Bangunan lumbung padi masyarakat Kenyah berbentuk panggung dan mereka menyebutnya dalam bahasa Kenyah dengan sebutan Lepubung. Tiang-tiang penyangga bangunan Lepubung ini terbuat dari kayu berbentuk bundar dari kayu besi/ulin. Sedangkan kepang (atap sirap) terbuat dari kayu yang dibentuk tipis menyerupai empat persegi panjang. Dinding dan lantai juga terbuat dari kayu yang sama. Tinggi lantai Lepubung dari permukaan tanah dapat mencapai 2 hingga 3 meter dan untuk menaikinya di gunakan can (tangga dari kayu). Tiang penyangga bangunan biasanya tertancap ke tanah sedalam 1,5 hingga 2 meter. Lepubung terdiri dari dua ruang bagian yaitu ruang pertama untuk menyimpan padi. Sedangkan ruang kedua merupakan beranda (beranda/teras tidak di tutup sebab hanya sebagai jalan masuk saja). Ruangan beranda juga digunakan untuk menyimpan alat-alat untuk berladang seperti tapan (alat menampi padi), ingen (menyimpan bibit padi yang akan di tanam) kiba (untuk bermacam barang ) serta taing (tikar untuk menjemur padi).
Lepubung umumnya dibangun di tepi jalan terletak antara sungai dan ladang. Hal ini bukanlah tanpa suatu sebab atau alasan. Tak lain hanya untuk mengurangi beban ketika hasil panen padi dibawa dari ladang. Selain itu jika hasil panen padi mereka jumlahnya banyak maka ini akan menyulitkan dan butuh banyak tenaga untuk membawa hasil panen langsung ke rumah. Perlu diketahui ladang-ladang masyarakat Kenyah jaraknya sangat jauh dari rumah mereka dan melalui kondisi jalan yang terjal dan berbukit-bukit. Apalagi ketika musim penghujan tiba. Kondisi alam itulah yang mendasari masyarakat Kenyah membangun Lepubung untuk menyimpan padi mereka ditepi jalan antara sungai dan ladang. Dahulu kala Lepubung fungsinya tidak hanya untuk menyimpan padi dan alat-alat berladang tetapi juga digunakan untuk menyimpan benda pusaka. Namun maraknya pencurian maka Lepubung di jaman sekarang hanya untuk menyimpan padi dan peralatan berladang.
Kasus pencurian tersebut hanya terjadi diperkampungan Kenyah di hilir atau dekat kota. Kasus seperti ini tidak pernah terjadi pada perkampungan Kenyah yang berada di daerah hulu dan pedalaman seperti di Apau Kayan dan Sarawak. Akibat maraknya pencurian maka lepubung yang letaknya jauh dari rumah sudah jarang ditemukan sehingga lepubung sekarang dibangun dekat dengan pemukiman Kenyah. Umumnya bangunan lepubung tidak diberi hiasan/motif dan bentuknya sangat sederhana. Namun Lepubung yang dihiasi dengan kalung (ukiran/lukisan) dengan ornament bermotif menandakan strata sosial pemiliknya.
Sumber: http://demabetuen.blogspot.co.id/2016/05/lumbung-padi-masyarakat-kenyah.html
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati