Di daerah Jakarta, permainan merak-merak sintir dapat ditemui di Kebun Melati, Tanah Abang. Nama permainan ini berasal dari ungkapan yang melukiskan tingkah laku burung merak yang senang berputar-putar saat mengembangkan ekornya yang indah. Permainan ini tidak terikat oleh waktu dan musim, namun bisanya dilakukan pada malam hari. Akan tetapi, permainan ini bukan permainan yang baik untuk dimainkan siapa saja.
Pemain biasanya terdiri dari anak laki-laki dengan usia 12-13 tahun atau lebih dewasa lagi. Sekurang-kurangnya pemain berjumlah empat orang. Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah sehelai sarung, ember dan air. Arena bermainnya berupa tempat terbuka yang cukup lapang. Bagian utama permainan ini adalah pemanggilan roh untuk dapat masuk dalam tubuh salah seorang pemain.
Sebelum permainan dimulai, terlebih dahulu dilakukan penunjukan siapa yang akan menjadi pemeran burung merak. Setalah pemeran burung merak didapat, kemudian ditunjuk pemimpin permainan yang bertugas memanggil roh. Sedangkan pemain lain dengan jumlah tak terbatas bertugas melantunkan syair Merak-merak Sintir sambil mengelilingi pemain utama di tengah arena. Gambaran liriknya adalah sebagai berikut:
Merak, merak sintir,
Sintimye ngeong ngeong,
Ade burung, ade merak,
Burung merak ngigel,
Di Gunung Cede.
Pemeran utama berdiri di tengah arena, dikerudungi oleh sarung, dan matanya ditutup. Pemain lain melantunkan syair yang seperti mantera tersebut secara berulang-ulang. Perlahan-lahan pemeran merak pun mulai tertidur dan tidak sadar. Roh mulai masuk ke dalam tubuh pemain dengan ditandai badannya yang kaku. Maka sarung pun mulai dibuka dan peserta lain menjauh ke pinggir.
Para penonton mulai memberi perintah kepada pemeran merak itu untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu. Seperti disuruh berjalan, menari, dan kebiasaan lainnya dari seekor burung merak. Apabila nama aslinya dipanggil, pemeran merak menjadi sadar kemudian menangis. Cara menyadarkannya kembali adalah dengan menyiram air yang tersedia ke tubuh pemeran merak. Permainan ini sejenis dengan permainan kodok-kodokan, monyet-monyetan, atau ditempat lain semacam jailangkung dengan media yang berbeda.
Sumber:
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja