Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Papua Papua
Menelusuri Sejarah Peradaban Papua di Pulau Mansinam

Berbicara mengenai sejarah peradaban Papua maka tidak akan terlepas dari peran para misionaris di masa lalu yang datang ke Papua untuk mengabarkan kabar baik dalam Injil. Selain mengajarkan tentang ajaran-ajaran Kristiani yang terdapat dalam Injil, para misionaris ini juga mengajarkan budaya dan tata-cara hidup modern kepada penduduk lokal Papua yang masih tergolong primitif. Bahkan, mereka dengan penuh kasih ikut masuk ke dalam kehidupan sehari-hari para penduduk lokal dan membaur di pergaulan sembari mulai mengenalkan ajaran-ajaran Injil serta gaya hidup modern. Sejarah mencatat bahwa masuknya Injil pertama kali di Papua adalah tonggak penting yang menandai pula munculnya peradaban modern di tanah Papua. Inilah sebuah sejarah yang terjadi sekitar 160 tahun lalu di sebuah pulau bernama Mansinam.

Mansinam berada di Teluk Doreh yang merupakan bagian wilayah ibukota Papua Barat, Manokwari. Bila diamati, tidak ada yang istimewa dengan pulau berpenduduk tidak lebih dari 800 jiwa ini. Deretan pohon kelapa yang menghiasi pinggir pantai dan sebuah bukit hijau yang ditumbuhi pepohonan teduh menjadi pemandangan umum yang banyak dijumpai di Mansinam. Selain itu, tidak ada jalan raya di pulau ini, hanya jalan-jalan beton berukuran sedang yang masih terus dibangun sesuai instruksi pemerintah. Mansinam tak berbeda dari pulau-pulau lain di sekitarnya.

Namun, keistimewaan pulau yang berjarak sekitar 6 kilometer dari pusat kota Manokwari ini memang bukan terletak pada panorama alamnya. Mansinam adalah saksi sejarah dimana sebuah peradaban baru dimulai di pulau ini, Manokwari, dan pada akhirnya menyebar hingga ke seluruh daratan Papua. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Papua tidak akan mengenal modernisasi bila para misionaris tidak menginjakkan kaki di Pulau Mansinam.

Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang misionaris asal Jerman yang bernama Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler menginjakkan kaki di wilayah Papua untuk pertama kalinya. Mereka sampai di pulau Mansinam setelah sebelumnya melakukan pelayaran panjang dan singgah di Batavia, Makasar, serta Ternate. Sebagai misionaris, tugas utama mereka adalah memberitakan kabar baik yang tertulis di dalam Injil, namun di dalam pelaksanaannya mereka dituntut juga untuk dapat beradaptasi dan membaur dengan masyarakat setempat yang ketika itu masih sangat primitif. Hari demi hari pun berlalu dan pelayanan kasih Ottouw-Geissler terus berlanjut, hingga mereka benar-benar jatuh hati pada Mansinam serta penduduknya.

Banyak peninggalan bersejarah terkait keberadaan Ottouw-Geissler yang dapat ditemui di Pulau Mansinam. Dimulai dari sebuah salib tugu peringatan masuknya Injil di tanah Papua, ia berdiri begitu indah dan mempunyai prasasti bertuliskan bahasa Jerman dengan penjelasan bahwa Ottouw-Geissler adalah misionaris pertama yang tiba di Mansinam pada tanggal 5 Februari 1855. Dahulu, tugu ini sempat lama sekali tidak terawat dan begitu memprihatinkan, hingga pada tahun 2013, Pemerintah Indonesia menginstruksikan untuk merenovasi tugu ini menjadi sebuah monumen yang megah. Hal ini ditujukan agar Mansinam selalu diingat sebagai tempat berkembangnya peradaban modern di Papua untuk pertama kalinya.

Selain monumen yang begitu fenomenal, sisa bangunan gereja yang dulu pertama dibangun oleh Ottouw-Geissler pun masih dapat dilihat. Memang saat ini hanya tinggal pondasinya saja, tetapi sudah cukup untuk menjadi pengingat betapa gigihnya perjuangan kedua misionaris ini dalam mengenalkan dunia modern kepada penduduk lokal pada saat itu. Di samping gereja, terdapat sebuah sumur tua yang dulu dibuat oleh Ottouw-Geissler sebagai sumber air yang berguna bagi seluruh penduduk pulau. Hebatnya, sumur tua itu masih tetap digunakan hingga kini dan menjadi saksi penting dari sejarah peradaban di pulau Mansinam.

Ada satu lagi obyek yang sangat menarik untuk disaksikan di Pulau Mansinam. Bila sedikit menelusuri jalan beton yang mengular ke arah bukit, maka sebuah Patung Yesus Kristus dalam ukuran raksasa akan terlihat. Patung ini adalah sebuah gagasan positif dari pemerintah Indonesia yang menjadi bentuk penghargaan terhadap sejarah peradaban Papua di Mansinam. Patung ini sekilas mirip patung Yesus yang berada di Rio de Janeiro, Brazil, tetapi dalam ukuran yang sedikit lebih kecil. Obyek ini baru saja selesai pada tahun 2014 dan berdiri sangat megah serta penuh wibawa. Dengan tangan yang terbuka, Yesus Kristus tampak penuh kasih menerima siapapun yang berkunjung ke Mansinam.

Kondisi fisik pulau Mansinam yang biasa saja akan menjadi luar biasa setelah kita menelusuri sejarah dan berbagai bukti peninggalan awal berdirinya peradaban modern di tanah Papua. Mansinam menyimpan kisah yang luar biasa terkait perjuangan Ottouw-Geissler terhadap perkembangan kehidupan masyarakat Mansinam khususnya dan masyarakat Papua pada umumnya. Sangat tidak lengkap, apabila berkunjung ke Manokwari namun belum datang ke pulau ini. Pulau Mansinam adalah sebuah pulau wisata penuh sejarah dan sarat akan nilai-nilai religiusitas di dalamnya.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline