Jika Eropa memiliki kisah Romeo dan Juliet, Cirebon punya kisah Baridin dan Ratminah. Legenda rakyat yang diciptakan Abdul Adjib itu hingga saat ini masih mengakar di dalam masyarakat Cirebon bahkan hingga Brebes.
Budayawan Cirebon Sumbari Sastra Alam menuturkan, cerita itu berawal dari sosok pemuda bernama Baridin yang hidup miskin bersama sang ibunda, Mbok Wangsi, yang bekerja sebagai buruh tani.
Dia mengisahkan, sosok Baridin yang miskin itu bertemu perempuan cantik dari keluarga kaya raya bernama Suratminah atau Ratminah. Singkat cerita, Baridin jatuh hati mendalam dan ingin memiliki Ratminah.
Baridin yang baik dan penyabar itu meminta ibunya untuk melamarkan dirinya kepada Ratminah. Sementara Ratminah yang berasal dari keluarga kaya raya itu menolak lamaran Baridin dan ibunya.
"Tragisnya, penolakan lamaran Baridin sambil dimaki-maki. Bahkan, buah tangan yang dibawa sebagai syarat melamar ditendang. Ibu Baridin pun diludahi," tutur Sumbadi kepada Liputan6.com, Kamis (25/8/2016).
Mbok Wangsi, kata dia, tetap bersabar dan lega hati setelah lamarannya ditolak. Namun, tindakan yang dilakukan Ratminah tersebut sangat menyakiti hati Baridin.
"Mbok Wangsi tetap memberi support kepada Baridin agar tegar dan tidak sakit hati. Tapi Baridin sakit hati," kata dia.
Menyikapi perlakuan Ratminah itu, Baridin bertemu temannya Gemblung di Desa Jagapura, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon. Baridin pun kemudian berguru hingga diberi jimat pemikat untuk membuat Ratminah jatuh hati.
Dia mengatakan Baridin diberi jimat Jaran Guyang oleh temannya Gemblung. "Dari aji-aji yang dikasih Gemblung itu Ratminah pun terkena pelet dan mengejar-ngejar Baridin," kata Sumbadi.
Namun, kata dia, ada maksud tertentu di balik pelet yang dikirimkan Baridin kepada Ratminah. Dia mengatakan Baridin pun membalas cinta Ratminah dengan menolaknya.
Singkat cerita, ucap Sumbadi, Ratminah menjadi gila karena ditolak cintanya oleh Baridin. "Mereka berdua akhirnya tidak jadi menikah dan Baridin sampai tua dan meninggal tidak menikah. Begitu juga Ratminah meninggal karena menjadi gila dan pengaruh dari peletnya," tutur Sumbadi.
Untuk mempopulerkan legenda rakyat itu, Sumbadi kini mengangkat kisah cinta Baridin dan Ratminah ke dalam film. "Cerita rakyat ini dijadikan film dan sebagai penggerak para pemuda di daerah untuk mampu berkarya lewat film dengan mengangkat cerita di daerah," kata Sumbadi yang juga bertindak sebagai produser eksekutif.
Sumber: https://www.liputan6.com/regional/read/2586221/legenda-cirebon-baridin-dan-ratminah-kisah-cinta-berujung-gila
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang