×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Museum

Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Provinsi

DI Jogjakarta

Asal Daerah

Yogyakarta

Museum Sudirman

Tanggal 31 Dec 2018 oleh Roro .

Museum Sasmitaloka “Museum”nya Jendral Sudirman

Museum Sasmitaloka adalah salah satu museum sejarah yang ada di Yogyakarta.  Dulunya merupakan tempat tinggal Jendral Sudirman terletak di Jalan Bintaran No.3 Yogyakarta . Jendral Sudirman  lahir di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Karesidenan Banyumas pada tanggal 24 Januari 1916. Bapak dan Ibunya yang bernama Karsid Kartawiraji dan Siyem menamakan bocah tersebut Sudirman. Selanjutnya ayah angkatnya Raden Cokro Sunaryo menambahkan nama Raden pada nama Sudirman.

Raden Sudirman mengikuti pendidikan formal di Taman Siswa kemudian melanjutkan pendidikan di HIK Muhammadiyah Solo. Selanjutnya tahun 1934 Raden Sudirman aktif dalam organisasi kepanduan Islam Hizbul Wathon. Karena prestasinya akhirnya beliau menjadi Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah di Cilacap. Selain itu beliau juga menjadi pengajar di Sekolah Menengah Muhammadiyah Cilacap.

Perjalanan Menjadi Seorang Jenderal

Karir beliau dimulai dari keikutsertaanya dalam tentara Pembela Tanah Air ( PETA ) di Bogor. Setelah mengikuti serangkain latihan akhirnya Raden Sudirman diangkat menjadi Daidancho ( Komandan Daidan ) setara dengan Batalyon di Banyumas.

Proklamasi Kemerdekaan akhirnya tiba pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa bulan kemudian pihak sekutu memaksa Jepang agar menyerahkan senjata kepada tentara Indonesia. Di beberapa tempat, terjadi baku tembak antara Jepang dengan tentara Indonesia karena dari Jepang menunjukan ketidakrelaannya menyerahkan kembali inventaris yang sudah direbutnya kepada tentara Indonesia.

Situasi seperti tersebut tidak terjadi di Banyumas, karena kearifan Reden Sudirman dalam berunding akhirnya gencatan senjata dengan Jepang dapat dilaksanakan tanpa pertumpahan darah. Waktu itu beliau menjadi Panglima Divisi V Banyumas dengan pangkat Kolonel. Karena prestasi dan jasanya yang didasari hati yang lembut tercermin dari tutur katanya yang sopan dan bersikap mengayomi para bawahan maka beliau terpilih menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ) pada tanggal 12 Nopember 1945 dan selanjutnya dilanti oleh presiden pada tanggal 18 Desember 1945.

Pada tanggal 3 Juni 1947 Tentara Keamanan Rakyat diubah menjadi Tentara Republik Indonesia dan akhirnya diganti lagi menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia ( APRI ). Perjalanan TKR sampai menjadi APRI dan menduduki tempat tertinggi banyak melewati peperangan melawan penjajah. Saat menjabat Panglima Besar di APRI beliau sakit dan semenjak itu dalam perjalananya harus ditandu oleh bawahannya namun aktivitasnya dalam memimpin setiap penyerangan terus dilakukan beliau walau dalam keadaan seperti itu.

Mulai dari Agresi Militer I sampai serangan Agresi Militer II dilakukanya dengan berpindah-pindah. Perjalanannya dalam bergerilya selama 6 bulan sejauh 1000 km akhirnya berakhir setelah diadakanya perjanjian Roem Royen. Panglima Sudirman selanjutnya kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949.

Bangunan rumah yang berada di Jalan Bintaran No.3 Yogyakarta ini dulunya merupakan kediaman Jenderal Sudirman yang sekarang ini menjadi Museum Sasmitaloka. Dinamakan Sasmitaloka dalam bahasa Jawa berarti untuk mengenang dan mengingat. Sasmitaloka bisa diartikan rumah untuk mengenang.

Museum Sasmitaloka menampilkan penggalan-penggalan sejarah kehidupan seorang tokoh besar Sudirman. Mulai dari masa kanak-kanak di Purworejo sampai beliau wafat dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta. Museum ini memiliki 14 ruangan yang diisi oleh serangkaian informasi yang disusun secara kronologis sehingga membentuk suatu cerita dan gambaran pada saat itu. Museum ini merupakan biografi kehidupan Sudirman dalam kesehariannya sewaktu mendiami rumah ini. Ruangan-ruangannya diibaratkan sebagai sampul sebuah buku, sedangkan barang-barang koleksinya diibaratkan merupakan teks yang tertulis pada lembaran halaman yang harus dibuka satu persatu bila ingin mengetahui secara lengkap.

Anak-anakku, Tentara Indonesia, kamu bukanlah serdadu sewaan, tetapi prajurit yang berideologi, yang sanggup berjuang dan menempuh maut untuk keluhuran tanah airmu. Percaya dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu negara yang didirikan di atas timbunan runtuhan ribuan jiwa harta benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia, siapapun juga” (Panglima Besar Jenderal Sudirman).

Untaian kalimat pengobar semangat ini tertera dalam prasasti museum Sasmitaloka Pansar Sudirman. Museum ini dibagi menjadi menjadi 4 bagian yaitu Gedung Utama ( 6 ruangan pameran ), Gedung Sayap Utara ( 3 ruangan pameran ), Gedung Sayap Selatan, dan Gedung Belakang ( Ruang X )

Ruangan – ruangan ini terletak di Gedung Utama menampilkan kehidupan Sudirman bersama Istri dan anak-anaknya. Ruangan-ruangan tersebut meliputi :

  • Ruang 1 ( Ruang Tamu )

Terdapat seperangkat meja dan kursi dari kayu yang pada masa itu digunakan Sudirman untuk menerima tamu. Terdapat juga 2 lampu gantung.

  • Ruang 2 ( Ruang Santai )

Dipenuhi oleh 2 set meja dan kursi yang pada zaman itu digunakan untuk berkumpul dan mengasuh keluarga dan anak-anaknya. Terdapat juga radio merk Philips buatan dari Belanda. Diatas radio terdapat lukisan Pangsar Sudirman saat menunggang kuda didampingi oleh Oerip Soemohardjo yang juga berkuda yang sedang menyiapkan pasukan di Alun-alun utara Yogyakarta. Lukisan yang lain menggambarkan Pangsar Sudirman waktu sakit dan ditandu saat perang gerilya. Selanjutnya terdapat lukisan Pangsar Sudirman saat menunggang kuda hitam, lukisan tersebut terletak diatas rak tempat perabot rumah tangga. Terdapat juga koleksi barang pecah belah dan lampu gantung.

  • Ruang 3 ( Ruang Kerja )

Berisi barang peninggalan beliau seperti : pedang Samurai ketika menjadi Daidancho di PETA, pesawat Telepon, meja kursi kerja, meja kursi tamu, keris yang selalu dibawa saat berperang, senjata Lee Enfield ( LE ) pistol Vickers dan Mitraliur dan piagam penghargaan yang diberikan oleh Sudirman dari pemerintah RI.

  • Ruang 4 ( Ruang Tidur Tamu )

Ruangan ini dahulu dipakai untuk tamu atau rekan yang ingin bermalam atau istirahat yang terdiri dari tempat tidur, kursi tamu, almari pakaian, foto-foto keluarga.

  • Ruang 5 ( Ruang Tidur Sudirman )

Digunakan juga untuk tempat sholat, ruangan ini berisi tempat tidur, almari pakaian, tempat sholat beliau. Terdapat juga patung lilin Sudirman yang sedang duduk lengkap dengan memakai mantel, ikat kepala dan alas kaki. Ada juga mesin jahit yang sering digunakan istrinya, lukisan Sudirman saat mengenakan baju adat Jawa.

  • Ruang 6 ( Ruang Tidur Putra-Putri Sudirman )

Pernikahan beliau dengan Siti Alfiah dikaruniai 9 anak. Ruangan ini bersebelahan dengan kamar tidur utama dan di ruangan ini terdapat koleksi tempat tidur untuk anak-anak beliau

Selanjutnya Gedung Sayap Utara terdapat 3 ruang pameran yang meliputi :

  • Ruang 7 ( Ruang Pengangkatan Panglima APRI )

Dipakai sebagai ruang sekretariat yang berisi koleksi yang berhubungan dengan pemilihan jabatan Panglima yang berupa meja dan kursi yang dipakai Letnan Kolonel Isdiman yang mengusulkan Sudirman menjadi Panglima dihadapan Oerip Sumohardjo dan Gatot Subroto. Koleksi yang lain yaitu Sumpah Anggota Pimpinan Tentara yang diucapkan oleh Pangsar Sudirman.

  • Ruang 8 ( Ruang Palagan Ambarawa )

Pertempuran antara TKR dengan tentara sekutu di Ambarawa dipimpin oleh Sudirman dan berhasil dimenangkan oleh pejuang RI. Bukti untuk mengenang pertempuran tersebut berupa senjata api, maket dan peta pertempuran Ambarawa.

  • Ruang 9 ( Rumah Sakit Panti Rapih )

Ruangan ini seakan menceritakan sewaktu beliau dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih pada tahun 1948. Terdapat juga foto atau literatur yang menceritakan saat beliau dioprasi. Barang lainnya berupa meja, kursi dan diorama sewaktu gerilya.

Gedung Belakang yang merupakan tampat menyimpan kendaraan peninggalan Pangsar Sudirman.

  • Ruang 10 ( Ruang Koleksi Kendaraan )

Ruangan yang menyimpan koleksi kendaraan yang dipakai semasa perang gerilya seperti dokar ( kereta kuda ) dan mobil sedan. Kendaraan Dokar dipakai sewaktu gerilya dari Playen menuju ke Semanu Gunungkidul. Dokar ini tidak ditarik kuda seperti biasanya, akan tetapi ditarik oleh pengawalnya secara bergantian. Sedangkan mobil sedan chevrolet tahun 1940 digunakan menjemput Sudirman dari gerilya dan pernah juga membawa beliau dari Piyungan menuju Ibukota sementara RI di Yogyakarta.

Gedung Sayap Selatan dibagi menjadi 4 ruangan yang terdiri dari :

  • Ruang 11 ( Ruang Sobo Pacitan )

Ruangan ini menyimpan banyak cerita mengenai Sudirman dan pasukanya sedang mengalami sakit karena peperangan, sehingga banyak masyarakat menolong dengan memberi sumbangan berupa dipan, meja kursi kayu, piring, sendok makan, kuali, cangkir, teko, gelas dari blek, stoples kaca, dan mangkuk. Terdapat juga miniatur dari markas Sudirman yang berbentuk limasan di Sobo, Pakis Baru, Pacaitan Jawa Timur. Ilustrasi yang terdapat pda ruangan tersebut menggambarakan kejadian di Sobo. Lukisan tersebut menggambarkan bahwa Sudirman dan pasukannya pernah berada di Sobo Paciatan.

  • Ruang 12 ( Ruang Diorama Perang Gerilya )

Dalam ruangan ini Pangsar Sudirman diceritakan dalam 3 diorama :

  • Diorama Pertama menceritakan perjuangan beliau saat Belanda melancarkan agresi II tanggal 19 Desember 1948
  • Diorama Kedua menceritakan perjalanan beliau saat memimpin perang gerilya.
  • Diorama Ketiga menceritakan aktivitas Sudirman dalam melaksanakan tugas sebagai Panglima Besar di markas gerilya Sobo Pacitan. Dilengkapi juga dengan koleksi peninggalan berupa tandu, tongkat dan peta gerilya.
  • Ruang 13 ( Ruang Koleksi Pribadi )

Dalam ruangan ini terdapat beberapa barang peninggalan yang dikemas dalam kotak etalase besar yang memuat barang-barang seperti : manekin Sudirman lengkap dengan mantel coklatnya yang sedang berdiri gagah. Barang-barang lainnya : peci, ikat kepala, koper, tongkat dan teko.

  • Ruang 14 ( Ruang Foto dan Dokumentasi )

Terdapat beberapa pakaian militer dan rekaman peristiwa masa perjuangan dan foto-foto yang mengabadikan peristiwa yang dihadapi Sudirman.

Museum Sasmitaloka dilengkapi dengan ruang pertemuan atau aula yang berada di teras belakang gedung utama. Para pengunjung yang datang secara berombongan dapat menggunakan tempat ini untuk berdiskusi membahas sejarah sambil beristirahat. Setelah mengunjungi museum, anda bisa melanjutkan perjalanan ke Museum Biologi yang letaknya berjarak 20 m dari tempat ini.

Lokasi

Museum ini terletak di Jl. Bintaran Wetan No.3 Yogyakarta

Akses

Untuk dapat mengunjungi musem ini bisa menggunakan jalur :

  • Dari Terminal Giwangan maupun dari Kantor Pos Besar – menaiki jalur 12 dan 16 menuju Jalan Sultan Agung berpesan kepada kondektur bus agar berhentu di Bintara Wetan – selanjutya berjalan kak menuju tempat museum yang jaraknya sekitar 50 meter.
  • Bus TransJogja juga tersedia dalam jalur 1A dan 1B yang dapat anda gunakan sampai ke Pasar Sentul Jalan Sultan Agung. Dari tempat itu anda dapat berjalan kaki atau naik becak.

Harga Tiket

Untuk memasuki museum ini tidak dikenakan biaya tapi pengunjung diminta untuk mengisi buku tamu yang berada di pos penjagaan di pintu masuk.

Fasilitas

Fasilitas yang disediakan di tempat ini meliputi : musholla,; pemandu wisata, toilet dan auditorium sebagai ruang pertemuan. Selanjutnya di luar rungan museum sasmitaloka terdapat toko oleh-oleh sekaligus sebagai tempat produksi kue dan oleh oleh yang cukup terkenal di Yogyakarta.

 

sumber :https://www.njogja.co.id/kota-yogyakarta/museum-sasmitaloka/

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...