Sumber : Arsip Museum Provinsi Sumatera Barat
Museum Tri Daya Eka Darma. Museum ini merupakan salah satu sarana komunikasi antar generasi untuk mewariskan nilai-nilai juang 45. Di museum ini dapat kita saksikan peninggalan sejarah seperti pesawat, senjata, sarana komunikasi serta foto perjuangan sewaktu melawan penjajah Belanda dan Jepang dan lain sebagainya.
Latar Belakang dan Sejarah
Pendirian museum ini diprakarsai oleh Brigjen Widodo Pangdam III 17/Agustus salah seorang pimpinan TNI di wilayah Sumatera Barat dan Riau. Museum ini didirikan sebagai sarana komunikasi antara generasi dan sebagai pewaris semangat juang dan nilai-nilai kepahlawanan. Gagasan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Brigjen Soemantoro yang sekaligus kemudian meresmikannya apda tanggal 16 Agustus 1973.
Museum ini diberi nama Museum Perjuangan Tridaya Eka Dharma yang artinya tiga unsur kekuatan satu pengabdian. Nama ini bisa dikaitkan dengan falsafah Minang "Tigo Tungku Sajarangan".
Dipilihnya Bukittinggi sebagai tempat berdirinya museum ini adalah karena Bukittinggi adalah kota perjuangan yang pernah menjadi Ibukota Propinsi Suamtera danIbukota Negara RI ke-3 setelah Jakarta dan Yogyakarta pada masa Pemerintahan Darurat RI (PDRI).
Gedung ini dahulunya adalah rumah peristirahatan Gubernur Sumatera. Sebelum diresmikan gedung ini dipugar atas bantuan Pemda Tk. I Sumatera Barat dan Kodam III/17 Agustus.
Koleksi
Pada awalnya koleksi yang dimiliki masih sangat terbatas, namun seiring perjalanan waktu terus dilengkapi. Sekarang ini koleksi utama terdiri dari berbagai alat/senjata tradisional, senjata modern (pistol, senjata laras panjang, senjata mesin dan mortir) hasil rampasan perang dari penjajah Belanda dan Jepang, juga alat-alat lainnya seperti pesawat pemancar dan penerima radio YBJ 6, pesawat AT-16 Hervard B 419 yang bertugas menumpas gerombolan PRRI 1958 di Sumatera Barat dan masih banyak koleksi lagi yang ditata dalam vitrin maupun di luar vitrin. Selain itu terdapat juga foto pendukung berupa foto perjuangan kemerdekaan RI. Pesawat pemancar YBJ-6 ini adalah salah satu pesawat pemancar yang dapat dibawa rombongan PTT Bukittinggi selama Perang kemerdekaan kedua tahun 1948 - 1949. Pesawat pemancar ini digunakan oleh PDRI untuk berhubungan dengan daerah lain di Indonesia maupun di luar negeri terutama dengan India karena saat itu perwakilan Indonesia berada di New Delhi. Data koleksi museum selengkapnya yaitu Senjata api: 103 pucuk, alat peledak/amunisi 73/B, Alat komunikasi 13 macam, Pesawat tempur: 1 buah, Foto pejuang 100 buah.
Sumber :http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/10/museum-perjuangan-tridaya-eka-dharma.html
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.