Nenggu atau Persembahan kesetiaan merupakan salah satu prosesi dalam pernikahan adat Bima. Nenggu atau Persembahan kesetiaan merupakan saat bunti mone untuk melangkah mendekati bunti siwe guna melaksanakan upacara nenggu, yaitu mempersembahkan jungge ke sanggul sang bunti siwe tercinta. Upacara ini kadang – kadang disebut upacara cepe jenggu.Bunti mone mengawali upacara dengan mempersembahkan sekuntum jungge kala( Sanggul Merah) sebagai isyarat bahwa bunti mone seorang gagah berani, namun jungge kala lambang keberanian dibantik oleh bunti siwe. Kini bunti mone mempersembahkan jungge monca (Sanggul Kuning) kepada sang istri tercinta bunti siwe. Namun apa hendak dikata, jungge monca lambang kejayaan juga ditolak oleh bunti siwe. Bunti mone tidak putus asa, di tangan masih ada sekuntum jungge bura(Sanggul Putih) sebagai lambang keikhlasan hati dalam membina mahligai rumah tangga. Penyerahan jungge bura(Sanggul Putih) disambut gembira oleh bunti siwe. Jungge bura sebagai simbul keikhlasan lebih utama dari sekuntum bunga merah dan kuning. Karena keberanian tanpa keikhlasan akan menimbulkan petaka bagi keluarga. Kejayaan diraih dengan hasat dengki tidak akan berguna. Semua perjuangan tanpa kesucian akan sia – sia.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang