Beberapa waktu lalu Gunung Lokon di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, meletus tiga kali dalam sehari. Letusan gunung tersebut disertai semburan material abu vulkanik yang membumbung tinggi. Ada mitos menarik tentang Gunung Lokon ini. Mitos ini dikisahkan turun temurun oleh warga sekitar gunung, yakni tentang kehidupan Mangkawalang dan babi piaraannya yang hidup di dalam gunung. Tapi ada yang bilang itu hanya dongeng semata.
Begini kisah Mangkawalang ini, seperti ditulis Aneke Sumarauw Pangkerego dalam bukunya: Cerita Rakyat dari Minahasa. Konon Gunung Lokon ini dihuni oleh orang bernama Mangkawalang. Dia hidup berbahagia di gunung itu karena aman dan sejahtera tanpa gangguan.
Namun pada suatu hari dia disuruh pindah oleh seseorang yang merasa berhak tinggal di situ, yakni Pinontoan dan istrinya bernama Ambilingan. Dengan hati masygul Mangkawalang memutuskan pindah karena tidak mungkin berdebat dan perang melawan Pinontoan dan Ambilingan itu.
Di tengah hati yang sedih, Mangkawalang berjalan turun gunung menerobos pohon-pohon hutan besar. Dia berjalan lurus, sampai akhirnya tiba di bawah gunung dan melihat ada gua besar. Dia lalu masuk ke dalam gua yang teramat dalam itu. Awalnya dia bingung akan berbuat apa di dalam gua itu, hingga akhirnya Mangkawalang memutuskan mendirikan rumah di dalam perut gunung.
Mangkawalang menancapkan tiang penyangga bumi agar tanah tidak menindihnya. Bahkan karena bahagia tidak ada yang mengusik lagi, dia akhirnya memelihara babi-babi hutan di dalam gua. Sayangnya, ketika babi-babi itu menggosok-gosokkan badannya ke tiang itu, terjadilah gempa di Gunung Lokon.
Jika babi hutan kecil yang menggosok badannya, maka yang terjadi hanya gempa bumi kecil. Tapi bila babi hutan besar--disebut Kantong--menggosokkan badan, maka akan menimbulkan gempa besar. Itu berarti si Kantong tidak hanya menggosokkan badan, tapi juga mengorek-ngorek tanah. Akibatnya, gempa besar melanda hingga menyebabkan longsor.
Nah, untuk meredakan gempa itu biasanya warga sekitar gunung akan membunyikan tong-tong, buluh, atau apa saja. Mereka juga harus berseru, "Wangko, tambah hebat lagi!" Maksudnya untuk menyindir babi-babi hutan Mangkawalang supaya berhenti menggosok.
Aneke Sumarauw dalam buku itu bercerita, pada mulanya Gunung Lokon adalah gunung tertinggi dan terbesar di Minahasa, atau disebut Malesung. Saking tingginya, jarak puncak gunung dengan langit hanya setangkai sendok. Waktu itu tidak ada gunung di Minahasa yang bisa menyainginya.
Di sisi lain, ada Gunung Kelabat di sebelahnya yang rendah. Lalu penghuni Kelabat itu ingin agar gunungnya bisa lebih tinggi dari Gunung Lokon. Mereka kemudian menemui Pinontoan dan Ambilingan, pasutri yang mengusir Mangkawalang tadi. Karena keduanya murah hati dan tidak kikir, maka tanah Lokon diberikan kepada penghuni Gunung Kelabat.
Penghuni Gunung Kelabat bergembira. Mereka lalu mengambil tanah Gunung Lokon dengan semangat dan bahagia untuk menimbung Gunung Kelabat hingga menjadi tinggi. Tapi tanpa sengaja banyak tanah bercecer di sekitar Gunung Lokon, hingga membentuk banyak gugusan gunung, seperti Gunung Kasehe, Tatawiran dan Empung.
Sumber : https://www.merdeka.com/peristiwa/mitos-gempa-gunung-lokon-akibat-ulah-babi-dari-tanah-minahasa.html
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...