Mamarik pusaro adalah suatu tradisi memperbaiki kuburan setelah disemayamkannya mayat atau si fulan yang diikuti dengan makan bersama oleh sanak keluarga dan orang kampung si fulan di Nagari Gadut, Tilatang Kamang. Hal ini dilakukan oleh sanak keluarga yang meninggal dan orang kampung. Tradisi mamarik pusaro juga diiringi dengan makan bersama yang disiapkan oleh keluarga yang anggota keluarganya meninggal.

Proses mamarik pusaro sudah dimulai pada hari pertama kematian, semua sanak keluarga terutama yang sepersukuan harus berkumpul untuk menyemayamkan jenazah. Semua permasalahan jenazah diselesaikan oleh keluarga yang ditinggalkan. Di hari itu juga tidak diperbolehkan adanya perseteruan antar anggota keluarga. Mengingat semua anggota keluarga harus menyelesaikan permasalahan orang yang telah meninggal atau kita sebut saja fulan.

Pada hari kedua anggota keluarga si fulan menyiapkan persiapan untuk acara utama pada hari ketiga yaitu mamarik pusaro. Jika dilihat dari pengertiannya, acara Mamarik Pusaro terjadi pada hari ketiga. Namun mengapa sudah dimulai pada hari pertama? Karena tujuan sesungguhnya dari Mamarik Pusaro sendiri adalah selain memberikan penghormatan terakhir pada si fulan, juga menyatukan anggota keluarga yang telah berpisah. Sejak hari pertama, anggota keluarga yang ditinggalkan sudah harus berkumpul untuk menyelesaikan urusan si fulan tersebut.

Pada hari ketiga, kuburan dibersihkan dan diperbaiki oleh anggota keluarga dan masyarakat di sekitar. Jika tanahnya belum ditinggikan, maka ditinggikan dahulu. Jika hendak dibatui, maka dipasang batu. Jika hendak dinisani, maka akan dipasangkan nisan pada hari ketiga ini. Mamarik Pusaro ini lebih lazim dilakukan oleh kaum lelaki. Pada hari ketiga ini kaum perempuan dari keluarga si fulan akan memasak hidangan ketika kaum lelaki memperbaiki kuburan si fulan. Setelah memperbaiki kuburan kaum lelaki, sanak keluarga, dan orang sekitar si fulan akan makan hidangan yang telah disiapkan oleh kaum perempuan.

Sekilas dibaca acara ini memang agak aneh, tapi acara ini memang ada keberadaannya di ranah Minang. Makan hidangan mempunyai tujuan utama untuk mempersatukan keluarga dan orang kampung si fulan. Dengan adanya acara ini pun secara tidak langsung akan mempererat hubungan silaturrahmi antara anggota keluarga si fulan maupun orang kampungnya.