Museum Soesilo Soedarman is located at Gentasari Village, Cilacap District, Central Java Province, Indonesia. The Museum is accessible from Yogyakarta, pass thru Purworejo – Kutoarjo - Kebumen – Gombong – Buntu and Sampang. From Sampang, turn South for a 5 kilometers to the Museum. There are many street boards within the roads which shown the direction to the Museum.
Museum Soesilo Soedarman was inaugurated in year 2000 in honor of the late General Soesilo Soedarman (1928 – 1997), a prominent Indonesian military leader and one of the Indonesia’s distinguished citizens. He act in the Indonesian military establishment since 1945 as a Cadet at The Yogyakarta Military Academy, and joined the guerrilla campaign in West Java and in around Yogyakarta Capital areas during the War of Independence (1945 – 1948). He and his unit, the SWK-104, Werkhreise III, was participated in the successful March 1, 1949 major-attack of Yogyakarta Capital under the leadership of then Colonel Soeharto, the Commander of the Werkhreise III Brigade, and later became the 2nd President of Indonesia.
Soesilo Soedarman graduated with honor from the Yogyakarta Military Academy Class of 1948, and was swearing in as a Second Lieutenant by Ir. Soekarno, the Indonesian first President, on November 28, 1948. He served in the Indonesian Cavalry Corps.
During his 40 year of military career (1945-1985), he act distinctly as a field commander, an Operation Officer, a Staff Officer, a teacher in Military Schools, a Defense Attache in Washington-USA, a General Staff at the Indonesian Armed Forces Headquarter, and as a Commander of the Sumatera and West Kalimantan Defense Regional Command (1981 – 1985). He saw military campaigns in West Java, West Sumatera and South Sulawesi. He also received military trainings in Netherlands, United States of America and Soviet Union.
Since 1986 until 1997, he assumed public position as the Indonesian Ambassador to the United States of America (1986-1988), the Minister of Tourism, Post and Telecommunication (1988-1993) and the Coordinating Minister for Political and Security Affairs (1993-1997).
General Soesilo Soedarman died on December 18, 1997. He was buried at the Kalibata Hero Cemetery in Jakarta with full military honor. He has a wife, Widaningsri, and five children. Indonesia went into 3-days National Mourning and the flag was lowered into a half-staff. For his 52 years of contribution to the Nation, Soesilo Soedarman honored 25 medals of Honor coming from The Government of Indonesia, the USA, The Netherlands and The Kingdom of Austria.
The Museum exhibits memorabilia, articles and photos of Soesilo Soedarman during his life as an Indonesian Military Officer, during his public service roles and his role in the communities, among others, as Vice Chairman of the Indonesian National Sport Committee (KONI), as Member of The Board of Trustees at the University of Lampung, the University of General Soedirman in Purwokerto and at the University of March 11, in Surakarta. He was also chaired the Ki Hadjar Dewantara Foundation, The Seruan Eling Banyumas (SERULING MAS) Foundation and was The Chairman of the Indonesian Armed Forces Retirees Organization (PEPABRI).
SOME OF THE MUSEUM COLLECTIONS:
The Museum occupies the Joglo Style Javanese House, build in 1899, as the house of Soesilo Soedarman’s grandfather, the first Village Chief of Gentasari. This house was the place where Soesilo Soedarman spent his childhood time. At the West Wing side, the gamelan instruments, the Kyai Manis, and a set of Shadow Puppet collection is being stored.
At the courtyard, there is a Russian-Made BRDM amphibious panzer, built in 1958. This armor car is the Command Car for Major Soesilo Soedarman, the 1st Cavalry Battalion Commander, during the campaign to crushed the rebellion of the Darul Islam/TII Movement in West Java (1959-1960).
Also at the Museum yard, there are a NOMAD N-22 Maritime Patrol Aircraft of the Indonesian Navy. This airplane, with call-sign number P-806, was used by Lt.Gen Soesilo Soedarman during his tenure as the Commander of the Defense Regional Commander I, handling Sumatera and West Kalimantan (1981-1985).
A one-horn rhino mascot statue is also being placed at the Museum courtyard to commemorate the Visit Indonesia Year 1991 event.
Inside the Museum, there are collections of rifles, pistols and machine guns, collections of special uniforms, historical goods, and photos. Photos of Soesilo Soedarman with almost all Indonesian Presidents can be found at the Museum. Also photos of Soesilo Soedarman during his military service period, as well as, during his public service periods.
Historical newspaper articles of are also being exhibit at the Museum. Also the medals of Honor from countries are being displayed.
The Museum is also equipped with a library, a mosque, children playing ground and a swimming pool.
sumber : https://soesilosoedarman.blogspot.com/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja