Di daerah hutan Gunung Lawu dahulu hidup sepasang suami-isteri yang bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir. Mereka tinggal dalam sebuah pondok sederhana berdinding kayu dan beratap dedaunan di sekitar lereng gunung tersebut.
Suatu hari Kyai Pasir pergi ke hutan di sekitar Gunung Lawu untuk membuka ladang dan bercocok tanam. Setelah sampai di lokasi yang dianggap cocok Kyai Pasir mulai membersihkan ladang dengan cara menebangi pepohonan dan semak belukar yang ada di tempat itu.
Pada saat hendak menebang sebuah pohon yang berukuran besar, Kyai Pasir terkejut karena melihat ada sebutir telur berada di sekitar akarnya. Diamatinya telur itu sejenak sambil bertanya dalam hati, “mengapa ada telur di tempat ini, padahal tidak ada seekor unggas pun yang berkeliaran”. Tanpa berpikir panjang lagi, Kyai Pasir segera mengambil telur itu untuk dibawa pulang dan diberikan kepada isterinya.
Sesampai di rumah Kyai Pasir langsung memberikan telur itu kepada isterinya untuk dimasak. Sang isteri kemudian merebus dan membelahnya menjadi dua bagian, setengah untuk dirinya dan setengah lagi untuk Kyai Pasir.
Tidak berapa lama setelah memakan habis telur misterius tersebut Kyai Pasir dan Nyai Pasir merasakan tubuhnya tidak nyaman. Badan mereka terasa panas, mata berkunang-kunang, dan keringat dingin mengucur deras. Mereka pun secara refleks langsung berguling-guling di tanah agar rasa sakitnya segera reda. Namun, semakin mereka berguling rasa sakit yang tiba-tiba itu semakin bertambah.
Beberapa menit kemudian, secara gaib tiba-tiba tubuh mereka mulai berubah wujud menjadi seekor naga yang sangat besar, bersungut, dan terlihat sangat menakutkan. Kedua orang yang telah berubah menjadi naga itu tetap berguling kesana-kemari hingga menyebabkan tanah di sekitarnya menjadi berserakan dan membentuk sebuah cekungan besar yang makin lama makin luas dan dalam. Dan, cekungan itu akhirnya menjadi sebuah telaga yang oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Telaga Pasir.
Diceritakan kembali oleh Pepeng
Sumber: https://uun-halimah.blogspot.com/2010/04/legenda-telaga-pasir-magetan-jawa-timur.html
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang