Makepung berasal dari bahasa Bali yang artinya berkejar-kejaran. Dua pembalap masing-masing memacu dua ekor kerbau yang menarik sebuah cikar. Kerbau-kerbau tersebut dihias sedemikian rupa dan menggunakan sebuah genta besar yang terkalung di lehernya. Pembalap menggunakan baju adat Bali, sarung poleng dan memakai ikat kepala bercorak khas Bali.
Keseruan makepung ini dimulai ketika wasit mengibaskan bendera tanda balapan dimulai. Pembalap segera melaju di lintasan satu jalur di sekitar persawahan. Panjang lintasan biasanya sekitar 1-2 km dan bentuk lintasan tidak hanya lurus namun juga ada tikungan-tikungan yang membuat penonton akan menahan nafas melihat para pembalap melintasi tikungan tersebut dengan kecepatan tinggi.
Tidak seperti balapan lain dimana pemenang ditentukan saat siapa tercepat menyentuh garis finish, pada makepung pemenang ditentukan dari jarak antar pembalap. Pembalap kedua dilepas oleh wasit dengan jarak 10 meter dari pembalap pertama. Kedua pembalap akan memacu kerbau-kerbau mereka dan di saat menyentuh garis finish nanti apabila pembalap kedua berjarak kurang dari 10 meter dari pembalap pertama maka pembalap kedualah yang ditetapkan sebagai pemenang.
Makepung ini diadakan di kabupaten Jembrana, Bali sekitar 3 jam perjalanan dari Denpasar. Biasanya dilaksakan mulai bulan Agustus sampai bulan Oktober. Pertandingan diadakan di bergilir di tiap kecamatan. Pada puncak pertandingan di bulan Oktober akan memperebutkan Piala Gubernur dan akan diikuti oleh ratusan pembalap dari semua wilayah di Jembrana. Untuk dapat mengabadikan momen-momen indah di Makepung disarankan untuk datang lebih awal karena balapan ini dimulai sekitar jam 07.00 WITA dan selesai jam 10.00 WITA. Penonton baik lokal maupun wisatawan manca dapat menyaksikan dari pinggir jalur balapan dengan jarak yang cukup dekat, oleh sebab itu perlu berhati-hati dan melihat kanan kiri agar tidak tertabrak oleh kerbau berkecepatan tinggi.
Bermula dari tradisi yang diselenggarakan para petani untuk hiburan di antara mereka setelah panen di awal tahun 1930, saat ini tradisi makepung telah menjadi acara rutin dan didukung oleh pemerintah setempat sebagai agenda wisata tahunan. Berkat promosi yang baik dan melalui bidikan para fotografer yang diunggah di dunia maya, makepung telah dikenal di seantero dunia.
Sumber : https://rananusantara.wordpress.com/culture/makepung-tradisi-asli-jembrana-menuju-pentas-dunia/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja