun Dayak Benuaq / Tunjung disebut dengan istilah GIMAT & SAREMPELIT yang akan penulis bahas dalam tulisan terpisah sebab memiliki konsep yang sedikit berbeda dengan penyang. Biasanya penyang ini diwariskan turun temurun dan diikatkan pada pinggang atau disebut PETENG KAHANG PENYANG ada juga yang dibuatkan menjadi bentuk kalung dan ada juga penyang yang digantung di mandau. PENYANG berbeda dengan BATSAL / BASAL – biasanya basal terdiri atas rajah atau barang-barang bertuah yang dibungkus di dalam kain sabuk, sehingga dari luar tidak dapat dilihat langsung. Basal biasanya berbentuk sabuk berbungkus yang dapat dilipat, dan terdiri dari beberapa lipatan, antara lain 7, 9, dan maksimal 41 lipatan. Umumnya suku Banjar atau Banten menggunakan BASAL yang terbuat dari rajahan-rajahan tertentu namun suku Dayak menggunakan kayu atau benda-benda lain yang dibungkus yang dianggap memiliki khasiat atau tuah. Sedangkan rajahan dayak bukan berupa tulisan tetapi berupa anyaman atau juga ukiran-ukiran tertentu baik yang ditattookan ditubuh atau ditaruhkan dimandaunya – ada juga rajahan dimandau ini yang ditutup ada juga yang dibiarkan terbuka.
Berbeda dengan Penyang atau Ponyang dimana benda bertuah / azimatnya ini dapat dilihat yang biasanya berupa kayu-kayuan, batu-batuan, botol-botol kecil yang berisi minyak yang ditutup, taring-taring binatang, cangkang kerang, patung-patung bahkan tulang tengkorak manusia, dimana barang-barang ini diyakini oleh orang Dayak mengandung kekuatan magis diantara lain untuk mengobarkan semangat perang, tidak punya rasa takut terhadap musuh, untuk menolak bala, penolak racun, penolak gangguan makhluk halus, mengobati orang sakit dan masih banyak lagi. Penggunaan taring-taringan yang dijadikan penyang pada Mandau adalah merupakan hasil buruan sang pemilik mandau tersebut, apabila orang Dayak mulai beranjak dewasa sebagai tanda ia mulai mandiri, setiap kali ia berburu maka taring-taringnya akan dikumpulkan dan semakin banyak taring yang digantung pada mandau artinya makin tinggi taraf keberaniannya karena binatang buas seperti buaya, beruang, macan, harimau bukan jenis binatang yang gampang dibunuh disamping itu dalam keyakinan Dayak Ngaju setiap makhluk hidup yang dibunuh baik itu juga manusia maka ia harus mengambil salah satu bagian tubuhnya atau memakan hatinya atau menjilat sedikit darahnya dan menggosokan dikening supaya roh korban tidak mengganggu.
Pantangan yang harus diketahui yaitu jangan mempermainkan dan menganggap sepele penyang, juga jangan melangkahi ataupun mentertawakan si pemakai penyang didepan umum karena penyang adalah lambang keberanian artinya dengan menghina penyang sama saja menghina suku dan hukum Dayak. Sangsinya sama dengan jika menghina kepala suku yaitu dihukum mati. Dalam budaya Dayak Ngaju pada zaman dahulu ada enam hal yang wajib dimiliki dan diketahui laki-laki Dayak yaitu; SAHUT PARAPAH, PENYANG, BABASAL, RAJAH, OBAT-OBATAN & RACUN, dan terakhir PALI atau Pantangan.
sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/04/15/penyang-azimat-suku-dayak-ngaju/
#SBJ
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.