Suatu hari, ayah Kulup pergi ke hutan untuk mencari rebung yang masih muda. Rebung itu rencananya untuk dimakan oleh mereka. Tapi, ketika sedang menebang rebung, ia menemukan sebuah tongkat yang berada di rumpun bambu. Pak Kulup, begitu biasanya ia disapa, mengambil tongkat itu dan ingin membuangnya. Sebelum niatnya terlaksana, ia memperhatikan tongkat itu dengan teliti. Ia menganggap tongkat itu bukan tongkat sembarangan. Karena penasaran, dibersihkan tongkat tersebut. Benar saja, setelah kotoran yang menempel berhasil dibersihkan, terlihat kilauan intan, permata, dan batu merah delima yang bertabur di tongkat tersebut.
"Siapakah pemilik tongkat ini? Pasti ia merasa kehilangan," pikir Pak Kulup kebingungan. Di tengah kebingungan, Pak Kulup memutuskan untuk membawa pulang rebung dan tongkat berharga itu. Setibanya di rumah, pak Kulup hanya melihat si Kulup yang sedang tiduran karena kelelahan mendorong kereta. Sementara itu, istrinya sedang bekerja di rumah tetangganya. Dengan perasaan yang tidak menentu, Pak Kulup bergegas menyusul istrinya di rumah tetangganya.
Setelah menjemput istrinya, dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, Pak Kulup menceritakan kejadian yang dialaminya. Mendengar cerita itu, sang istri pun terkejut. "Bagaimana mungkin ada tongkat yang sangat berharga berada di dalam hutan belukar?" pikir Ibu Kulup.Tidak terasa, mereka telah sampai di rumah. Pak Kulup, istrinya, dan si Kulup merundingkan benda temuan itu. "Bagaimana kalau kita simpan saja tongkat ini. Siapa tahu ada orang yang merasa kehilangan dan mencarinya," usul Pak Kulup.
"Tapi, mau disimpan dimana tongkat berharga itu Pak? Kita kan tidak punya lemari untuk menyimpannya. Jika diletakkan di luar, aku takut tongkat ini malah dicuri orang," risau istrinya.
"Bagaimana kalau kita jual saja tongkat berharga ini agar kita tidak repot menyimpannya," usul Kulup.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya mereka sepakat untuk menjual tongkat temuan itu. "Kulup, pergilah kau ke negeri seberang untuk menjual tongkat ini," perintah ayahnya. "Baiklah Ayah," jawab si Kulup.
Kehidupan Kulup berubah total. Kini ia berteman dengan para bangsawan dan saudagar kaya. Ia pun menikah dengan salah seorang anak saudagar yang paling kaya di negeri itu. Akan tetapi, kehidupan yang serba mewah membuatnya lupa akan kampung halaman dan orangtuanya. Bertahun-tahun sudah Kulup meninggalkan desanya. Hingga suatu hari mertuanya menyuruh Kulup dan istrinya untuk berdagang ke negeri lain. Kulup pun membeli sebuah kapal besar dan mewah. Ia juga mempersiapkan anak buahnya untuk dibawanya pergi berlayar. Setelah mendapatkan restu dari mertuanya, berangkatlah Kulup beserta istri dan anak buahnya berlayar.
Ketika tiba di muara Sungai Cecuruk, Kulup teringat akan kampung halamannya. Kapal itu kemudian berlabuh di Sungai Cecuruk. Suasana kapal sangat ramai oleh suara binatang untuk perbekalannya di jalan seperti ayam, itik, angsa, burung, dan binatang lainnya. Berita kedatangan si Kulup terdengar sampai ke telinga orangtuanya. Betapa bahagianya mereka mendengar hal itu. Kerinduan mereka selama ini sebentar lagi akan terobati. Sang ibu pun sibuk menyiapkan makanan kesukaan Kulup.Keesokan harinya, kedua orangtua Kulup pergi ke kapal untuk menemui Kulup dengan membawa makanan kesukaan Kulup. Kapal itu terlihat sangat mewah. Kedua orangtua itu tak sabar ingin bertemu dengan anak tercintanya. Setibanya di kapal, sang ibu berteriak-teriak memanggil Kulup. "Kulup anakku..., dimana kau? Ini ibu, Kulup."
Mendengar suara ibunya, Kulup tampak bingung. Ia malu jika sampai orang lain mengetahui bahwa orangtua yang berpakaian kumal dan tampak miskin itu adalah ayah dan ibu kandungnya. "Siapa kalian? Cepat pergi dari kapalku!" teriak si Kulup."Kami adalah ibu dan ayahmu Nak. Apa kau sudah tidak mengenali kami lagi? Ibu juga sudah membawakan makanan kesukaanmu," jawab ibu Kulup dengan nada sedih.
"Makanan apa ini? Aku tidak suka makanan kampung seperti ini. Perlu kalian tahu, orangtuaku adalah seorang saudagar kaya. Bukan gembel seperti kalian," ucap Kulup sambil membuang makanan buatan ibunya.Mendengar kata-kata kasar dari mulut anaknya, hancurlah hati kedua orangtua itu. Mereka merasa terhina. Harapan mereka untuk melepas rindu hanya tinggal harapan. Anak yang sangat dicintainya telah berubah menjadi anak durhaka.
Setelah pergi meninggalkan kapal si Kulup, si ibu yang tidak dapat menahan amarahnya dengan emosi berkata, "Jika saudagar yang kaya raya itu adalah benar anakku si Kulup, biarlah kapal besar itu karam bersamanya!"Kedua orangtua Kulup kemudian kembali ke rumah dengan hati yang terluka. Tidak berapa lama, setelah kepergian mereka tiba-tiba muncul badai besar dan gelombang laut yang sangat tinggi menerjang kapal si Kulup. Akhirnya, kapal besar itu pun terombang-ambing dan terbalik. Semua penumpang tewas dalam kejadian itu.
Beberapa hari kemudian, di tempat karamnya kapal milik si Kulup, muncul sebuah pulau yang menyerupai sebuah kapal. Pada waktu-waktu tertentu, di pulau tersebut terdengar suara-suara binatang bawaan si Kulup yang berada di kapalnya. Sekarang, pulau itu bernama Pulau Kapal.
Sumber:
http://alkisahrakyat.blogspot.com/2016/07/legenda-pulau-kapal-cerita-rakyat.html
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...