×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Sulawesi Utara

Asal Daerah

Pulau Mahumu

Mahangsumangi

Tanggal 24 Dec 2018 oleh Admin Budaya .

“Mahangsumangi” demikianlah nama sebuah pulau kecil yang terletak di selat Mahumu. Selat Mahumu adalah selat yang memisahkan pulau Mahumu dengan pulau Sangihe Besar. Pulau itu kecil sehingga sekarang ini di pulau itu hanya terdapat sebuah rumah yang didiami oleh beberapa anggota keluarga.

Sekali peristiwa kira-kira pada abad 18, tibalah di selat Mahumu, sebuah perahu layar yang berasal dari Talaud. Salah seorang dari anak buah perahu yaitu selaku nahkodanya, bernama “Borang”.

Adapun maksud kedatangan Borangdan kawan-kawannya ke pulau Sangihe Besar, ialah menjual tikar rotan serta akan membeli bahan makanan dari pulau Sangihe Besar. Perahu mereka masuk dari teluk Dhago lalu berbelok ke kanan, melalui Tanjung Hego di sebelah kiri dan Tanjung Bataeng disebelah kanan. Akhirnya perahu mereka sampai di selat yamg sempit dan tenang airnya.sekarang perahu Borang sudah berada di selat Mahumu, mereka berdayung menyusur pantai Uai dan Lapepahe di sebelah kiri dan pantai Lawang (Mahumu) disebelah kanan. Tak lama kemudian sampailah merekah kesebuah pulau kecil. Setelah sampi ke pulau kecil itu, mereka menoleh ke belakang. Tetapi apa yang terjadi atas diri Borang dan kawan-kawannya? Mereka sangat heran dan takut.

Karena menurut pandangan mereka, laut yang dilalui semula telah tertutup oleh daratan. Dan memang demikian pemandangan kalu masuk dan berada di selat Mahumu. Hal ini disebabkan Tanjung Bataeng telah berhimpit dengan daratan yang terletak dibelakangnya sehingga laut antara du tanjung yang mereka lalui tadi seakan-akan tertutup. Kemudian mereka memandang kea rah Selatan. Arah Selatanpun tertutup juga, karena Tanjung Nameng yang agak panjang itu, masih berhimpit dengan ujung pulau Mahumu bagian Selatan. Memang benar kalau kita berada ditengah-tengah selat Mahumu, maka perahu kita seakan-akan terkatung-katung di sebuah danau.

Perasaan heran dan takut telah menghinggapi Borang dan kawan-kawannya, sebab menurut dugaan mereka, perahu mereka telah terkurung di selat Mahumu dan tidak dapat keluar lagi. Hal ini menyebabkan mereka putus asa danakhirnya mereka menangis bersama-sama dekat sebuah pulau di selat Mahumu.

Kebetulan pada waktu itu ada seorang nelayan yang sedang mengail dekat pulau itu. Nelayan itu heran mendengar ada orang menangis dalam perahu.menurut perkiraan nelayan itu bahwa diperahu itu adalah pendatang. Oleh sebab itu , ia langsung mendekati mereka dan menanyakan tentang identitas (asal-usul) mereka secara lengkap,serta bertanya mengapa mereka menangis. Borang selaku nahkoda perahu menjawab bahwa mereka tidak dapat mncari jalan keluar sebab laut telah tertutup dengan daratan. Mereka merasa terkurung ditempat itu. Itulah sebabnya mereka menangis.

Nelayan itu tertawa seolah-olah mengejek mereka dan sambil mengayuh perahunya ia melagukan dadung (sasambo) yang bunyi syairnya demikian : “ Kapulung Borang sumangi,esang tanaheping.” Arti sasambo ini ialah : “Kemauan Borang menangis, tempat keluar tidak tertutup.”

Mendengar syair lagu sasambo itu mereka baru mengerti bahwa mereka sunggu keliru. Oleh sebab itu sambil mendayung perahu mereka sangat malu dan berhenti menangis. Mereka keluar dari selat Mahumu kearah selatan dan akhirnya mereka mereka mendapat jalan keluar melalui teluk Lapango unutk pulang kembali ke Talaud.

Akhirnya oleh nelayan tadi pulau kecil tadi di beri nama “Mahangsumangi”, karena dekat pulau itu borang bersama kawan-kawannya menangis. “Mahangsumangi” terdiri dari awalan “Mahang” dan kata dasar “Sumangi”. Awalan mahang dalam bahasa Sangihe berarti “seperti” atau “sama dengan”. Umpamanya “Mahangduata” artinya “seperti Allah atau Tuhan”. “Mahangdeling” artinya “seperti sirih”, yaitu nama sejenis pohon yang buahnya seperti sirih. “Sumangi” artinya menangis. Kata lain dalam bahasa Sangihe “kumia”.

Jadi pulau kecil itu disebut “Mahangsumangi” karena Borang dengan kawan-kawannya memang benar seperti menangis disitu. Namun sebenarnya pengalaman itu tidak perlu ditangisi. Sampai sekarang pulau yang terletak di selat Mahumu itu bernama “Mahangsumangi”.

 

 

sumber:

  1. Situs Kemendikbud (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/mahangsumangi/)

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa Mertani dimulai dari keberadaan Joko Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamong...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...