Museum Ne’ gandeng berada di tengah sawah. Tepatnya di Desa Palangi, Kecamatan Sa’dan Balusu.
Ne’Gandeng adalah salah satu tempat wisata yang juga berada di Tana Toraja. Akan tetapi tempat wisata yang satu ini, dikenal bukan karena wisata alamnya, atau wahananya, melainkan karena Tongkonannya yang begitu banyak sehingga membuat tempat ini memiliki keunikan dari tempat wisata yang lain. Untuk lokasi sendiri, Museum Ne’ Gandeng letaknya tidak terlalu jauh dari Rantepao, hanya sekitar 10 kilometer. Transportasinya bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Tempat ini sendiri awalnya adalah tempat pelaksanaan prosesi pemakaman Ne’ Gandeng yang merupakan leluhur kampung di tahun 1994, sebagaimana yang diketahui bersama masyarakat Toraja adalah masyarakat yang menghormati leluhurnya. Kemudian dibangunlah bangunan tersebut dan lambat laun akhirnya beralih menjadi tempat wisata yang lebih menonjolkan bangunan Tongkonannya.
Semasa hidupnya, Ne’ Gandeng dikenal sebagai wanita yang memperhatikan kehidupan masyarakat sekitar. Maka dijadikanlah ia nama museum untuk tempat wisata ini. Selain menjadi kawasan wisata, Museum Ne’ Gandeng juga menjadi tempat untuk menggelar acara adat oleh penduduk sekitar.
Referensi:
http://makassarbaik.com/berita/wisata/museum-ne-gandeng-toraja-museum-unik-tengah-sawah-kaya-sejarah-dan-indah
http://www.objekwisatapopuler.com/museum-negandeng-toraja-objek-wisata-sejarah-sekaligus-tempat-foto-yang-hits.html
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang