Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Tradisi Jawa Barat Bandung
Mitos Larangan Orang Sunda untuk Menikahi Orang Jawa, Benarkah ?

      Pada era modern ini, sudah tidak jarang kita temukan adanya percampuran kebudayan akibat dari perkawinan antar dua individu yang menganut budaya yang berbeda. Sebagian besar masyarakat sudah banyak yang pikirannya terbuka untuk menerima ada nya budaya lain yang masuk dalam lingkup sosialnya.  Namun tentu saja masyarakat Indonesia masih belum terlepas sepenuhnya dari pengaruh mitos dari kebudayaannya. Salah satu dari sekian mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat masing - masing budaya adalah mitos bahwa orang berdarah Sunda dilarang untuk memperistri atau menikahi orang yang berdarah Jawa.

 

      Masyarakat Sunda memiliki kepercayaan bahwa menikah dengan orang Jawa, maka pernikahannya akan bernasib tidak baik, dimana hidupnya tidak bahagia, jatuh miskin, dan tidak langgeng hingga berujung pada perceraian. Mitos ini sendiri bukanlah sebuah tradisi ataupun cerita rakyat belaka. Mitos dilarangnya orang Sunda untuk menikahi orang Jawa diduga berawal dari tragedi perang Bubat, dimana dalam perang tersebut terjadi perselisihan antara Kerajaan Pajajaran atau Kerajaan Sunda dengan Kerajaan Majapahit. Pada awalnya, Hayam Wuruk berniat memperistrikan Dyah Pitaloka dari Negeri Sunda. Maka dari itu, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana atas restu dari keluarga Kerajaan Majapahit untuk melamar Dyah Pitaloka. Upacara pernikahan itu kemudian rencananya akan dilangsungkan di Majapahit.

 

      Maharaja Linggabuana pun berangkat bersama Dyah Pitaloka dan rombongan Sunda yang diiringi sedikit prajurit ke Majapahit, kemudian ditempatkan di Pesanggrahan Bubat. Mengetahui hal tersebut, timbul niat dari Mahapatih Gajah Mada untuk menguasai Kerjaan Sunda untuk memenuhi Sumpah Palapa yang dahulu ia buat. Gajah Mada pun lalu mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan pengakuan superioritas Majapahit atas Sunda di Nusantara.

 

      Mengetahui hal tersebut, pihak Kerajaan Sunda pun tidak terima akan hal tersebut. Perselisihan antar rombongan Linggabuana dengan Gajah Mada pun tak terelakkan. Perselisihan tersebut pun akhirnya berujung pada pecahnya perang di Pesanggrahan Bubat antar dua pihak tersebut, yang mengakibatkan gugurnya Raja Linggabuana, para menteri, pejabat kerajaan beserta segenap keluarga kerajaan Sunda. Dyah Pitaloka pun turut mengakhiri hidupnya sebagai bentuk pembelaan terhadap bangsa dan negaranya.

 

      Akibat kejadian tersebut, Prabu Niskalawastu Kancana yang merupakan penerus Kerajaan Sunda pun membuat sebuah kebijakan yang memutus hubungan diplomatik dengan Majapahit dan menerapkan isolasi terbatas dalam hubungan kenegaraan antar kedua kerajaan. Peristiwa tersebut juga mengakibatkan kalangan kerabat Negeri Sunda diberlakukan larangan estri ti luaran (beristri dari luar) yakni larangan untuk menikahi orang diluar lingkungan kerabat Sunda, yang tafsirannya menuju pada larangan untuk menikahi orang dari pihak Majapahit, yang kemudian pengertian ini meluas ke arah larangan untuk menikahi orang berdarah Jawa.

 

      Dapat dilihat bawa hal tersebut merupakan cerminan dari rasa kekecewaan masyarakat Sunda terhadap pihak Majapahit, yang akhirnya perselisihan ini berkembang dalam masyarakat menjadi sentimen antara Suku Sunda dan Suku Jawa hingga masa kini.

 

 

 

 

 

Sumber :

  •  https://www.merdeka.com/peristiwa/mitos-asal-muasal-larangan-menikah-sunda-jawa.html
  • https://www.kaskus.co.id/thread/596b388e9478683e638b456b/mitos-orang-sunda-tidak-boleh-nikah-sama-orang-jawa--no-sara/

 

 

 

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline