|
|
|
|
Mappalanca Tanggal 16 May 2018 oleh adhaagary . |
Sebagai negara agraris, kehidupan masyarakat Indonesia sudah tentu bergantung pada hasil pertanian. Oleh karena itu banyak penduduk Indonesia yang berprofesi sebagai petani. Mereka ini tak kenal lelah menanam dan memanen padi agar bisa dikonsumsi diri sendiri dan orang lain. Maka nggak berlebihan dong kalau setelah panen mereka bersuka cita dengan menggelar sebuah perayaan.
Sebut saja salah satunya yaitu perayaan Mappalanca. Baru dengar? Perayaan ini diselenggarakan oleh masyarakat Bone, Sulawesi Selatan. Mappalanca adalah salah satu tradisi unik sekaligus ekstrim yang ada di Indonesia. Nama lain dari tradisi ini adalah adu betis. Nah sudah tahu kan mengapa disebut ekstrim. Tradisi ini dilakukan setiap tahun setelah masa panen. Bagaimanakah jelasnya tradisi Mappalanca ini? Simak terus artikel menarik ini.
Adu Betis Setelah Panen
Mappalanca atau juga biasa disebut Mallanca sebenarnya adalah permainan tradisional Bone. Permainan ini dilakukan masyarakat Bone setelah musim panen, biasanya digelar sekitar Bulan Agustus. Perayaan adu betis ini biasanya juga dijadikan acara menyambut HUT Republik Indonesia. Sebelum acara adu betis dimulai, para ibu-ibu membawa makanan untuk disantap semua orang, baik penonton maupun peserta Mappalanca.
Adu Betis yang Tidak Jarang Bikin Kaki Cedera
Dalam permainan ini, kekuatan betis sangat diperlukan. Banyak peserta Mappalanca yang mengaku menjampi-jampi betis mereka sebelum ikut andil dalam tradisi ini. Tujuannya agar betis mereka kuat dan nggak mengalami cidera. Permainan Mappalanca diikuti dua tim yang masing-masing terdiri dari dua orang. Dua orang menjadi pihak penendang, sedangkan dua orang lainnya memasang kuda-kuda terkuat agar tak limbung saat betisnya menerima hantaman kaki lawan. Nggak heran kalau banyak yang mengeluh keseleo saat selesai mengikuti tradisi ini. Namun, pesertanya nggak kapok.
Diselenggarakan di Sebuah Makam Keramat
Selain permainannya yang terbilang unik, Mappalanca juga diselenggarakan di tempat tertentu. Tempat untuk menyelenggarakan Mappalanca adalah di sebuah makam keramat. Makam ini jauh dari pemukiman penduduk dan dikelilingi oleh pepohonan yang rindang. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, tempat keramat tersebut dalah makam leluhur desa yang sekaligus paman dari Raja Gowa Sultan Alaudin.
Tradisi Adu Betis yang Sarat Akan Nilai Luhur
Meskipun terbilang ekstrim, tradisi ini memiliki nilai-nilai yang luhur. Lewat tradisi ini, masyarakat diajak untuk menghargai kebersamaan. Hal ini tercermin saat acara makan bersama sebelum memulai pertandingan. Lewat Mappalanca kebiasaan gotong royong masyarakat juga akan terjaga. Mereka saling bahu membahu dalam menyediakan segala kebutuhan untuk acara dan bersama-sama membawa gabah hasil panen.
Sesuatu yang terlihat buruk, belum tentu memiliki maksud yang buruk pula. Contohnya tradisi Mappalanca ini. Di balik mengerikannya permainan yang dilakukan, masih ada moral story atau hikmah yang bisa kita petik.
Sumber : https://www.boombastis.com/tradisi-adu-betis-mappalanca/89144
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |