Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
cerita rakyat Sulawesi Selatan Bulukumba
MAKAM PUANG LOHETA. DEWA DALAM AGAMA PATUNTUNG DI TANAH LEMO
- 29 Juni 2016

MAKAM PUANG LOHETA. DEWA DALAM AGAMA PATUNTUNG DI TANAH LEMO

Beberapa pekan lalu, Lengka dan kawan-kawan Simpul merah melakukan perjalanan di timur Kabupaten Bulukumba. Masih dengan tempat yang sama di Tanah Lemo yang menyimpan banyak cerita yang Lengka rasa amatlah penting untuk diabadikan.

Lengka teringat dengan Film Kala yang menyadingkan antara Horor, harta karung dengan ramalan Jayabaya beberapa tahun lalu (2007), salah satu Plotnya terdapat diskusi yang mana bunyinya kira-kira seperti ini "Negara-negara lain mewariskan banyak penemuan-penemuan di masa lalunya, berbeda dengan Nusantara ini yang mana masa lalunya dipenuhi dengan cerita Kosmologi yang sulit diterima akal"

Mengingat Film satu ini, angan-angan Lengka terjun kesebuah gua di tengah hutan yang dipenuhi dengan kelelawar yang bergelantungan di langit-langit gua, selain penghuni hewan penghuni gua ini Lengka juga melihat satu kuburan yang bernisan laki-laki pada tepian gua Vertikal yang cukup dalam.

Makam yang terletak dalam gua tersebut menurut penuturan warga Tanah Lemo merupakan makam Kareng Loheta yang terkenal dengan kegagahanya yang tak pernah mundur dalam medan perang. Lengka dan kawan-kawan Simpul Merah sebelumnya cukup kesulitan menemukan gua tempat makam Karaeng Loheta, Letak gua yang berada tengah hutan ini jauh dari pemukiman penduduk Tanah Lemo. Berbekal dengan petunjuk warga akhirnya setelah beberapa lama putar balik ketemu juga jalan setapak kelokasi Gua.

Jalan masuk ke gua Karaeng Loheta hampir sudah menyatu dengan hutan, papan penunjuk letak jalan yang dijelaskan warga sudah lapuk (?) berserakan di tanah adapun jalan masuknya hanya jalan setapak yang menurut warga merupakan jalan bagi pesiarah yang pada waktu-waktu tertentu dari berbagai tempat.

Dari beberapa buku dan artikel yang Lengka baca, nama Karaeng Loheta cukup fenomenal di Kabupaten Bulukumba khususnya di Kawasan Bira tepatnya di Panrang Luhu yang berarti kuburan orang Luwu yang mana banyak terdapat pemakaman tua.

Alkisah Panrang Luhu bermula dari Pasangan kekasih yang melakukan pernikahan terlarang yang mana keduanya merupakan Ibu dan Anak yang dulunya terpisah kemudian bertemu dan jatuh cinta tanpa tahu hubungan mereka yang sebenarnya, kabar akan kisah mereka kemudian sampai ketelinga Penguasa di Luwu yang kemudian mengutus Panglimanya untuk dijatuhi hukuman mati (Ripaggenoi wennang cella) terhadap keduanya.

Singkat cerita, mereka kemudian menjadi buronan dan kedua pasangan suami istri ini berhasil ditemukan sebelum menyebrang ke Pulau Selayar. Pasuka yang diutus untuk melaksanakan titah Raja akan segera mengeksekusi keduanya, namun mereka lebih memilih terjun ke tebing karang terjal menuju laut yang mana keduanya meninggal dunia dan salah satunya yakni sang Ibu meninggalkan dendam kepada pelaut luwu yang akan melewati kawasan ini mengalami kecelakaan berupa karam dan tenggelamnya kapal mereka (Cerita ini juga cukup diyakini oleh Raja Bone ke 22 yang lebih suka menambakkan perahunya sebelum lokasi Panrang Luhu dan kemudian berjalan kaki). dari cerita inilah masyarakat setempat di Tanjung Bira dikenal dengan sebutan karaeng Loheta, yang mana menurut artikel tersebut berarti Karaeng Luhuta (Pertuanan Luwi kita).

Namun Lengka analisa benang merah antara cerita Panrang Luhu dengan keberadaan makam Karaeng Loheta hanya ada persamaan nama saja dari segi histori berbanding 180 derajat.

Sempat cerita ini hanya menjadi fail yang setengah matang Lengka di PC, namun setelah berkunjung ke Perpustakaan Kucang Pustaka besutan Muhammad Akbar KK dan membongkar koleksi buku-bukunya akhirnya lengka menemukan titik terang akan nama Loheta yang memiliki sedikit ikatan dalam benang merahnya.

Dalam buku tahun 1994 karya Abu Ahmad tersebut terdapat nama Loheta, dalam kepercayaan Patuntung diyakini terdapat beberapa Dewa. pertama merupakan Dewa tertinggi yang bernama DEWA TOKAMMAYA KANANA , Dewa yang mencipta Sarwa (?) dan sekalian alam beserta seisinya, kedua dewa pengawas dan pemelihara yang bernama DEWA AMPATAMA, dan yang ketiga adalah DEWA PATTANA LINO, dewa yang menjaga Bumi terutama manusia.

Selain ketiga Dewa dalam Agama Patuntung kemudian dikenal PUANG LOHETA yakni Dewa yang berada pada semua tempat yang bertugas menggerakkan peristiwa dan gejala-gejala alam. Pada umumnya upacara hanya ditujukan kepada Puang Loheta untuk memohon perlindungan dari penyakit menular, pembasmian hama tanaman-tanaman, dan lain-lain, (Puang Loheta menurut informasi makamnya juga terdapat di Kabupaten Sinjai, namun masih sementara informasi dan Lengka masih belum menelusuri). dan hanya pada keadaan luar biasa, orang membuat acara langsung memohon pada Dewa Tertinggi DEWA TOKAMMAYA KANANA seperti upacara meminta hujan dan seisi kampung.

Lengka Melihat kondisi dan suasana tempat, Gua yang terdapat makam Karaeng Loheta yang dikenal warga banyak terdapat bekas-bekas pembakaran api untuk kemenyan yang umum digunakan dalam upacara ritual di Sulawesi-selatan, selain itu juga banyak terdapat air dalam wadah gelas di sekitaran makam. Selain itu, menurut salah seorang warga mengatakan biasanya banyak warga yang siarah ke Makam Karaeng Loheta dari luar kota bahkan ada diantaranya warga Tionghoa dengan berbagai maksud dan tujuan. Demikianlah hasil pencaharian Lengka tentang makam Karaeng Loheta yang ada di Tanah Lemo yang dikenal merupakan sosok pemberani yang pantang menyerah di masa Kerajaan Lemo-lemo di wilayah Administratif Kabupaten Bulukumba.

 

Topada Salamaki

Bulukumba, 28 Juni 2016

Penulis : Zulenka Tangallilia

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline