Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Gorontalo Gorontalo
Limonu Yang Perkasa
- 15 Desember 2014

Limonu adalah putra kedua Raja Naha dan cucu Raja Ilato dari Kerajaan Gorontalo. Ketika ia masih dalam kandungan ibunya, ayah dan kakaknya yang bernama Paha atau Pahu tewas saat berperang melawan Hemuto. Saat dewasa, Limonu pun mengetahui bahwa orang yang telah menghabisi nyawa ayah dan kakaknya adalah Hemuto yang merupakan guru silatnya sendiri. Akankah Limonu menuntut balas kepada gurunya sendiri atas kematian ayahnya? Ikuti kisahnya dalam cerita Limonu Yang Perkasa berikut ini!

 

Alkisah, di daerah Gorontalo, ada seorang pemuda tampan dan gagah perkasa bernama Limonu. Ayahnya telah tewas dalam sebuah peperangan saat ia masih dalam kandungan ibunya yang bernama Ohihiya. Oleh karena itu, sejak kecil ia dirawat dan didik oleh ibunya seorang diri. Ketika beranjak dewasa, Limonu dimasukkan ke dalam perkumpulan silat yang ada di daerah itu. Dari situlah Limonu dapat menguasai dasar­dasar ilmu silat. Suatu hari, terdengar kabar bahwa para tokoh­tokoh atau pendekar silat dari daerah utara akan mengadakan pertemuan di Benteng Otanaha. Dalam pertemuan itu, seorang pendekar silat terkenal bernama Hemuto akan menjajal ilmu silatnya yang tinggi sekaligus mengadakan upacara pengukuhan bagi para pendekar silat yang sudah tamat. Mendengar kabar itu, Limonu bermaksud menghadiri pertemuan tersebut untuk berguru kepada Hemuto. Niat itu pun ia sampaikan kepada ibunya. Ibu Limonu tertegun sejenak. Mendengar nama Hemuto, ia menjadi teringat kepada suami dan putranya Paha yang telah tiada. Perasaan trauma karena peristiwa yang menimpa kedua orang yang sangat dicintainya puluhan tahun silam itu begitu sulit ia hilangkan. Karena perasaan itu, ia tidak rela jika putra kesayangannya menjadi murid Pak Hemuto. Namun di sisi lain, ia tidak ingin peristiwa itu diketahui oleh Limonu. Oleh karena itu, ia berupaya memberikan alasan lain agar Limonu tidak menghadiri pertemuan tersebut.

“Limoto, anakku! Bukankah pertemuan itu hanya dihadiri oleh para pesilat yang sudah terpilih? Sebaiknya urungkan saja niatmu itu. Kamu harus lebih banyak berlatih dan memantangkan dulu ilmu silatmu. Setelah itu, kamu baru boleh mengikuti upacara pengukuhan di perkumpulan Pak Hemuto,” ujar Permaisuri Ohihiya kepada putranya. Meskipun ibunya telah berusaha mencegahnya, Limonu tetap bersikeras ingin menghadiri pertemuan tersebut dan berkeinginan menjadi murid Pak Hemuto. Tekad keras Limonu itu tak terbendung lagi sehingga permaisuri Ohihiya harus merelakan keinginan putranya. Keesokan hari, saat hari mulai gelap, para tokoh silat mulai memadati tempat pertemuan di Benteng Otanaha. Sementara itu, Limonu yang baru datang pada saat pertemuan akan dimulai langsung masuk ke ruang pertemuan untuk mencari duduk di sebelah saudara seperguruannya. Setelah duduk, ia mengamati satu per satu para tokoh silat dan para tamu undangan. Begitu bertemu pandang dengan Hemuto, ia tunduk memberi hormat. Pak Hemuto pun membalasnya dengan senyum lalu menghampiri Limonu.

“Hai, anak muda! Siapa kamu dan berasal dari mana?” tanya Pak Hemuto.

“Saya Limonu Pak, penduduk di sekitar benteng ini,” jawab Limonu tersenyum sambil memberi hormat.

“O ya, Limonu, kalau boleh saya tahu, apa maksudmu datang ke acara ini tanpa diundang?” Pak Hemuto kembali bertanya.

Mendengar pertanyaan itu, Limonu pun mengutarakan maksud kehadirannya pada acara itu bahwa dirinya ingin berguru kepada Pak Hemuto. Hemuto hanya diam sambil memandangi Limonu dengan penuh perhatian. Rupanya, ia mengagumi perawakan dan keberanian pemuda itu beradu pandang dengan dirinya. Selama ini, ia jarang menemukan pemuda yang seberani itu. Oleh karena itu, Hemuto tertarik untuk mengangkatnya menjadi murid demi memperkuat pasukan berani mati yang akan dibentuknya. Akhirnya, pada kesempatan yang lain, Pak Hemuto menyatakan kesediaannya untuk menerima Limonu menjadi muridnya dengan harapan pemuda pemberani itu akan menjadi penerus kepemimpinannya. Alangkah senangnya hati Limonu karena keinginannya dipenuhi oleh Pak Hemuto. Sejak itulah, Limonu menjadi murid Pak Hemuto. Ia sangat tekun berlatih dan cepat menguasai semua ilmu yang diajarkan kepadanya sehingga kian hari kemampuan ilmu silatnya dapat menyamai ilmu gurunya. Hemuto pun semakin kagum pada keberanian dan kegigihan Limonu. Tidak mengherankan jika Limonu dianggap sebagai murid kesayangan Hemuto. Suatu sore, ketika Limonu sedang asyik membersihkan keris peninggalan sang ayah di pekarangan rumah, tiba­tiba ibunya datang menghampirinya.

“Limonu, anakku! Ada sesuatu yang Ibu ingin ceritakan kepadamu,” sapa ibunya.

“Ada apa, Bu? Sepertinya penting sekali,” kata Limonu seraya menghentikan kegiatannya.

“Sebaiknya, kamu simpan dulu keris itu. Setelah itu, barulah Ibu akan bercerita,” ujar ibunya.

“Baik, Bu,” jawab Limonu seraya memasukkan keris itu ke dalam sarungnya dan memasukkannya ke dalam kotak kayu jati yang berukir lalu segera menyimpannya di kamar. Sekembali kembali dari kamar, Limonu duduk di samping ibunya.

“Ada ada gerangan, Bu? Ceritakanlah, Limonu siap mendengarnya,” kata Limonu penasaran.

“Limonu, anakku. Kini kamu sudah dewasa. Sudah saatnya Ibu membuka rahasia ini kepadamu. Ibu sudah tidak kuat lagi memikul beban yang berat ini,” ungkapnya.

“Rahasia apa, Bu?” tanya Limonu semakin penasaran. Permaisuri Ohihiya pun menceritakan semua perihal ayah Limonu mulai dari kedudukannya sebagai penguasa di negeri itu hingga keinginannya menjadi raja di dua wilayah daratan yaitu Daratan Barat dan Daratan Utara.

“Saat kamu masih dalam kandungan Ibu, ayahmu adalah penguasa negeri ini. Suatu ketika, ayahmu ingin menguasai daerah Daratan Utara yang berada di bawah kekuasaan Hemuto. Ibu sudah menasehatinya, namun ayahmu tidak mau mengurungkan niatnya sehingga terjadilah peperangan antara pasukan Daratan Barat dan Daratan Utara. Dalam pertempuran itu, ayahmu gugur dan menyusul kemudian kakakmu Paha yang pada saat itu sebagai pimpinan Pasukan Berani Mati,” jelas ibu Limonu.

“Lalu, siapa pembunuh ayah dan kakak Paha, Bu?” tanya Limonu penasaran. Permaisuri Ohihiya hanya menghela nafas panjang. Baginya sungguh berat untuk memberitahukan hal itu kepada putra kesayangannya.

“Katakanlah, Bu! Siapa pembunuh ayah dan kaka Paha sebenarnya? Limonu siap menuntut balas atas kematian mereka” desak Limonu. Akhirnya, Permaisuri Ohohiya pun memberitahukan bahwa orang yang telah membunuh ayah dan kakak Limonu adalah Pak Hemuto yang pada saat itu sebagai pemimpin pasukan Daratan Utara.

“Apa Ibu? Pak Hemuto?” Limonu terkejut, “Ah, tidak mungkin, Bu. Tidak mungkin guru Hemuto yang melakukannya. Ia begitu baik dan telah menurunkan ilmu silatnya kepadaku.”

“Tapi, begitulah kenyataannya, anakku” kata ibunya. Limonu benar­benar tidak percaya terhadap peristiwa yang telah menimpa keluarganya. Di hatinya bertarung antara kewajiban membalas kematian ayah dan kakaknya dan kewajiban berbakti kepada gurunya. Bagi Limonu, kenyataan itu merupakan sebuah pilihan hidup yang sangat sulit untuk ditetapkan. Setelah lama merenung, akhirnya ia memutuskan untuk tetap menuntut balas walaupun harus berhadapan dengan gurunya sendiri. Limonu seorang pemuda yang cerdik dan bijaksana. Ia akan menuntut balas atas kematian ayahnya dengan caranya sendiri tanpa harus durhaka terhadap gurunya. Ia hanya ingin hidup damai bersama dengan penduduk di sekitarnya dan sekaligus membela orang­orang yang lemah. Dengan dalih inilah, Limonu kemudian membentuk pasukan berani mati dan melatihnya jurus­jurus silat tingkat tinggi. Setelah membangun sebuah pasukan yang kuat, Limonu mengadakan pertemuan dengan para tokoh dan guru silat, termasuk gurunya Hemuto, untuk memperkenalkan pasukannya. Pada pertemuan itu, ia bermaksud menanyakan langsung perihal kematian ayahnya kepada Pak Hemuto. Ketika gilirannya melaporkan mengenai keberadaan pasukannya, pada saat pula Limonu mengajukan suatu pertanyaan yang harus dijawab sendiri oleh Pak Hemuto.

“Guru, seandainya seorang ayah gugur dalam pertempuran merebut kekuasaan, apakah seorang anak boleh meneruskan pertarungan itu demi membalas kematian ayahnya?” tanya Limonu. Hemuto tersentak kaget. Kini, ia menyadari bahwa ternyata Limonu adalah putra Raja Naha yang hendak menutut balas atas kematian ayahnya. Karena tidak ingin dipermalukan oleh muridnya di hadapan orang banyak, Hemuto menjawab, “Kalau aku katakan... ya, apa rencanamu?” Akhirnya, Limonu menantang gurunya untuk melaksanakan pertarungan itu. Tapi, sebelum pertarungan itu dimulai, ia mengajukan dua pilihan kepada gurunya, yaitu pertama mengadakan pertarungan tersebut dengan syarat pemenangnya berhak menguasai dua daratan tersebut. Pilihan yang kedua adalah Pak Hemuto harus menyerahkan wilayah kekuasaannya kepada Limonu tanpa harus berperang. Penyerahan kekuasaan itu dianggap oleh Limonu sebagai penebus kematian ayah dan kakaknya. Akhirnya, Pak Hemuto memilih syarat yang pertama karena ia tidak ingin kalah tanpa berperang sehingga harga dirinya tidak jatuh di hadapan orang banyak. Maka dalam sekejap, tempat pertemuan itu berubah menjadi arena peperangan antara pasukan Limonu dan Hemuto. Dalam pertempuran itu, Hemuto dan pasukannya terdesak dan melarikan diri. Namun, peperangan tersebut tidak berakhir sampai di situ. Suatu ketika, Hemuto dan pasukannya kembali menyerang dan mengepung Benteng Otanaha tempat pertahanan Limonu dan pasukannya. Namun, dengan siasat cerdiknya, Limonu dan pasukannya menggulingkan bebatuan besar dari puncak bukit disertai lemparan batu kepada pasukan Hemuto. Peristiwa pelemparan batu tersebut dalam bahasa Gorontalo disebut “mo dembenga botu”, karena pada saat pasukan Limonu melemparkan batu mereka berseru “Dembenga.... Dembenga timongoliyo...!” atau “Lempar...! Lempari mereka...!”

Pada peristiwa tersebut banyak pasukan Hemuto yang tewas dan sebagian yang lain lari tungganglanggang karena dikejar sambil dilempari batu oleh pasukan Limonu sampai ke utara. Menurut cerita, tempat peristiwa pelemparan batu tersebut manjadi nama desa yang sampai saat ini dikenal dengan Desa Dembe I. Sementara itu, tempat berakhirnya pelemparan batu yang dilakukan oleh pasukan Limonu di daerah utara disebut dengan Desa Dembe II.

Demikian cerita Limonu Yang Perkasa dari daerah Gorontalo. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah keutamaan sifat pemberani sebagaimana yang dimiliki Limonu. Berkat keberanian dan keperkasaannya, ia berhasil membentuk pasukan berani mati dan mengalahkan pasukan Hemuto. Pesan moral lainnya adalah keutamaan sifat berbakti kepada orang tua. Demi kecintaannya kepada sang ayah yang telah meninggal, Limonu berani berperang melawan gurunya sendiri, Hemuto.

 

http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/227-Limonu-Yang-Perkasa

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya