Tersebutlah Raja Jungur yang arif dan bijaksana dari Tanah Pejang. Ia mempunyai seorang putri cantik jelita bernama Putri Serindu. Sudah lama sang Raja ingin punya menantu. Ketika ditanya, Putri Serindu ingin menikah dengan Raja Tidur, Raja pun mengadakan sayembara. Siapa saja yang bisa tidur paling lama, dialah yang akan dinobatkan sebagai Raja Tidur dan akan menjadi suami Putri Serindu.
Banyak orang mengikuti sayembara itu. Di antaranya, Anak Lumang, seorang pemuda yatim piatu pembuat bubu yang tampan. Setiap hari ia membuat bubu dan menjualnya di pasar. Bubu adalah alat untuk menangkap ikan.
Anak Lumang ingin mengikuti sayembara itu sambil membuat bubu. Akhirnya, ia akan membuat bubu dulu sebelum mengikuti sayembara itu.
Saat perlombaan dimulai, semua peserta mulai memejamkan matanya. Namun, Anak Lumang malah bekerja membuat bubu. Pekerjaannya baru selesai menjelang subuh. Walau tugasnya sudah selesai dan sudah merasa mengantuk, ia tak langsung tidur. Ia membereskan dulu semua sisa-sisa pekerjaannya itu. Setelah semuanya beres, barulah ia tidur dengan amat pulas.
Pagi-pagi sekali Putri Serindu berkeliling untuk menilai semua peserta satu-per-satu didampingi Raja, pengawal, dan para Menteri. Putri Serindu terpesona dengan keindahan bubu yang digantung di dinding milik Anak Lumang. Ia juga sempat melihat tas Anak Lumang yang berisi perlengkapan membuat bubu.
Putri Serindu jadi tahu, rupanya pemuda ini membuat bubu dulu sebelum tidur. Tentu saja ia menjadi kelelahan dan bisa tidur nyenyak. Putri Serindu tersenyum bahagia dan merasa lega hatinya. Ia sudah menemukan tambatan hatinya.
Ternyata, Raja Tidur yang dimaksud bukanlah pemuda yang suka tidur, melainkan yang suka bekerja, ulet dan rajin, sehingga ketika waktu tidur tiba. Ia bisa tidur dengan nyenyak. Akhirnya, Anak Lumang memenangkan sayembara. Raja Jungur dan Permaisuri gembira. Pesta pernikahan berlangsung meriah selama tujuh hari tujuh malam. Kedua mempelai pun hidup rukun dan bahagia.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja