Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Tuban
Legenda Tuban
- 12 Juli 2018

Nama ‘Tuban’ berasal dari singkatan kata metu banyu (bahasa Jawa), yaitu nama yang diberikan oleh Raden Arya Dandang Wacana (seorang Adipati) pada saat pembukaan hutan Papringan yang tidak sengaja pada saat itu keluar sebuah mata air. Sumber air ini sangat sejuk meski terletak di pantai utara pulau Jawa. Mata air tadi tidak bergaram, tidak seperti kota pantai lainnya.

Dulunya, Tuban bernama Kambang Putih. Sudah semenjak abad ke-11 sampai abad ke-15 dalam berita-berita para penulis cina, Tuban disebut sebagai salah satu kota pelabuhan utama di utara Jawa yang kaya dan banyak penduduk Tionghoanya.

Orang Cina menyebut Tuban dengan nama Duban atau nama lainnya adalah Chumin. Pasukan Cina-Mongolia (Tentara Tartar), yang pada tahun 1292 datang dan menyerang Jawa bagian Timur (kejadian yang menyebabkan berdirinya Kerajaan Majapahit) mendarat di pantai Tuban. Dari sana pula lah sisa-sisa tentara meninggalkan pulau Jawa untuk kembali ke negaranya (Graaf, 1985:164). Tapi, sejak abad ke-15 dan 16, kapal-kapal dagang yang berukuran sedang saja sudah terpaksa membuang sauh di laut yang cukup jauh dari garis pantai. Selepas abad ke-16 itu memang pantai Tuban menjadi dangkal oleh endapan lumpur. Kondisi geografis seperti inilah yang membuat kota Tuban dalam perjalanan sejarah selanjutnya sudah tidak menjadi kota pelabuhan yang penting lagi (Graaf, 1985:163).

Menginggat keadaan geografisnya, pada masa itu, Tuban menjadi kota pelabuhan yang penting. Mata pencaharian orang Tuban adalah menangkap ikan di laut, bercocok tanam, berternak, dan berdagang. Hasil panennya adalah beras, ternak, ikan dendeng, ikan kering, dan ikan asin yang hasilnya dijual di daerah pelosok atau pada para saudagar di kapal-kapal yang berlabuh untuk menambah persediaan bahan makanan. Selain bekerja sebagai nelayan, penduduk Tuban juga melakukan pembajakan dengan menggunakan perahu-perahu kecil. Kapal dagang yang muatannya sangat berharga yakni rempah-rempah, yang sejak dahulu mengarungi laut jawa dari dan ke kota-kota dagang besar, seperti Gresik dan Surabaya.

Tuban sering disebut-sebut sebagai kota penting di daerah pesisir utara Jawa Timur. Telah terjalin persekutuan antara Tuban dan Jepara dalam cerita mengenai Sandang Garba, juga antara Tuban dan Pasundan. Majapahit didirikan oleh pangeran dari Pasundan, yang bernama Jaka Sesuruh atau Raden Tanduran. Ibu Jaka Sesuruh konon kelahiran Tuban, dan kakak laki-lakinya bernama Arya Bangah yang kelak menjadi pejabat di Tuban. Hubungan Tuban dan kota kerajaan di Jawa Timur, Majapahit, memang ada dalam sejarah. Jalinan itu eksis pada abad ke-15 dan 16, dan bahkan sebelum itu.

Ada beberapa alasan untuk memercayai adanya hubungan antara Pasundan dan Jawa Timur. Pada jaman dulu, mobilitas rakyat kerajaan, baik di Jawa Timur, Jawa Tengah maupun di laut sepanjang pesisir utara, mulai tumbuh lebih besar dari pada masa kemudian. Di masa itu, para pejabat tidak mau lagi melepas para petaninya demi masuknya hasil panen tahunan secara teratur.

Posisi dinasti Ronggolawe di Tuban cukup penting. Ayah Ranggalawe, Dandang Wacana, pergi ke Bali untuk mengambil Putri Bali bagi Raja Majapahit, Raden Wijaya. Putri Bali ini kelak akan menjadi nenek Ratu Majapahit yang kemudian di kenal dengan nama Ratu Kenya. Ronggolawe  dan putranya sendiri adalah pahlawan keraton Ratu Kenya dalam peperangan melawan Adipati Blambangan, Menak Jinggo, yang meminang dia. Ranggalawe menjadi pahlawan dalam balada-balada klasik sejarah di Jawa Timur, yang disusun pada abad ke-15 atau sesudahnya. Ranggalawe hidup sekitar tahun 1300 dan merupakan teman seperjuangan pangeran pendiri Majapahit.

 

Tuban di Bawah Kekuasaan Demak

Pada permulaan abad ke-16, Tuban adalah tempat penting raja. Keratonya mewah, dan kotanya, meski tidak terlalu besar, mempunyai kubuh pertahanan yang tangguh. Wangsa rajanya, sekalipun muslim, sejak pertengahan abad ke-15 tetap menjalin hubungan baik dengan Raja Majapahit di pelosok. Raja Tuban pada waktu itu bernama Pati Vira. Dari kata vira dikenal kata wira, yang sering menjadi bagian dari nama Jawa. Tetapi, vira juga dihubungkan dengan wilwatikta. Menurut cerita-cerita Jawa Timur dan Jawa Tengah, Raja Tuban yang memerintah pada waktu itu memakai gelar Arya Wilwatikta.

Wira sebagai bupati Tuban bertahan sampai 1515, karena Tome Pires masih menyebutnya Pati Wira dari Tuban. Pati Wira yang berkuasa pada waktu itu menurut Tome Pires bukan seorang muslim taat, meski kakeknya sudah masuk Islam. Ia mempunyai hubungan baik dengan orang-orang Hindu di pedalaman. Bupati Wira suka memelihara anjing. Ia pun berhasrat dengan orang-orang Portugis. Persahabatan tersebut menjadi bahan cemoohan orang Tuban. Menurut Tome Pires, Bupati Wira mendapat gelar “anati mao de raja” dari raja Jawa. Pada waktu itu yang menjadi penguasa di kerajaan Majapahit adalah Dyah Ranawijaya Girindrawardana.

Sumber: http://www.tubanjogja.org/2016/12/05/legenda-tuban/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Pecel Mie
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 MAsukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap

avatar
Netizen
Gambar Entri
Wisma Gadjah Mada
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Rumah Indis Wisma RRI
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Gereja Santo Petrus dan Santo Paulus Klepu
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Awal mula hadirnya Gereja Klepu sebagai tempat peribadatan bermula dari didirikannya sekolah tingkat dasar untuk rakyat. Sekolah tingkat dasar pertama didirikan oleh Rm. Strater, SJ, seorang misionaris Jesuit, pada tahun 1912. Latar belakang pendirian sekolah ini ialah adanya keprihatinan terhadap tingginya jumlah penduduk pribumi yang masih buta huruf. Umat Katolik awal berasal dari orang-orang yang bekerja sebagai kuli di perkebunan tebu milik tuan-tuan berkebangsaan Belanda. Para kuli yang sudah di sekolahkan akan naik pangkat menjadi mandor. Pastor F. Strater, SJ mengajar mereka untuk membaca dan menulis. Sebagian dari mereka yang tertarik dengan iman Kristiani kemudian memeluk agama Katolik. Sebulan sekali mereka mengikuti magang di Kotabaru. Baptisan pertama terjadi pada tahun 1916. Thomas Sogol dari Kaliduren menjadi orang pertama yang dibaptis. Selang 3 tahun setelah baptisan pertama, pada tahun 1919 baru ada satu orang lagi yang dibaptis. Kemudian tahun 1921, terdapat sat...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Candi Pembakaran
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Pembakaran berada di kompleks Ratu Boko, dimana kita dapat melihatnya setelah melewati gerbang ke-2 dan berada sekitar 30 m ke arah kiri. Dari kejauhan kita akan meliahat satu bentuk candi yang hanya berupa batur dan kaki dilengkapi dengan tangga di arah barat tanpa adanya pintu dan atap. Bila meniti tangga dan sampai di atas pada ujung tangga terdapat semacam sisa gerbang di kedua sisi yang tidak terlalu tinggi. Diamati lebih mendetail, gerbang ini pun memiliki terusan yang menjadi pagar keliling dimana kita bisa melihatnya dengan mengikuti sisa penguncian di sisi lantai.

avatar
Seraphimuriel