Malam Midodareni adalah salah satu ritual dalam proses pernikahan adat Jawa yang terjadi semalam sebelum pernikahan, dimana mempelai pria tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan mempelai wanita. Dalam istilah modern, Midodareni juga bisa dikenal dengan nama pingitan.
Malam Midodareni berasal dari legenda antara Jaka Tarub dan istrinya Dewi Nawangwulan. Konon, Dewi Nawangwulan kembali ke bumi untuk mengunjungi anaknya, Dewi Nawaningsih, pada malam sebelum pernikahannya. Dari cerita inilah, muncul Midodareni yang berasal dari istilah "widodari" atau "bidadari". Artinya, masyarakat percaya bahwa bidadari dari kayangan akan menyambangi rumah mempelai wanita untuk membuatnya menjadi cantik seperti bidadari pada hari pernikahannya esok.
Midodareni sendiri biasanya dilaksanakan pada malam hari setelah proses siraman. Ritual ini dilaksanakan dengan melakukan doa bersama antara keluarga dan kerabat yang bersangkutan, dimana mempelai wanita akan tetap berada di dalam kamar dan mempersiapkan dirinya sendiri. Mempelai pria dan keluarganya diperbolehkan untuk mengikuti acara doa bersama ini, tetapi mempelai pria tetap tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan mempelai wanita. Biasanya, keluarga dari kedua belah pihak akan bertemu dengan mempelai wanita dan menanyakan kesiapannya untuk menikah serta memberikan wejangan-wejangan yang akan membantu kesiapan mempelai wanita dalam menempuh kehidupan berumah tangga.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang