Seperti yang kita tahu, pulau Jawa terdiri dari beragam daerah yang memiliki suku dan budaya yang berbeda. Salah satunya adalah daerah khusus ibukota Jakarta atau yang biasa dikenali dengan nama DKI Jakarta. Penduduk asli dari DKI Jakarta adalah suku betawi, yang sudah menempati Jakarta sejak abad ke-17. Pada waktu itu DKI Jakarta masih bernama Batavia.
Mengenai asal usul penduduk asli Jakarta. Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil perkawinan antar etnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, Tionghoa, dan India.
Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang berstatus setara dengan Provinsi. Jakarta terletak di Pulau Jawa, tepatnya di pesisir bagian barat Pulau Jawa. Budaya yang terdapat di Jakarta merupakan budaya campuran dari budaya dari etnis yang beragam (Dikenal dengan istilah Mestizo). Sejak kedatangan Belanda, Jakarta yang dulunya bernama Sunda kelapa merupakan ibu kota Indonesia yang memiliki magnet untuk menarik pendatang dari berbagai tempat. Jakarta yang dulunya terkenal dengan Kerajaan Sunda-nya pun juga memiliki berbagai peninggalan alat musik tradisional.
Secara umum jenis kesenian di Jakarta biasanya digunakan untuk memeriahkan pesta adat, pernikahan dan apapun orkesnya biasanya terdapat alat musik modern yang membantu mengisi untuk tambahan melodinya. Salah satu alat yang biasa digunakan adalah alat musik Gambang Kromong.
Gambang Kromong adalah sebuah orkes musik yang namanya merupakan perpaduan dari 2 buah b yakni Gambang dan Kromong. Gamang kromong menggunakan berbagai alat musik tradisional Jakarta dalam sebuah pertunjukkannya. Ada juga yang menyebut jikalau orkes ini termasuk Tradisi Cina Banteng
Gambang Kromong juga merupakan bukti dari toleransi terhadap sesama yang serasi antara unsur pribumi dengan Tionghoa, mengapa demikian?. Dari alat musik yang digunakan yang berupa alat musik Tionghoa yaitu Sukong, Tehyan, dan Kongahyan. Perpaduan inilah yang membuat perbedaannya menjadi indah.
Gambang Kromong yang kita ketahui merupakan kesenian musik Betawi telah merata keseluruh wilayah Betawi (dalam artian DKI Jakarta dan juga daerah sekitarnya). Jika anda pergi ke daerah-daerah yang masih kental dengan unsur budaya Cina dengan Betawinya pasti anda akan menemui banyak grup orkes Gambang Kromong.
Lagu yang sering dipentaskan pada kesenian musik Gambang Kromong biasanya mengandung humor, syair-syair yang membawa semangat, kegembiaraan, tak jarang juga berupa sarkasme (sindiran) yang bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi antar sesama.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.