Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Utara Borneo
Misteri Minyak Kuyang
- 15 Februari 2015

Di tanah Borneo, minyak Kuyang atau kawiyang sangat terkenal, sampai-sampai banyak orang yang mencari benda langka ini. Selain sebagai pesugihan, minyak kuyang ini juga ditengarai dapat membuat pemiliknya awet muda dan beberapa khasiat keguanaan lainnya. Minyak Kawiyang memiliki nama berbeda disetiap wilayah Kalimantan, ada yang menyebutnya minyak kuyang, ada juga yang menamainya sebagai minyak Sumbulik

Ada cerita yang melatarbelakangi asal muasal minyak kuyang ini, ketika jaman dahulu pernah hidup seorang janda cantik dengan empat orang saudaranya, dengan nama Camariah, Dandaniah, Tambuniah dan Uraniah. Kecantikan paras wanita ini semakin lama semakin bertambah cantik, namun tidak ada satupun para lelaki yang langgeng membina rumahtangga dengan mereka. Karena setiap kali dinikahi, tak berapa lama pasti akan bercerai.

Ketika hendak meninggal dunia, datanglah 99 lelaki yang pernah menjadi suami mereka. Para suami tersebut menangis dan merasa bersalah karena telah bercerai dan meninggalkannya.

Ketika suasana sedih tersebut, ada suara gaib yang membisikkan bahwa wanita yang akan meninggal tersebut memiliki "cupu" alias guci kecil yang berisi minyak untuk dibagi-bagikan kepada 99 orang lelaki tersebut untuk "dipelihara" dan sebagai kenang-kenangan Suara gaib tersebut membisikkan juga bahwa minyak dalam guci tersebut memiliki khasiat.

Setelah itu, 99 lelaki tersebut membawa minyak dalam guci kecil tersebut ke kampung mereka masing-masing dan akhirnya tersebar kemana-mana hingga kini. Minyak dalam cupu tersebut kemudian oleh penduduk dinamakan Minyak Kawiyang, Minyak Sumbulik atau Minyak Kunyang. Minyak Kuyang tersebut memiliki lima macam warna dan berbeda juga khasiatnya. Minyak Kuyang pertama berwarna Hitam, khasiatnya untuk ilmu kebal, tahan terhadap tebasan benda tajam atau tertembak peluru musuh. Khasiat atau apuah lainnya, adalah pemiliknya dapat menghilang dengan cepat dan tanpa jejak.

Minyak Kuyang kedua berwarna merah, khasiat yang dimilikinya adalah untuk ilmu meringankan tubuh, dapat berlari cepat secepat kilat, dan dapat memanggil dan memerintahkan para jin untuk mengikuti perintah yang diberikan si empunya minyak kuyang merah ini. Minyak Kuyang ketiga berwarna Hijau, dengan khasiat dapat membuat dan mengirimkan ilmu santet, teluh, atau parangmaya kepada orang lain yang dikehendaki.

Minyak berwarna hijau ini juga dapat dipakai sebagai minyak untuk awet muda. Caranya, minyak tersebut dipoleskan di leher, kemudian leher yang telah dioles minyak kuyang ini akan terlepas dari raga pemiliknya dan terbang mencari korban untuk dihisap darahnya.Biasanya korban yang dicari adalah wanita yang akan melahirkan. Karena darah yang keluar dari proses persalinan akan mengeluarkan darah yang banyak. Kebanyakan yang belajar ilmu sesat ini adalah para wanita, yang pada siang hari, selalu melilitkan selendang atau penutup kepala pada leher mereka agar bekas olehan minyak kuyang ini tidak terlihat oleh orang lain.

Dan tanda-tanda wanita dengan melilitkan selendang atau penutup kepala pada leher mereka ini masih banyak ditemukan di desa-desa di Kaltim. Orang yang memiliki ilmu Kuyang ini sangat takut dengan bau bawang merah atau bawang putih. Jika ada orang yang dicurigai memiliki ilmu kuyang ini, kupas saja bawang sebanyak-banyaknya, kemudian kulitnya dibakar. Dijamin sang pemilik ilmu hitam ini akan memohon untuk tidak mengupas dan membakar kulit bawang lagi karena air mata mereka akan bertetesan.

Jika ingin mengirimkan santet atau teluh dari jarak jauh, minyak kuyang hijau ini cukup dioleskan pada jarum, paku atau pecahan kaca, lalu diperintahkan untuk menyerang orang yang diinginkan. Jarum, paku atau pecahan kaca tersebut akan secara gaib masuk ke dalam urat nadi dan pembuluh darah orang yang akan diserang. Minyak Kuyang selanjutnya berwarna Kuning, khsiatnya untuk menundukkan hati para perempuan supaya dapat jatuh cinta dan mengikuti keinginan si pemilik minyak kuyang ini.

Caranya cukup dengan mengoleskan ke ujung jari, kemudian digosok-gosokkan ke telapak tangan, untuk selanjutnya dikenakan kepada wanita yang dimaksud. Minyak Kuyang kelima berwarna Putih, khasiatnya sebagai pelarisan alias sebagai saranan untuk mendatangkan uang secara gaib.

Caranya, uang yang hendak dibelanjakan terlebih dahulu dioleskan minyak tersebut. Ketika sudah dibelanjakan, secara gaib uang tersebut akan kembali lagi kepada pemiliknya. Agar mendapatkan uang yang banyak, biasanya uang yang telah dioleskan uang tersebut dibelanjakan untuk membeli emas. Uangnya kembali dan emasnya dapat dijual kembali.

Semua jenis minyak Kuyang tersebut dijaga oleh jin masing-masing. Konon, minyak kuyang berwarna hitam dijaga oleh jelmaan jin wanita janda. Sementara, minyak-minyak lainnya dijaga oleh jin jelmaan saudara wanita janda yang masing-masing bernama Camariah, Dandaniah, Tambuniah, dan Uraniah tersebut.Selain itu, setiap waktu tertentu, biasanya setiap tahun, minyak kuyang tersebut harus diberi "makan" berupa sesaji sesuai fungsinya masing-masing.

Minyak kuyang berwarna hitam tiap tahun harus makan darah ayam hitam atau cemeni dan nasi ketan.

Minyak Kuyang berwarna merah dan hijau selalu menginginkan darah yang berasal dari jari manis manusia dan air tebu merah.

Kalau minyak kuyang berwarna putih dan yang berwarna kuning setiap waktunya akan meminta serbuk emas.

Meletakkan minyak kuyang ini pun tidak sembarangan, karena harus diletakkan dalam ruangan yang tidak terdapat cermin atau kaca dan harus ada lubang besar terbuka.

Minyak kuyang biasanya diempatkan dalam sebuah guci kecil yang dikenal dengan nama cupu. Cupu inipun bukan sembarang cupu, karena harus cupu yang "retak seribu" alias cupu yang telah berusia puluhan.

Sumber: http://jurirakyat.blogspot.com/2014/02/cerita-rakyat-kalimantan-misteri-minyak.html?m=1 http://www.vivaborneo.com/misteri-minyak-kuyang-yang-melegenda.htm

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Balai Padukuhan Klajuran
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Balai Padukuhan Klajuran merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional Jawa yang ditandai oleh bentuk atap limasan dan kampung. Bangunan ini terdiri dari pendhapa, nDalem, dan gandhok, serta menghadap ke selatan. Pendhapa memiliki denah persegi panjang dan merupakan bangunan terbuka dengan atap limasan srotong yang terbuat dari genteng vlam dan rangkaian bambu yang diikat dengan ijuk. Atap tersebut ditopang oleh 16 tiang kayu, termasuk 8 tiang utama dan 8 tiang emper, yang berdiri di atas umpak batu. Di belakang pendhapa terdapat pringgitan yang menyambung dengan nDalem, yang memiliki denah persegi panjang dan atap limasan srotong dengan atap emper di sebelah timur. Atap nDalem terbuat dari genteng vlam, dindingnya dari bata, dan disangga oleh empat tiang di bagian tengah. nDalem memiliki pintu masuk di bagian tengah serta pintu yang menghubungkan dengan gandhok, dan dilengkapi dengan senthong yang terdiri dari senthong tengen, senthong tengah, dan senthong kiwo. Di sebelah timur n...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pesanggrahan Hargopeni
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pesanggrahan Hargopeni adalah rumah tinggal milik Keluarga Kadipaten Pakualaman yang didirikan sekitar tahun 1930-an pada masa Paku Alam VII. Bangunan ini dirancang oleh Ir. Wreksodiningrat, insinyur pribumi pertama lulusan Belanda dan kerabat Kadipaten Pakualaman. Pesanggrahan ini pernah digunakan untuk menginap delegasi dari Australia selama Perundingan Komisi Tiga Negara pada 13 Januari 1948. Selama Agresi Militer II, bangunan ini menjadi camp tawanan perang Belanda. Saat ini, Pesanggrahan Hargopeni masih dimiliki oleh Kadipaten Pakualaman. Pesanggrahan Hargopeni adalah bangunan milik Kadipaten Pakualaman yang terletak di Jalan Siaga, Pedukuhan Kaliurang, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Difungsikan sebagai tempat penginapan bagi Keluarga Pakualaman, bangunan ini mengusung gaya arsitektur New Indies Style, sebuah perpaduan antara arsitektur modern Belanda dan tradisional Nusantara yang disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia. Pesanggrahan Hargopeni menampilk...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Joglo Fajar Krismanto
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Joglo milik Fajar Krismasto dibangun oleh Soerodimedjo (Eyang buyut Fajar Krismasto, seorang Lurah Desa), semula berbentuk limasan. Kemudian dilakukan rehabilitasi menjadi bangunan tradisional dengan tipe Joglo dan digunakan sebagai Kantor Kalurahan Karanglo, tempat pertemuan, pertunjukan kesenian dan kegiatan sosial lainnya. Pada masa perang kemerdekaan, rumah ini digunakan sebagai markas pejuang dan tempat pengungsian Agresi Militer II. Rumah milik Fajar Krismasto merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional Jawa tipe Joglo. Mempunyai empat sakaguru di bagian pamidhangan dengan atap brunjung, dan 12 saka pananggap di keempat sisinya. Di ketiga sisi, depan dan samping kiri-kanan terdapat emper. Saka emper terdapat Bahu Danyang untuk menahan cukit. Joglo ini mempunyai lantai Jerambah untuk bagian Pamidhangan dan Pananggap, dan Jogan pada bagian Emper. Di bagian depan dengan dinding dari kayu atau biasa disebut gebyok, sedangkan di bagian lain dengan tembok. Lantainya menggunakan t...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Ginonjing
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Tengah

Ginonjing adalah istilah yang digunakan untuk menamai emansipasi Kartini. Istilah tersebut diambil dari nama gending Ginonjing yang digemarinya dan adik-adiknya. Ginonjing berasal dari kata gonjing dalam bahasa Jawa yang berarti "goyah karena tidak seimbang". Ginonjing juga bisa berarti “digosipkan”. Ungkapan ini mengingatkan kepada gara-gara dalam pewayangan yang memakai ungkapan gonjang-ganjing . Menurut St. Sunardi, istilah itu dipilih Kartini sendiri untuk melukiskan pengalaman batinnya yang tidak menentu. Saat itu, dia sedang menghadapi zaman baru dan mencoba menjadi bagian di dalamnya.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Vila Van Resink
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...

avatar
Bernadetta Alice Caroline