Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Permainan Anak Desa Jawa Barat Kabupaten Subang
Maen Batu, Apaan tuh?

Maen batu atau banyak juga yang menyebutnya encrak atau gempar dan lainnya adalah sebuah permainan tradisional yang menggunakan media batu kerikil sebesar biji salak sebanyak 5 buah. Permainan ini banyak dimainkan oleh anak usia sekolah dasar di daerah Jawa Barat khususnya daerah Subang. Sebagai anak kampung terdahulu rasanya tak lengkap jika belum bisa menguasai permainan yang satu ini, jika kalian ingin mencoba memainkannya, yuk simak tata cara bermainnya dibawah ini ;)

Permainan 'maen batu' ini sangat sederhana, kalian hanya perlu menyiapkan 5 buah batu kerikil sebesar biji salak dan lawan bermainnya tentu saja, permainan tersebut bisa dimainkan secara individual atau beregu. Ada beberapa istilah yang familiar dalam permainan ini yaitu 'mi hiji', 'mi dua','mi tilu','mi opat','mi coel','mi sumput','mi gambreng' dan 'lasut'. Jadi, dari 'mi hiji' sampai 'mi gambreng' itu merupakan sebuah level dari permainan ini sedangkan 'lasut' merupakan sebuah istilah yang digunakan jika sang pemain gagal melakukan sebuah tantangan dalam suatu level.

Permainan maen batu dimulai dengan pembagian giliran, jika yang bermain hanya dua orang maka tinggal lakukan suit untuk menentukan siapa yang menjadi giliran pertama. Setelah itu, dimulai dengan 'mi hiji' yaitu semua batu di tabur atau disebar di lantai, ambil satu batu untuk 'pemancing' dilempar keatas, sementara batu dilempar keatas maka tangan pemain harus bisa mengambil satu persatu batu yang disebar dilantai tadi, jika sudah semua maka kita lanjut ke 'mi dua', cara yang sama dilakukan seperti tadi hanya saja rute pengambilanya dua batu - dua batu. 'Mi tilu' pun tak jauh berbeda, rutenya tiga batu dan satu batu. Sudah bisa ditebak dong 'mi opat' seperti apa? yap benar sekali! 'mi opat' dilakukan dengan cara melempar satu batu keatas dalam waktu yang sama kamu pun harus mengambil keempat batu yang tadi kamu sebar dilantai. Setelah itu kita lanjut ke 'mi coel', lebih mudah dari sebelumnya kamu hanya harus melempar satu batu keatas dan mencolek bagian lantai dan menangkap kembali batu yang dilempar tadi. Sekarang kita masuk ke 'mi sumput' kali ini kita diminta untuk mengepalkan beberapa batu tanpa diketahui sang lawan, jika sang lawan berhasil menebaknya maka kita akan 'lasut' jika tidak maka kita berhak melanjutkan ke mi terakhir yaitu 'mi gambreng', yang harus kamu lakukan adalah menyimpan semua batu di telapak tangan, lempar keatas, tangkap dengan punggung tangan, lempar lagi dan tangkap dengan sigap, lihat ada berapa banyak batu yang berhasil dikumpulkan? batu itulah penentu skor kamu.

Semua rangkaian level permainan sudah dijelaskan jika kamu berhasil melakukan semua dengan benar, kamu akan terus mengulang level tadi hingga skor kamu tinggi, tetapi jika kamu 'lasut' maka permainan di gilir ke lawan dan kamu menunggu lawan 'lasut' baru bisa bermain lagi di level dimana tadi kamu 'lasut'. Namun jika permainan dilakukan dengan beregu, bisa lebih menguntungkan karena jika kamu 'lasut' salah satu tim regu kita bisa menggantikan kita bermain di level tersebut, jika semua tim regu 'lasut' barulah permainan bisa berganti ke tim lawan. Selamat Mencoba! :)

OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline