Kampung Condet yang menjadi Kelurahan Balekambang dan Kampung Gedong yang menjadi Kelurahan Batuampar, sebuah daerah yang terletak di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, ternyata menyimpan sebuah legenda, dimana kedua wilayah kelurahan tersebut masih menjadi satu wilayah dengan nama CONDET.
Dahulu, Condet adalah milik rakyat. Namun, sejak penjajah masuk ke wilayah Betawi, daerah Condet
dan sekitarnya dikuasai oleh seorang tentara Belanda yang bernama Jan Ament. Ia adalah seorang
yang suka bertindak sewenang-wenang, sehingga wilayah Condet menjadi terbagi dua.
Oleh karena itu, masyarakat Condet pun melakukan perlawanan terhadap Jan Ament.
“Assalamu’alaikum!” ucap pemuda itu dengan suara pelan.
“Waalaikum salam...!” terdengar suara wanita dari dalam rumah menjawab salamnya.
“Silakan duduk, Bang!” ujar Maemunah.
- “Maaf, Anak Muda. Anda siapa dan apa maksud kedatangan Anda ke mari?” tanya Pangeran Codet.
- “Nama saya Astawana. Kedatangan saya kemari untuk melamar putri Tuan yang bernama Maemunah,” ungkap Astawana.
- “Pangeran Astawana yang terkenal sakti itu bukan?” tanya istri Pangeran Codet.
- “I... Iya, Tuan!” jawab Astawana sedikit gugup, “Kebetulan saja orang-orang di daerah ini banyak yang mengenal saya.”
- “Putriku, duduklah sebentar,” kata Pangeran Codet,
- “Ayah ingin memperkenalkamu dengan pangeran muda ini.
- Apakah kamu pernah mengenalnya?”
- “Aye hanya mengenal namanya, Be,” jawab Maemunah singkat.
- “Ketahuilah, kedatangan Astawan kemari ingin melamarmu. Bagaimana pendapatmu, Putriku?”
- “Iya, lamaran aye terima jika Abang mampu membuatkan dua rumah di dua tempat yang berbeda dalam waktu semalam,” pinta Maemunah,
- ”Dua rumah itulah sebagai mas kawinnya.”
“Baiklah, saya menyanggupi persyaratan itu,” jawab Astawana dengan penuh keyakinan.
“Hai, perempuan pribumi, cepat keluar! Kalau tidak, aku akan masuk memaksamu ke keluar!” teriaknya sambil berkacak pinggang.
- “Maaf, Tuan! Barangkali ada sesuatu yang bisa aye bantu?” tanya Maemunah.
- “Aku ke sini untuk meminta seluruh tanah milikmu. Cepat serahkan semua surat-surat tanahmu kepadaku! Kalau tidak, kamu akan tahu sendiri akibatnya. Pedang panjangku ini akan menebas lehermu,” ancam Jan Ament.
“Hai, Belanda pengecut! Beraninya sama perempuan saja. Lawan aku jika kamu berani!” tantang Astawana seraya melompat ke hadapan Jan Ament.
“Ayo kita pergi dari sini!” ujar Jan Ament sambil memegang dadanya yang terkena tendangan Astwana.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.