Pantangan ini bermula dari kisah kematian Adipati Wirasaba atau Warga Utama 1, Warga utama 1 atau Adipati Wirasaba saat itu diperintahkan oleh kerajaan pajang untuk menyerahkan satu putrinya untuk menjadi pendamping raja pajang.
Adipati wirasaba akhirnya menyerahkan putrinya bernama Rara Sukartiyah/Sukesi, mantan istri dari anak ki demang toyareka.
Anak ki demang toyareka yang tak terima, lalu berusaha membuat fitnah dengan mengatakan bahwa Rara Sukesih adalah istrinya dan tidak boleh menjadi istri orang lain, setelah mendengar kabar tersebut, Sultan Pajang yang marah tak kuasa membendung amarahnya dan langsung menyuruh 3 prajurit untuk membunuh Adipati wirasaba yang sedang dalam perjalanan pulang, tanpa bertanya dahulu kepada rara sukesih sultan pajang sudah menyuruh ketiga prajuritnya untuk membunuh Adipati wirasaba.
Saat itu adipati wirasaba beristirahat dulu di kediaman ki Ageng Bener, di Desa Bener, Ambal, Kebumen. disana Adipati Wirasaba di jamu Pindang Banyak (Angsa). karena jaraknya tak terlalu jauh, maka saat gandek atau prajurit datang dan membunuh Adipati wirasaba, adipati wirasaba sedang menyantap pindang banyak tersebut.
Wilayah Kadipaten Wirasaba meliputi wilayah yang kini di sebut dengan karsidenan Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara. setelah itu beredarlah kabar itu ke masyarakat dan masyarakat menganggap sebagai larangan memakan daging banyak untuk masyarakat banyumasan karena mengenang kematian dari Adipati Wirasaba.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang