Museum Waspada Purbawisesa terletak di Jl.Jendral Gatot Subroto No.16 Jakarta Selatan. Museum Waspada Purbawisesa berdiri satu kompleks dengan Museum TNI Satriamandala. Museum Waspada Purbawisesa menampilkan diorama ketika TNI bersama-sama dengan rakyat menumpas gerombolan separatis DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan pada ear tahun 1960-an. Fasilitas lainnya yang ada di Museum TNI Satriamandala ini antara lain adalah Taman Bacaan Anak, Kios Cinderamata, Kantin serta Gedung Serbaguna yang berkapasitas 600 kursi.
Diantara beberapa museum yang bisa Anda temukan saat ini, museum Museum Waspada Purbawisesa adalah salah satu museum yang cukup berbeda dari museum lainnya. Museum museum lain biasanya menunjukkan beberapa hal bersejarah seperti peninggalan dari dinasti tertentu di Indonesia atau museum yang menunjukkan mengenai peradaban dari masa tertentu di Indonesia.
Namun bukan hanya itu saja, sejarah mengenai Tentara Nasional Indonesia juga menjadi salah satu sejarah penting mengenai perjuangan Indonesia untuk mengingatkan bahwa negara Indonesia yang aman tenteram seperti saat ini adalah berkat pengobanan banyak pahlawan termasuk TNI. Inilah salah satu tujuan dari didirikannya museum Museum Waspada Purbawisesa ini.
Museum ini sengaja dibuat sebagai salah satu pengingat (dalam bentuk diorama) untuk mengingatkan setiap warga negara Indonesia akan pengorbanan TNI. Lain dari itu, museum ini juga bisa menjadi rujukan bagaimana sejak dulu sebenarnya masyarakat Indonesia selalu mencoba untuk bahu membahu dalam mempertahankan NKRI.
Saat ini banyak hal yang justru membuat kita kembali ke masa-masa sebelum kebebasan berpendapat dan menentukan pilihan masih belum seperti saat ini. Banyak orang yang bebas menyuarakan pendapatnya tanpa harus takut dikekang, namun justru beberapa orang tidak dapat memanfaatkannya dengan baik.
Inilah salah satu hal yang membuat museum Waspada Purbawisesa menjadi salah satu museum yang cukup penting dan berbeda di antara museum-museum lainnya yang ada di Indonesia.
Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari museum ini. Dengan berkunjung ke museum ini, mengingatkan kita mengenai salah satu peristiwa di masa lampau di mana saat itu Indonesia mendapatkan ancaman yang cukup serius dari sebuah kelompok separatis yang menamakan dirinya sebagai kelompok DI/TII. Meskipun kelompok dibuat oleh masyarakat Indonesia sendiri, kelompok ini berkembang di beberapa daerah seperti Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi.
Tanpa sadar, dengan adanya museum ini kita bisa mengingat bagaiman rakyat bergerak dan bersatu untuk berusaha mengembalikan kesatuan Republik Indonesia, tanpa adanya gerakan-gerakan separatis yang memecah belah masyarakat Indonesia.
Inilah hal penting yang harus kita ketahui mengapa museum Museum Waspada Purbawisesa adalah museum yang cukup penting diantara beberapa museum lainnya. Pelajaran penting yang bisa kita petik yaitu mengenai persatuan di Indonesia.
Melalui diorama yang dipajang di Museum Waspada Purbawisesa, kita akan melihat bahwa saat ini terdapat beberapa ancaman seperti yang gerakan separatis yang nyatanya bisa diredam dan dilumpuhkan bersama-sama melalui usaha masyarakat Indonesia dan juga TNI.
Ini merupakan pelajaran berharga yang bisa kita dapatkan dengan mengunjungi museum ini. Meskipun bentuk bangunannya cukup sederhana, namun ternyata bisa mengajarkan kepada kita, tentang nilai nilai perjuangan, bagaimana mempertahankan dan mengajarkan kepada kita bagaimana dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
Dengan berkunjung ke museum ini bisa membangkitkan semangat agar pengalaman pahit di masa lampau tidak seharusnya terulang kembali di masa yang akan datang.
Museum Waspada Purbawisesa ini diresmikan oleh Presiden RI ke-2 yaitu Presiden Soeharto. Pada tanggal 10 Noember 1987 dalam rangka untuk memperingati hari Pahlawan. Museum ini berada di kompleks Museum Satria Mandala yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Belajar dari museum ini, ternyata ancaman yang berasal dari internal bangsa Indonesia sudah pernah menimpa bangsa Indonesia. Tentu sebagian dari kita ingat mengenai kejadian pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok Darul Islam yang terjadi di beberapa tempat seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Dari kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa saat ini terdapat sejarah penting yang harus dijadikan bahan pembelajaran masyarakat Indonesia. Potensi ancaman yang sama mungkin saja bisa terjadi sewaktu waktu jika kita lengah. Kita harus benar-benar berusaha untuk menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran agama kita yang tercerminkan dalam Pancasila.
Kehidupan berpancasila sendiri berarti saling menghargai suku, agama dan ras yang berbeda-beda karena sejak awal Indonesia terbentuk dari suku, ras, dan agama yang berbeda-beda. Untuk itulah kita harus menjunjung tinggi nilai Pancasila, jangan sampai ancaman terhadap Pancasila tidak dapat kita atasi yang pada akhirnya akan mengakibatkan peristiwa yang sama dengan yang terjadi pada tahun 1960-an silam.
Inilah pelajaran berharga yang bisa diberikan Museum Waspada Purbawisesa. Dilengkapi dengan diorama untuk menggenang persatuan dari masyarakat Indonesia dan TNI untuk menjaga kesatuan NKRI.
Museum Waspada Purbawisesa merupakan museum yang terletak dalam kompleks Museum Satria Mandala. Untuk bisa mengunjungi museum ini, silahkan sesuaikan waktu luang Anda dengan jam operasional museum.
Dan berikut ini adalah harga tiket masuk (HTM) ke museum waspada purbawisesa :
Di museum ini, kita akan menemukan banyak manfaat terutama jika kita tertarik untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan perjuangan TNI bersama rakyat dalam menumpas pemberontakan di Indonesia.
sumber :https://www.triptrus.com/destination/804/museum-waspada-purbawisesa
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.